Sabtu, 27 Agustus 2011

Naskah Drama Legenda Timun Mas Bahasa Inggris Bahasa Indonesia

Naskah Drama Legenda Timun Mas - Kami share Naskah Drama Legenda Timun Mas Versi Bahasa Inggris karena kemaren salah satu pengunjung ada yang request Naskah Drama Legenda tapi memakai bahasa Inggris dan kami mencoba berbagi dengan anda ataupun Mungkin anda sedang membutuhkan Naskah Drama Legenda untuk tugas disekolah maupun dikampus, tapi ternyata kebanyakan naskah drama legenda ini berbahasa Indonesia, anda jangan kawathir dengan semua ini pasti tugas anda lancar karena blog loker seni akan membagikan Naskah Drama Legenda Timun Mas dalam dua bahasa bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.

File Naskah Drama Legenda Timun Mas Versi Inggris :
 - File Tipe : Ms. Word


File Naskah Drama Legenda Timun Mas Versi Indonesia :
 - File Tipe : Ms. Word

Semoga Naskah Drama Legenda Timun Mas ini bisa membantu anda dalam menyelesaikan tugas atau garapan dan kami ucapkan selamat berproses semoga dalam Proses kretif tidak ada kendala apapun.

Kamis, 25 Agustus 2011

Novel Dibawah Lindungan Ka'bah Karya HAMKA

Novel Dibawah Lindungan Ka'bah Karya HAMKA - Ada kabar baik bagi anda pecinta Novel Dibawah Lindungan Ka'bah karya HAMKA ini karena kemarin Novel Dibawah Lindungan Ka'bah ini dimuat dalam layar lebar alisan difilmkan dan sudah tayang do Bioskop-bioskop seluruh Indonesia, Bagi anda yang tidak mempunyai uang untuk melihat Film Dibawah Lindungan Ka'bah karya HAMKA jangan bersedih hati karena Blog Loker Seni akan Share Novel Dibawah Lindungan Ka'bah Karya HAMKA ini secara Gratis...

Cuplikan Novel Dibawah Lindungan Ka'bah karya HAMKA
Saat yang ditakutkan itu pun telah datang; dengan hati riang, bercampur masyghul, saya terpaksa meninggalkan bangku sekolah. Riang, kerana saya telah beroleh diploma dan masyghul kerana  berpisah dengan bangku sekolah dan dengan teman-teman. Ertinya masa gembira, masa  menghadapi zaman yang akan datang dengan penuh kepercayaan, telah habis.
Setelah guru membahagikan diploma kami masing-masing dengan bersorak-sorak kami meninggalkan perkarangan sekolah, kami bersalam-salaman satu dengan yang lain dan guru memberi kami peringatan, supaya sekolah kami diteruskan bagi siapa yang sanggup 
Anak-anak Belanda dan beberapa anak saudagar-saudagar yang mampu, dengan megah menyatakan di hadapan teman-temannya, bahawa sekolah itu akan diteruskannya; setelah habis  cuti tahunan, mereka akan berangkat ke tanah Jawa mengambung pelajarannya. Saya sendiri,  tidaklah saya khabarkan bahawa saya akan menambah pelajaran agama, kerana selama ini teman-teman mengejekkan saya, mengatakan saya gila agama. 
Yang berasa sedih sangat, adalah anak-anak perempuan yang masuk pingitan (Terkurung di rumah saja) tamat sekolah bagi mereka ertinya suatu sangkar yang telah sedia buat seekor burung  yang bebas terbang. 
Zainab sendiri, semenjak tamat sekolah, ia pun telah tetap dalam rumah, didatangkan baginya guru dari luar yang akan mengajar berbagai-bagai kepandaian yang perlu bagi anak-anak perempuan, seperti menyulam, merenda, memasak dan lain-lainnya. Petang hari ia menyambung  pelajarannya dalam perkara agama. 
Saya, tidak beberapa bulan setelah tamat sekolah, berangkat ke Padang Panjang, melanjutkan cita-cita ibu saya dan kerana kemurahan Engku Haji Jaafar juga. Sekolah-sekolah agama yang ada di situ mudah sekali saya masuki, kerana lebih dahulu saya telah mempelajari ilmu umum; saya hanya tinggal memperdalam pengertian dalam perkara agama saja, sehingga akhirnya salah  seorang guru memberi fikiran, menyuruh saya mempelajari agama di luar sekolah saja, sebab  kepandaian saya lebih tinggi dalam hal ilmu umum daripada kawan-kawan yang lain. 
Demikian lah pelajaran itu telah saya tuntut dengan bersungguh hati, tetapi…. Semenjak mula saya pindah ke Padang Panjang, sentiasa saya merasa keseorangan. Kian lama saya tinggal dalam  negeri dingin itu, kian terasa oleh saya bahawa saya sebagai seorang yang terpencil. Keindahan  alam yang ada di sekeliling kota dingin itu menghidupkan kenang-kenangan saya kepada hal-hal  yang telah lalu. Gunung Merapi dengan kemuncak tandikat waktu matahari akan terbenam dan  mempertaruhkan jabatan memberi cahaya kepada bulan, singlang yang sentiasa diliputi dengan  kebun-kebun tebunya yang beriak-riak ditiup angin, semuanya membangkitkan perasaan-perasaan yang ganjil, yang sangat mengganggu fikiran saya.
Download Novel Dibawah Lindungan Ka'bah Karya HAMKA : Download

Rabu, 24 Agustus 2011

Kumpulan Naskah Drama Cerita Rakyat

Drama Cerita Rakyat - Indonesia memang kaya akan khasanah budaya bangsa, salah satunya yaitu Cerita Legenda atau Cerita Rakyat yang sudah mengakar dari zaman nenek moyang kita, dan tidak sedikit pula cerita rakyat ini diangkat dalam sebuah pementasan, dan dalam pementasan ini anda mungkin membutuhkan sebuah skenario atau sebuah naskah sebagai acuan dalam sebuah pementasan, oke kali ini Blog Loker Seni akan share Kumpulan Naskah Drama Cerita Rakyat


  1. Naskah Drama Cerita Rakyat : Batu Menangis atau Karma
  2. Naskah Drama Cerita Rakyat : Kyai Burumbung
  3. Naskah Drama Cerita Rakyat : Sangkuriang
  4. Naskah Drama Cerita Rakyat : Malin Kundang
  5. Naskah Drama Cerita Rakyat : Legenda Bawang Merah dan Bawang Putih
  6. Naskah Drama Cerita Rakyat : Siti Nurbaya
Semoga Naskah Drama Cerita Rakyat ini bisa membantu anda dalam menyelesaikan tugas atau garapan dan kami ucapkan selamat berproses semoga dalam Proses kretif tidak ada kendala apapun dan jangan lupa Baca juga Naskah Drama yang lainnya.

    Kumpulan Teks Drama Komedi

    Bagi anda yang kesulitan dalam memilih Naskah Drama Komedi untuk sebuah pementasan, jangan bingung-bingung karena Blog Loker Seni akan share Kumpulan Teks Drama Komedi ini atau bisa disebut dengan Kumpulan Naskah Drama Komedi ini yang bisa menjadi acuan untuk pementasan Anda, Naskah Drama Komedi adalah sesuatu yang dicari orang karena dapat menjadi obat  bagi kita setelah kita melakukan aktifitas dan rutinitas yang melelahkan yang bisa membuat anda tersenyum ataupun malah tertawa, silahkan anda cari sendiri atau Download Naskah Drama Komedi apa yang cocok untuk anda pentaskan di halaman pinggir atau halaman Kumpulan Naskah Drama dan silahkan anda Pilih Kumpulan Naskah Drama Komedi atau anda bisa langsung menuju kehalaman tersebut :

    KUMPULAN NASKAH DRAMA KOMEDI
    1. Orang Kasar Karya Anton Chekov
    2. Pagi Bening Karya Serafin dan Joaquin Alvarez Quintero Terjemahan Sapardi Joko Damono
    3. Piramus dan Tisbi Karya W. Shakespeare Diterjemahkan oleh Suyatna Anirun
    4. Pinangan Karya Anton Chekov
    5. Wek - Wek Karya Teater Anonimus 
    6. Jeng Menul
    Semoga Naskah Drama Komedi ini bisa membantu anda dalam menyelesaikan tugas atau garapan dan kami ucapkan selamat berproses semoga dalam Proses kretif tidak ada kendala apapun.

    Selasa, 23 Agustus 2011

    Naskah Drama Natal - Kelahiran Yesus Kristus

    Naskah Drama Natal - Hari Natal adalah hari dimana umat kritiani memperingati kelahiran Yesus, Kata Natal berasal dari bahasa Portugis yang berarti kelahiran, biasanya dalam sebuah memperingati natal banyak orang mementaskan sebuah drama tentang kelahiran Yesus Kristus, dan anda jangan bingung-bingung dalam memilih sebuah naskah drama untuk dipentaskah di hari natal, karena berikut ini adalah naskah drama natal dengan judul kelahiran yesus kristus.

    Adapun tokoh dalam Naskah Drama Natal Kelahiran Yesus Kristus adalah :
    • Malaikat
    • Maria
    • Elisabeth
    • Bala Tentara Surga
    • Gembala
    • Orang Majus
    • Ahli Taurat
    • Herodes

    File Naskah Drama Kelahiran Yesus Kristus :
     - File Tipe : Ms. Word

    Semoga Naskah Drama Natal - Kelahiran Yesus Kristus ini bisa membantu anda dalam menyelesaikan tugas atau garapan dan kami ucapkan selamat berproses semoga dalam Proses kretif tidak ada kendala apapun dan jangan lupa Baca juga Naskah Drama yang lainnya.

    Senin, 22 Agustus 2011

    Cerpen Cinta Update 2011

    Cerpen Cinta - Oke seperti biasanya sebelum saya share postingan Cerpen Tentang Cinta Terbaru, saya akan memperkenalkan postingan saya sebelumnya yakni Cerpen Persahabatan dan Cerpen Lucu. memang yang namanya cinta sangat kuat posisinya dalam kehidupan kita, baik Cinta kepada sang Pencita maupun cinta kepada sesama manusia dan kali ini saya akan share tentang Cerpen Cinta yang didalamnya mungkin terdapat cerita yang menarik dan bisa menjadi sebuah pelajaran untuk kita dalam kehidupan, Okelah jangan panjang-panjang narasinya, silahkan saja baca Cerpen Tentang Cinta dibawah ini.


    KUMPULAN CERPEN CINTA UPDATE 2012

    1. KETEGARAN CINTA BERTASBIH
    Cerpen Rudi Al-Farisi
    Seorang sahabat, Mimi namanya, kami bersahabat puluhan tahun sejak kami sama-sama duduk di sekolah dasar (SD), selama beberapa tahun itu saya mengenalnya, sangat mengenalnya, Mimi gadis sederhana, anak tunggal seorang juragan sapi perah di wilayah kami, memiliki mata sebening kaca,...Baca Selengkapnya...
    2. KETIKA TAKDIR MENGUJI CINTA 
    Cerpen Rudi Al-Farisi
    Sejurus ia langsung nyalakan AC kamarnya. ia campakkan tas kerjanya, ia rebahkan badannya..Wusss… angin sejuk langsung menampar tubuhnya. Ia lihat jam di dinding, masih jam empat, masih ada satu jam lagi. Ucapnya pelan...Baca Selengkapnya...
    3. KEAGUNGAN FAJAR CINTA 
    Cerpen Rudi Al-Farisi
    Malam yang dingin itu, Galin masih saja asyik memperhatikan monitor computer kerjanya. Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 4 pagi. Memang malam itu ia mendapat giliran kerja malam dari perusahaannya untuk memonitor pengolahan pabrik. Matanya sudah cukup lelah menahan kantuk. tetapi...Baca Selengkapnya....
    4. CINTA LAKI-LAKI BIASA 
    Cerpen Asma Nadia
    Menjelang hari H, Nania masih saja sulit mengungkapkan alasan kenapa dia mau menikah dengan lelaki itu. Baru setelah menengok ke belakang, hari-hari yang dilalui, gadis cantik itu sadar, keheranan yang terjadi bukan semata miliknya, melainkan menjadi milik banyak orang; Papa dan Mama, kakak-kakak,...Baca Selengkapnya.... 
    5. KISAH SEPANJANG JALAN 
    Cerpen NN
    Di stasiun kereta api bawah tanah Tokyo, aku merapatkan mantel wol tebalku erat-erat. Pukul 5 pagi. Musim dingin yang hebat. Udara terasa beku mengigit. Januari ini memang terasa lebih dingin dari tahun-tahun sebelumnya...Baca Selengkapnya....

    6. SEORANG GADIS ITU..... 
    Cerpen Rudi Al-Farisi
    Yang lembut fitrah tercipta, halus kulit, manis tuturnya, lentur hati ... tulus wajahnya, setulus rasa membisik di jiwa, di matanya cahaya, dalamnya ada air, sehangat cinta, sejernih suka, sedalam duka, ceritera hidupnya ..Baca Selengkapnya....
    7. CINTA TAK BERTUAN
    Cerpen Dewi Lestari
    Sepanjang hidup, kita seolah tak berhenti berusaha menaklukkan cinta. Cinta harus satu, cinta tak boleh dua, cinta maksimal empat, dan seterusnya. Jika cinta matematis, pada angka berapakah ia pas dan pada angka berapakah ia bablas? Dan kita tak putus merumuskan cinta, padahal mungkin saja cinta yang merumuskan...Baca Selengkapnya.....
    8. PACARKU ADA LIMA
    Cerpen Dewi Lestari
    Merayap pelan di Jalan Katamso, Jakarta, saat jam bubar sekolah merupakan pelatihan observasi yang baik. Seolah mengamati dunia dalam mikroskop, kecepatan lambat memungkinkan kita menangkap dengan detail jalanan yang berlubang, trotoar yang hancur, angkot yang mengulur waktu...Baca Selengkapnya....
    9. SEMANGKON ACAR UNTUK TUHAN DAN CINTA
    Cerpen Dewi Lestari
    Berikut ini dua pertanyaan yang paling kubenci: Apa itu cinta? Apa itu Tuhan? Aku membenci kedua pertanyaan itu sepenuh hati sampai kudedikasikan seluruh hidupku untuk mencari jawabnya, agar kedua pertanyaan itu berhenti menghantui. Dan tidak ada yang lebih memahitkan mulut....Baca Selengkapnya....
    10. AKU CINTA SAHABATKU 
    Oleh NN 
    Angin sore menerpa wajahku yang sedang asyik-asyiknya melamunkan hal yang ga tau kenapa bisa aku lamunin. Hal ini tuh udah bikin aku galau belakangan ini. Ya, apa lagi kalau bukan jatuh cinta. Jatuh cinta udah ngebuat aku kaya orang bego..........Baca Selengkapnya...
    11. ANTARA SAHABAT DAN CINTA PERTAMA 
    Cerpen NN 
    "Apa kau yakin ingin meninggalkan London ?"tanya gadis cantik itu, rambut lurusnya diikat dua, mata hijaunya berbinar-binar, kulit putihnya sedikit terlihat kemerah-merahan. "Aku yakin, aku akan pergi ke Jepang, tempat asalku dilahirkan"jawab gadis Jepang itu....Baca Selengkapnya....
    12. CINTA TAK PERNAH SALAH
    Cerpen Shinta Fury Afrilia
    Hari yang paling mendebarkan bagi SMA Adi Thirta akhirnya tiba juga. Team basket dari dari SMA Adi Jaya udah mulai memasuki lapangan, kemudian disusul dengan team basket si tuan rumah. Jerit histeris pun terjadi, memanggil - manggil nama pemain idola mereka, dan berusaha mensupport mereka supaya bisa menang...Baca Selengkapnya.....
    13. CINTA YANG TAK KUKETAHUI
    Cerpen NN
    Pernahkah dipikaran kamu terbesit ada seorang gadis yang tidak kamu kenal tiba-tiba menginap dirumakmu. apa reaksi kamu? menerimanya atau tidak? namun itu semua tergantung pada pilihan kamu. tapi kalau... Baca Selengkapnya.....
    14. CINTAKU BERSEMI DI DANAU
    Cerpen NN
    Pulang sekolah gue sempetin utk mampir ke Danau,krena gue jarng ke Danau itu.Gue ska Danau krena Danau itu tempat kenagan sahabat kecilku namanya Rehan(Re)! “Nik,maafin gue yah gue haruz ninggalin lo,gue haruz ke Jepang krena ortu gue ada bisniz.Klo gue pulang kita pacaran yah coz aku cinta ma lo?Nich aku ksh kenang......Baca Selengkapnya...
    15. MENGALAH CINTA DEMI SAHABAT
    Cerpen NN
    Aku adalah seorang remaja yang baru berusia 13 tahun. aku sekolah di suatu sekolah menengah pertama. disini aku mempunyai 4 teman baik, yaitu arumi, shella, putri, dan yasmine. kami sangat kompak.pada suatu hari ada praktek pelajaran di kelasku, dan semua perebuatan untuk pertama. dan aku sudah mengambil...Baca Selengkapnya...
    16. PESAN CINTA
    Cerpen NN
    Orang-orang menyebutku sebagai kertas. Bentukku tipis dengan warna yang bermacam-macam tapi sering warnaku putih. Tubuhku sangat tipis sehingga dengan mudah ditiup angin. Manfaatku sangat besar orang-orang biasa menyampaikan apa yang dia pikirkan lewat kertas. Menulis apa saja,...Baca Selengkapnya....
    17. CINTA DIATAS PERAHU CADIK
    Cerpen Seno Gumira Ajidarma
    Bersama dengan datangnya pagi maka air laut di tepi pantai itu segera menjadi hijau. Hayati yang biasa memikul air sejak subuh, sambil menuruni tebing bisa melihat bebatuan di dasar pantai yang tampak kabur di bawah permukaan air laut yang hijau itu. Cahaya keemasan matahari pagi menyapu pantai,....Baca Selengkapnya...
    18. SURAT UNTUK KEKASIH
    Cerpen NN
    Maaf, bukan maksudku untuk menjadikanmu boneka dalam kisah ini. Sungguh aku tak bermaksud seperti itu. Atas nama persahabatanlah aku lakukan semua ini. Bukan maksudku tak menggangapmu ada. Andai saja aku bisa mengatakan semua kenyataan ini. Biarlah gemuruh petir dan derasnya hujan di malam ini yang menjadi saksi. Maaf bukan maksudku merekayasa keadaan. Baca Selengkapnya...
    19. DILARANG JATUH CINTA
    Cerpen Maroeli Simbolon, Dimuat di Republika 12/19/2004
    Wah! Semua mata terbelalak berpusat kepada laki-laki yang berdiri persis di atas atap gedung berlantai 33, siap untuk bunuh diri. Sejumlah polisi sibuk mengamankan lokasi yang dipenuhi orang-orang yang ingin menyaksikan peristiwa tragis itu secara langsung, dengan berbagai ekspresi yang tak kalah seru...Baca Selengkapnya........
    20. SELAKSANA RINDU DARI PESANTREN 
    Cerpen Asep hidayat (IX.3)
    Matahari pagi menyentuh pipiku. Berpendar pasi, seperti juga dedaunan. Sepi. Aku merentangkan kedua tanganku lebar-lebar, berharap aku bisa terbang dan menikmati seluruh ciptaan Tuhan dari atas sana. Mataku belum terbuka sepenuhnya, tapi tiba-tiba aku menatap sebuah.....Baca Selengkapnya..
    Semoga Cerpen Cinta diatas bisa membuat anda lebih baik dalam menafsirkan arti cinta dan semoga Cerpen Tentang Cinta ini terus bertambah dan Update untuk anda.

    Jumat, 19 Agustus 2011

    Kumpulan Teks Drama Terbaik

    Teks Drama biasa disebut dengan Naskah Drama adalah Hasil cipta rasa manusia yang dituangkan dalam sebuah tulisan dan dipraktekan dalam bentuk gerakan, Teks Drama ini biasanya berisi tentang alur penokohan dalam sebuah pementasan dan dialog antar tokoh. dalam kali ini Blog loker Seni akan membantu anda dalam pencarian Teks Drama yang kemas dalam sebuah Kumpulan Teks Drama, Berikut ini adalah Kumpulan Teks Drama yang bisa anda download dan pentaskan.

    KUMPULAN TEKS DRAMA TERPOPULER
    1. Kumpulan Teks Drama Legenda
    2. Kumpulan Teks Drama Indonesia
    3. Kumpulan Teks Drama Anak-anak
    4. Kumpulan Teks Drama Komedi
    5. Kumpulan Teks Drama Bahasa Inggris
    6. Kumpulan Teks Drama Bahasa Jawa
    7. Kumpulan Teks Drama Bahasa Sunda
    8. Kumpulan Teks Drama Persahabatan
    9. Kumpulan Teks Drama Cinta  
    Semoga Naskah Drama  ini bisa membantu anda dalam menyelesaikan tugas atau garapan dan kami ucapkan selamat berproses semoga dalam Proses kretif tidak ada kendala  dan jangan lupa Baca juga Naskah Drama yang lainnya.

    Rabu, 17 Agustus 2011

    Kumpulan Cerpen Terbaik Putu Wijaya

    Cerpen Putu Wijaya - Setelah kita kemaren posting Kumpulan Cerpen Islami Terbaik, Kumpulan Cerpen Romantis dan Kumpulan Cerpen Persahabatan, Kali ini Kita akan Share Kumpulan Cerpen Terbaik Karya Putu Wijaya. Putu Wijaya itulah namanya, Sastrawan yang serba bisa ini atau multi talent banyak andil besar dalam dunia kesenian Indonesia dan Putu wijaya sudah menulis kurang lebih 30 Novel, 40 Naskah, sekitar 1000 Cerpen, Esai dan artikel msalah kesenian ini, oke kali ini yang akan share yakni Kumpulan Cerpen Terbaik Karya Putu Wijaya.

    KUMPULAN CERPEN KARYA PUTU WIJAYA
    1. AIDS
    2. Ayat-ayat Cinta 
    3. BOM
    4. Bung Karno
    5. Cantik
    6. Damai
    7. Dekrit
    8. Dokter 
    9. HARDIKNAS
    10. Harkitnas 
    11. Indah
    12. Kartini 
    13. Kebebasan
    14. Kebun 
    15. Kekerasan
    16. Kembang Api 
    17. Kemerdekaan
    18. Komunitas Budaya 
    19. Merdeka
    20. Nasionalisme 
    21. Nguping
    22. Pahlawan 
    23. Panca Sila
    24. Pendet 
    25. Pilkada
    26. PORNOGRAPHY 
    27. Rendra
    28. Sejarah 
    29. Sepi
    30. SUAP 
    31. Surat Pada Gurbernur
    32. Surga 
    33. Valentine
    Semoga Cerpen Putu Wijaya diatas bisa menjadi motivasi bagi anda dalam menulis Cerpen dan kami ucapkan banyak terimakasih atas kunjungannya, Share atau Like apabila Postingan Ini bermanfaat bagi anda.

      Cerpen Pengalaman Pribadi : Sebening Embun

      Pengalaman Pribadi adalah sejarah kita dalam kehidupan, dalam pengalaman peribadi mungkin ada kalanya kita megalami diatas dan dibawah dan sebuah pengalaman pribadi akan lebih menarik apabila kita menuangkannya dalam sebuah tulisan yakni Cerpen, dalam Cerpen Pengalam Pribadi ini akan memngingatkan kita dengan adanya sebuah kematian dan dengan Cerpen pengalaman Pribadi ini semoga kita bisa meningkatkan iman dan taqwa kita terhadap sang pencipta, Oke langsung saja berikut ini adalah Cerpen Penglaman Pribadi Sebening Embun.

      Sebening Embun
      “Hallo.. selamat malam, bisa bicara dengan Didit?” ucapku pada orang yang sedang menjawab teleponku, suara itu terdengar ramah.
      “Oh.. Diditnya sedang ke dokter, mbak. Kayaknya sebentar lagi pulang, soalnya udah dari tadi sore perginya. Mbak coba lagi aja telepon kira-kira setengah jam lagi? Atau mungkin ada pesan mbak? Nanti saya sampaikan.”
      Rupanya Dwi yang mengangkat teleponku. Dwi adalah adik lelaki Didit yang pertama, dia kuliah di salah satu perguruan tinggi negeri di Bandung. Didit sendiri adalah anak sulung yang saat ini sedang mencoba berkarier di perusahaan percetakan. Aku mengenalnya ketika sama-sama terlibat dalam satu proyek pelatihan kewirausahaan.
      “Ini Dwi ya? Mm.. ya udahlah Dwi, nanti aja aku telepon lagi. Makasi ya?” lalu ku tutup telepon. Didit sakit? Hmm.. sakit apa lagi ya? Sebenarnya bukan hal aneh kalau mendengar kabar Didit sakit. Temanku yang satu ini memang dikenal sebagai orang yang mudah sakit. Jika ku perhatikan, dia seperti bukan orang yang enerjik, kelihatan lemah lunglai dan tidak bergairah. Tapi ada yang aku suka darinya, dia orangnya baik, supel dan sangat taat beragama. Dalam pergaulan, dia tak pernah membeda-bedakan orang yang menjadi temannya. Semua orang yang mengenalnya pasti selalu mengungkapkan bahwa dia seorang yang sangat baik sehingga orang-orang selalu betah untuk berlama-lama dengannya. Begitupun aku, rasa simpatiku muncul berawal dari pertemanan ini. Apalagi dia termasuk lelaki yang smart, hmm.. aku paling suka sama lelaki smart.
      “Krriiiiiiiiing.. kriing..” Uupss.. bunyi telepon di kamarku cukup membuat aku terkejut setengah mati, buyar deh lamunanku tentang Didit. Buru-buru ku angkat telepon sebelum menjerit untuk yang ke tiga kalinya.
      “Yaa.. halloo?!”
      “Halloo.. met malam, Nitanya ada?”
      Aaahhh.. sepertinya aku kenal suara khas itu.
      “Didit ya?” suaraku terdengar nyaring, mungkin karena aku merasa gembira dan tebakanku tidak meleset.
      “Hehehee..” ku dengar tawanya renyah di sana. Langsung saja ku tanya kabarnya juga tentang sakitnya. Beberapa saat aku dan dia terlibat pembicaraan yang seru, sesekali kita tertawa membicarakan kekonyolan teman yang juga sobat kami, Niken. O ya, kita berteman empat orang. Didit, Defra, Niken dan aku adalah empat sekawan yang selalu bersama-sama ke manapun kita pergi. Kita bertemu dalam satu proyek dan tetap dekat, meskipun proyek telah usai.
      Tak lama kemudian, ku dengar ia terbatuk-batuk. Aku agak meringis mendengarnya. Seperti batuk yang ditahan dan sakit kedengarannya.
      “Iya nih, batukku gak sembuh-sembuh, Nit. Makin hari, malah makin parah saja. Aku malah udah 5 hari gak masuk kantor.” Waah.. separah itukah batuknya? Aku teringat kembali kala kita masih sama-sama beserta teman-temanku yang lain. Mengerjakan proyek bersama, berdiskusi bersama, makan siang bersama, bahkan pulang pun selalu bersama. Aku tahu dari Defra, kalau dia memang mengidap berbagai macam penyakit, entah itu berat atau ringan, aku sendiri tak tahu. Yang pasti, sinusitis adalah salah satu penyakit langganannya. Mungkin karena sekarang setiap hari dia harus bermotor lagi. Ku dengar, Kijang SX abu yang selalu dia pakai telah dijual untuk kebutuhan ayahnya. Hmm.. kadang aku trenyuh mendengarnya, ia begitu perhatian terhadap keluarganya terutama pada ayahnya.
      Makin lama, batuknya terdengar makin panjang. Aku tak tega mendengarnya. Karena itu..
      “Dit, ngobrolnya distop dulu deh. Kasian kamu batuk-batuk melulu. Aku gak tega dengarnya, ntar aku yang telepon kamu lagi ya. Sekarang, kamu istirahat aja dulu.”
      Akhirnya, pembicaraan kami usai setelah tiga kali aku memintanya untuk menutup telepon karena aku tak tega mendengar batuknya.
      Seminggu berlalu, aku sibuk dengan pekerjaanku. Beberapa makalah belum aku selesaikan, padahal makalah ini harus selesai besok untuk dipresentasikan bossku di depan audiens training komunikasi. Aah.. aku teringat janjiku untuk menelepon Didit. Bagaimana keadaannya sekarang ya? Sudah sembuhkah ia? Aku sendiri heran, kenapa teman-temanku tak ada yang kasih kabar padaku soal kondisi Didit hari ini. Apa mereka pun sangat sibuk sampai melupakan Didit? Atau mereka tidak tahu kalau Didit sakit? Sejak proyek usai, kontak hanya dilakukan lewat telepon dan email. Defra diterima sebagai perwira Angkatan Laut dan harus bertugas di Papua, sedangkan Niken, dia kembali ke posisinya sebagai mahasiswa Ilmu Politik yang sibuk menyelesaikan skripsinya.
      Aku kembali tenggelam dalam pekerjaanku menyelesaikan sisa makalah komunikasi sambil ku nyalakan MP3 player di komputer kerjaku. Lagu “Lea” Toto pun mengalun, menemani kesibukanku. Aku teruskan ketikan makalah untuk bossku. Rumit juga ya, mengerjakan sesuatu di kala kurang konsentrasi? Apalagi kalau bahan untuk menyusun makalah dirasa kurang lengkap. Tapi, aaahh.. akhirnya, selesai juga makalah ini. Segera ku susun pula dalam power point mengingat bossku suka mempresentasikan makalahnya memakai proyektor. Waktuku hanya tinggal satu jam lagi sebelum menjelang jam pulang.
      Waktu menunjukkan pukul lima sore lewat lima menit. Aku buru-buru membereskan bahan-bahan makalah dan meja kerjaku untuk bergegas pulang, agar bisa cepat-cepat menelepon temanku, Didit.
      Ku tekan nomor itu, lalu ku dengar telepon diangkat. Langsung ku sapa, “Halloo.. selamat malam, bisa dengan Didit?” beberapa detik ku tunggu jawab dari telepon itu.
      “Yaa.. ini Didit, Nita?” waah.. rupanya dia sendiri yang menerima langsung teleponku. Tapi, kenapa suaranya tak seperti suara yang selama ini ku kenal ya? Aku hampir tak mengenalinya. Suara ini begitu serak, berat dan seperti menahan sakit. Apa sakitnya belum sembuh juga?
      “Hai Dit, gimana kabarmu? Udah baikan? Sepertinya masih batuk ya?” aku membuka pembicaraan.
      “Belum Nit. Batukku makin parah, dadaku kadang terasa sakit. Jadinya, aku gak bisa ngobrol banyak. Kadang aku malah gak sanggup untuk terima telepon. Aku suka minta orang rumah untuk bilang aku sudah tidur kalau ada yang telpon aku. Makanya, maaf ya kalau besok-besok, kamu terima telepon dari rumahku seperti itu.”
      Waah.. aku jadi merasa seperti orang bersalah, karena aku telepon dia saat ini. Padahal aku hanya ingin tahu kabarnya saja. Tapi, menurutnya malam ini aku beruntung sekali karena dia sedang dalam kondisi lumayan sehingga bisa terima teleponku. Senangnya aku mendengar jawaban ini darinya. Aku rekam dalam ingatanku, dia tak boleh ngobrol banyak. Karena itu, aku juga ngobrol seperlunya saja. Bercerita soal kerjaanku, juga kabar teman-teman. Ya, dia menanyakan kabar teman-temannya. Mungkin karena ia sendiri belum ketemu mereka sejak proyek usai.
      Sudah sepuluh menit, aku harus menutup teleponku. Aku takut, dia kecapekan karena harus membalas obrolanku. Tapi, anehnya dia tetap saja bercerita. Aku jadi tak enak untuk menghentikannya. Ku dengar dengan seksama ceritanya dan sesekali ku tanggapi. Sepertinya dia tak mau cepat-cepat mengakhiri obrolan ini. Gimana ya?
      “Dit.. udah cape belum? Jangan lupa, kamu harus banyak istirahat. Aku gak mau teleponku ini ganggu istirahatmu.” Tapi, dia tak hiraukan ucapanku. Dia tetap saja asyik bercerita padaku. Sepertinya, malam ini dia punya teman ngobrol? Dan sepertinya aku menelepon di waktu yang tepat. Hmm.. aku jadi ingat rasa simpatiku padanya, mungkinkah?
      Akhirnya, terpaksa harus ku akhiri juga obrolan ini karena aku mulai mendengar batuk sakitnya. Suaranya terdengar agak kecewa, karena aku memutuskan obrolan ini. Seperti biasa, aku janji padanya akan telepon beberapa hari lagi untuk mengetahui kondisinya. Suaranya terdengar gembira dan aku senang mendengarnya. Dalam hati ku berdoa, semoga ia cepat sembuh.
      “Kriiiiiiing..” bunyi telepon menyadarkan aku ketika sedang asyik menyusun buku-buku pustaka bossku yang harus aku susun alphabetis.
      “Yaa.. haloo selamat siang?” ternyata pak Ujang bawahan bossku yang dulu sama-sama diperbantukan di proyek. Dia memberiku kabar tentang sakitnya Didit. Aku tanya perkembangannya, mengingat sudah beberapa hari ini aku belum sempat menelepon Didit lagi.
      “Mbak Nita, Mas Didit sekarang kondisinya makin parah. Saya kemarin nengok dia, kasihan sekali mbak sampai gak tega lihatnya juga. Kalau bisa, mbak sempatkan nengok juga, buat sekedar kasih motivasi aja, soal umur kan kita gak tau mbak.” Aku terdiam mendengar cerita Pak Ujang tentang Didit. Padahal tempat kerjaku kebetulan berdekatan dengan rumah DIdit yang hanya beda satu komplek saja, tapi aku belum menyempatkannya. Aku bingung, datang ke rumah Didit sendirian, duh.. apa gak jadi tanda tanya orang tuanya ya? Selama ini yang aku lakukan memang hanya meneleponnya saja. Buru-buru ku tepis perasaan itu. Sepertinya omongan pak Ujang benar juga, umur manusia tidak bisa diprediksi. Aku jadi tergugah untuk menengok Didit, daripada aku menyesal. Sebenarnya dia sakit apa ya? Pak Ujang sendiri belum tahu karena memang Didit sakit masih menjalani perawatan di rumah saja.
      “Met malam.. Didit ya? Gimana kabarnya sekarang?” ku dengar dia terdiam, seperti sedang ambil nafas panjang sebelum akhirnya membalas pertanyaanku.
      “Kondisiku masih sama Nit. Kemarin aku check-up ke dokter, katanya ada tumor di paru-paruku besarnya kira-kira sebesar telur ayam. Tumor ini ada di antara sekat paru-paruku, makanya bikin aku susah nafas dan kadang-kadang dadaku sakit jadi untuk mengurangi sakitnya aku batuk-batuk. Kata dokter harus dioperasi, biayanya sekitar 30 juta. Aku gak punya uang sebesar itu, lagi pula peluang hasil operasi ini fifty-fifty. Si pasien bisa sembuh atau malah meninggal. Jadi ku pikir, kalau hasilnya seperti itu lebih baik gak usah dioperasi. Aku mau coba pengobatan alternatif aja yang lebih murah. Aku udah pasrah kok sekarang.” Aku terdiam mendengarnya. Aku hampir menangis mendengar cerita Didit. Ya Allah.. segitu beratnya cobaan yang Engkau berikan pada temanku? Teman sebaik dia harus menanggung cobaan ini? Suara Didit seperti yang ringan beban, dia begitu pasrah pada kondisinya. Tak ada kalimat keluhan sedikitpun. Aku salut padanya, dalam kondisinya yang mungkin akan menghadapi maut, dia masih bisa tersenyum. Motivasinya untuk sembuh bisa aku rasakan. Aku jadi ingin bertemu dengannya. Aku ingin lihat kondisinya langsung, aku jadi teringat cerita pak Ujang dua hari yang lalu.
      Lalu, ku telepon Niken untuk coba mengajaknya menengok Didit. Tapi, saat ini dia sedang sibuk-sibuknya. Dia menolak aku ajak, karena harus bolak-balik mengurus skripsinya. Dia janji padaku akan menengok Didit begitu kesibukannya berkurang. Duh.. kenapa susah sekali mengajak orang untuk menemaniku ke rumah Didit?
      “Hai Nit.. sibuk banget nih? Gimana buku pustaka bossmu udah ampe mana dientry?” Nanin datang menghampiriku, aku sedang asyik memasukkan judul-judul tumpukan buku pustaka ke komputer yang ada di meja kerjaku. Aku membalas sapaannya. Nanin adalah orang yang dikontrak boss untuk membantuku menyusun buku-buku pustaka secara alphabetis. Dia dosen komunikasi yang juga pustakawan. Program buatannya dibeli bossku sebagai penunjang pustaka. Saat ini dia adalah trainerku untuk adaptasi penggunaan program buatannya. Tidak terlalu sulit, hanya butuh sedikit ketelatenan saja agar buku-buku yang dimasukkan tidak terlewat judul maupun isinya. Sesekali aku tanya Nanin, jika ku kesulitan menentukan jenis buku yang ku masukkan.
      Selama beberapa jam aku asyik dengan kesibukanku, begitupun Nanin. Ku lihat dia sedang menempel label pustaka yang telah aku cetak tadi. Setelah itu, buku-buku yang telah didata dan ditempeli label, disusun ke rak buku sesuai dengan nomor jenis buku.
      Waktu menunjukkan pukul empat sore. Aku teringat niatku untuk menengok Didit. Ahaaa.. kenapa tak ku ajak Nanin saja?
      “Nin.. mau anter aku nengok temenku gak? Dia udah sakit lama banget hampir dua bulan gak sembuh-sembuh, tumor paru. Aku pengen nengok, cuma gak ada temen. Gak enak nih, abis temen laki-laki. Mau gak Nin? Ntar sore ya? Deket kok di komplek sebelah.” Aku ngomong sambil sedikit memohon, please..
      Ku lihat Nanin sedikit tersenyum, “Temen spesial ya?” mimik jahil diapun tampak. Aku nyengir dibuatnya, serasa kepergok mendadak. Nanin diam sejenak, aku harap-harap cemas. Untuk lebih meyakinkannya, aku pun cerita panjang lebar soal penyakitnya. Pikirku, pokoknya sore ini aku harus jadi nengok Didit.
      “Oke.. ntar sore aku temenin.” Aaahhh.. senangnya aku, akhirnya ada juga yang mau temani ke rumah Didit. Sepertinya omonganku begitu persuasif ya? Bikin Nanin mau berkorban untukku.
      “Assalamu’alaikum..” ku lihat ada dua orang tamu di rumah Didit. Aku dan Nanin disambut ayah Didit. Rumahnya yang mungil, kelihatan begitu asri dan rapi. Ibunya muncul dan menyalamiku, aku sapa Didit yang duduk dekat ruang makan. Dia tersenyum padaku dan membalas sapaanku. Rupanya tamu itu, pak Dadi dosen fakultas tempat bossku mengajar yang juga senior kelas Didit waktu kuliah. Aku kenal, karena selalu kontak dengannya jika ada urusan soal perkuliahan. Kerjaanku memang berhubungan dengan akademik, karena itu aku kenal dekat dengan beberapa dosen tempat bossku mengajar.
      Didit terlihat diam, sangat jauh berbeda jika ketemu aku di telepon. Tapi aku tak terlalu ambil pusing, yang penting saat ini aku bisa lihat keadaannya. Dia terlihat seperti orang yang sehat, hanya wajahnya sangat pucat. Tak ada kesan kurus di badannya, semuanya terlihat biasa namun sangat jelas, kalau dia seperti menahan sesuatu yang sakit dan semua orang tidak perlu tahu. Mungkin dia lebih suka menikmatinya sendiri sehingga orang yang melihatnya tetap seperti orang yang sehat. Sesekali dia mengajakku ngobrol dan aku menjawabnya sambil ku perhatikan mimiknya. Lemah sekali.
      Satu jam berlalu, hampir maghrib aku memberi kode pada Nanin untuk segera pulang. Ku pikir, dia harus istirahat lagi. Ku lihat pak Dadi pun hendak bersiap-siap pulang. Sore itupun aku pamit pada ayah ibunya dan juga Didit dan tak lupa mendoakannya. Aku melihat satu harapan di dirinya. Sepertinya dia merasa senang karena aku menengoknya. Mudah-mudahan menjadi satu harapan pula untuknya agar tetap tidak menyerah pada penyakitnya.
      Satu bulan berlalu, sejak aku menengoknya. Aku tidak tahu kondisi Didit sekarang. Kesibukanku membuat aku tidak ada kesempatan untuk tahu kabarnya. Lagi pula aku sendiri tak mau mengganggu istirahatnya, karena setiap kali aku telepon aku tak pernah bisa lagi ngobrol langsung dengannya. Biasanya aku hanya ngobrol dengan ayahnya karena dia sedang istirahat.
      Pagi tadi sebelum aku sampai tempat kerjaku, aku lihat iring-iringan jenazah masuk gang rumah Didit. Rumah Didit memang bersebelahan dengan komplek pemakaman umum. Anehnya, aku deg-degan dibuatnya. Aku teringat Didit. Tapi buru-buru ku tepis pikiran itu jauh-jauh.
      Ku lihat di luar jendela depan meja kerjaku panas terik disertai hujan rintik-rintik. Kenapa pikiranku tertuju pada Didit lagi ya? Dia sedang apa sekarang? Hari ini tanggal 14 November. Ada apa ini? Aku benar-benar ingin tau kabarnya. Mungkin nanti sore aku telepon ke rumahnya. Namun, ku urungkan niatku karena takut mengganggu istirahatnya. Sejak ku hanya bisa ngobrol dengan ayahnya saja, aku memang jadi agak jarang meneleponnya lagi. Semoga kondisinya membaik. Ayahnya pun sudah terlihat pasrah.
      “Kriiiiiinngg.. kriiing..” telepon di kamarku bunyi. Jam berapa ini? Jam 04.30.. siapa ya subuh-subuh begini telepon? Buru-buru ku angkat telepon yang tepat di atas sandaran kepalaku.
      “Halloo..” aku agak berat mengangkatnya. Rasa kantukku tak tertahankan, padahal aku harusnya sudah bangun untuk shalat subuh.
      “Assalamu’alaikum.. dengan Nita ya?” hey.. sepertinya aku kenal suaranya, Fikri. Dia teman baik Didit juga, hanya pertemananku dengannya tak sedekat dengan Didit, Defra dan Niken. Lagi pula baru kali ini dia telepon aku. Lalu, ada apa ya subuh-subuh dia telepon aku? Tumben.
      “Alaikum salam.. iya Fik, tumben telepon. Ada apa?” suaraku terdengar berat. Ku dengar dia agak ragu untuk menyampaikan sesuatu.
      “Ini Nit.. mm, kamu udah tau soal kabar Didit belum? Aku mau nyampein tadi dini hari jam 02.30 Didit udah ninggalkan kita semua untuk selamanya. Dia udah meninggal Nit..” Dhhuuuuaaaaaarrr!! aku merasa sedang disambar petir saat aku mendengar kabar ini dari Fikri. Suara Fikri terdengar terbata-bata. Spontan aku ucapkan Innalillahi wa inna ilaihi rojiun.. aku langsung menangis saat itu juga. Kenapa secepat ini ya Allah Kau panggil teman terbaikku? Aku terus menangis dan terus menangis.
      “Kita pasrahkan aja pada Allah Nit.. yang penting jangan lupakan untuk doakan Didit, mudah-mudahan amal ibadahnya diterima di sisi Allah SWT.” Suara Fikri menahan tangisku. Obrolan disudahi karena dia harus kontak teman-teman lainnya dan aku pun harus memberitahu teman-temanku. Niken, Defra apa mereka sudah tahu?
      Niken menangis. Tangisannya malah tak berhenti di telepon, padahal aku sudah berusaha berkali-kali menghiburnya. Dia menyesal sekali, karena saat aku ajak menengok dia tolak ajakanku dengan alasan sibuk skripsi. Dia menyesal kenapa tidak menerima ajakanku saat itu. Dia menyesal karena selama Didit sakit, justru dia jarang kontak. Aku tetap mendengar semua penyesalan Niken. Aku teringat dua hari yang lalu, perasaanku sangat tidak enak soal Didit. Aku pun sempat menyesal, kenapa hari itu aku urungkan niatku untuk meneleponnya? Padahal kata Fikri, hari itu adalah hari Didit masuk rumah sakit karena kondisinya bertambah parah. Dia sempat anfal di rumah sakit. Seandainya hari itu aku jadi menelepon, mungkin aku bisa langsung menengoknya pula di rumah sakit. Tapi, semuanya sudah terjadi. Jalannya memang harus seperti ini. Aku pun teringat akan asaku.
      Pagi ini, 16 November aku siap-siap untuk menghadiri pemakaman teman terbaikku. Dengan tangis yang tak henti-hentinya, aku coba untuk lebih kuat dari Niken. Aku bersyukur, karena di saat-saat terakhirnya aku sempat merasakan lebih dekat dengannya. Aku bersyukur karena di saat sebulan sebelum kematiannya, aku sempat menengoknya. Aku bersyukur karena diberi kesempatan menjadi orang yang pertama mendapat kabar kematiannya. Aku bersyukur, dia telah bebas dari penderitaannya. Semoga ini yang terbaik untuknya. Selamat jalan sobat.. suatu saat, aku pun pasti akan menjadi bagian dari duniamu. Engkau teman terbaik yang pernah ku punya bagai sebening embun yang selalu membasahi setiap helai daun. L
      The End

      Sumber : http://gusti68.blogspot.com/

      Contoh Cerpen Dewi Lestari

      Dalam penulisan Cerpen mungkin bagi sebagian orang memang sangat susah, karena mungkin tidak banyak menguasai kosakata bahasa, kurangnya pengalaman pribadi dan masih banyak lagi yang menjadi kendala dalam penulisan Cerpen bagi setiap orang, oke jangan Pesimis dulu karena semua maslah yang diatas bisa teratasi apabila kita ada niat dan mau belajar karena dengan niat dan ada kemauan belajar itulah salah satu kunci kesuksesan bagi semua orang, dalam Contoh Cerpen ini Blog Loker Seni akan mencontohkan Cerpen dari salah satu Cerpenis Indonesia yang sudah tidak diragukan lagi dalam dunia penulisan Indonesia yakni Dewi Lestari, Blog Loker Seni akan mencontohkan Cerpen Karya dari Dewi Lestari.

      Satu Orang Satu Pohon
      Cerpen Dewi Lestari

      Ada yang tidak beres dalam perjalanan saya menuju Jakarta. Di sepanjang jalan menuju gerbang tol Pasteur, saya melihat pokok-pokok palem dalam kondisi terpotong-potong, tersusun rapi di sanasini, apakah ini jualan khas Bandung yang paling baru? Sayup, mulai terdengar bunyi mesin gergaji. Barulah saya tersadar. Sedang dilakukan penebangan pohon rupanya. Dari diameter batangnya, saya tahu pohon-pohon itu bukan anak kemarin sore. Mungkin umurnya lebih tua atau seumur saya. Pohon palem memang pernah jadi hallmark Jalan Pasteur, tapi tidak lagi. Setidaknya sejak hari itu. Hallmark Pasteur hari ini adalah jalan layang, Giant, BTC, Grand Aquila, dan kemacetan luar biasa. Bukan yang pertama kali penebangan besar-besaran atas pohon-pohon besar dilakukan di kota kita. Seribu bibit jengkol pernah dipancangkan sebagai tanda protes saat pohon-pohon raksasa di Jalan Prabudimuntur habis ditebangi. Jalan Suci yang dulu teduh juga sekarang gersang. Kita menjerit sekaligus tak berdaya. Bukankah harus ada harga yang dibayar demi pembangunan dan kemakmuran Bandung? Demi jumlah penduduknya yang membuncah? Demi kendaraan yang terus membeludak? Demi mobil plat asing yang menggelontori jalanan setiap akhir pekan? Beda dengan sebagian warganya, pohon tidak akan protes sekalipun ratusan tahun hidupnya disudahi dalam tempo sepekan. Pastinya lebih mudah menebang pohon daripada menyumpal mulut orang. *** Seorang arsitek legendaris Bandung pernah berkata, lebih baik ia memeras otak untuk mendesain sesuai kondisi alam ketimbang harus menebang satu pohon saja, karena bangunan dapat dibangun dan diruntuhkan dalam sekejap, tapi pohon membutuhkan puluhan tahun untuk tumbuh sama besar. Sayangnya, pembangunan kota ini tidak dilakukan dengan paham yang sama. Para pemimpin dan perencana kota ini lupa, ukuran keberhasilan sebuah kota bukan kemakmuran dadakan dan musiman, melainkan usaha panjang dan menyicil agar kota ini punya lifetime sustainability sebagai tempat hidup yang layak dan sehat bagi penghuninya. Bandung pernah mengeluh kekurangan 650.000 pohon, tapi di tangannya tergenggam gergaji yang terus menebang. Tidakkah ini aneh? Tak heran, rakyat makin seenaknya, yang penting dagang dan makmur. Bukankah itu contoh yang mereka dapat? Yang penting proyek 'basah' dan kocek tambah tebal. Proyek hijau mana ada duitnya, malah keluar duit. Lebih baik ACC pembuatan mall atau trade centre. Menjadi kota metropolis seolah-olah pilihan tunggal. Kita tidak sanggup berhenti sejenak dan berpikir, adakah identitas lain, yang mungkin lebih baik dan lebih bijak, dari sekadar menjadi metropolitan baru? Saya percaya perubahan bisa dilakukan dari rumah sendiri, tanpa harus tunggu siapa-siapa. Jika kita percaya dan prihatin Bandung kekurangan pohon, berbuatlah sesuatu. Kita bisa mulai dengan Gerakan Satu Orang Satu Pohon. Hitung jumlah penghuni rumah Anda dan tanamlah pohon sebanyak itu. Tak adanya pekarangan bukan masalah, kita bisa pakai pot, ember bekas, dsb. Mereka yang punya lahan lebih bisa menanam jumlah yang lebih juga. Anggaplah itu sebagai amal baik Anda bagi mereka yang tak bisa atau tak mau menanam. Pesan moralnya sederhana, kita bertanggung jawab atas suplai oksigen masing-masing. Jika pemerintah kota ini tak bisa memberi kita paru-paru kota yang layak, tak mampu membangun tanpa menebang pohon, mari perkaya oksigen kita dengan menanam sendiri. Ajarkan ini kepada anak-anak kita. Tumbuhkan sentimen mereka pada kehidupan hijau. Bukan saja anak kucing yang bisa jadi peliharaan lucu, mereka juga bisa punya pohon peliharaan yang terus menemani mereka hingga jadi orangtua. Mertua saya punya impian itu. Di depan rumah yang baru kami huni, ia menanam puluhan tanaman kopi. Beliau berharap cucunya kelak akan melihat cantiknya pohon kopi, dengan atau tanpa dirinya. Sentimen sederhananya tidak hanya membantu merimbunkan Bukit Ligar yang gersang, ia juga telah membuat hallmark memori, antara dia dan cucunya, lewat pohon kopi. Kota ini boleh jadi amnesia. Demi wajahnya yang baru (dan tak cantik), Bandung memutus hubungan dengan sekian ratus pohon yang menyimpan tak terhitung banyaknya memori. Kota ini boleh jadi menggersang. Jumlah taman bisa dihitung jari, kondisinya tak menarik pula. Namun mereka yang hidup di kota ini bisa memilih bangun dan tak ikut amnesia. Hati mereka bisa dijaga agar tidak ikut gersang. Rumah kita masih bisa dirimbunkan dengan pohon dan aneka tanaman. Besok, atau lusa, siapa tahu? Bandung tak hanya beroleh 650.000 pohon baru, melainkan jutaan pohon dari warganya yang tidak memilih diam.

      Cerpen Sahabat : Rumah Terakhir

      Rumah Terakhir
      Cerpen Eka Maryono



      Rumah Terakhir

      DIA bangun dengan firasat akan mati. Entah bagaimana perasaan itu muncul. Beberapa jam lalu dia masih berselimut gemuruh lantai diskotek sambil memeluk perempuan di sampingnya, yang selalu tertawa dalam kepura-puraan. Lewat tengah malam, sepanjang yang bisa diingatnya, mereka naik ke lantai tiga sebuah hotel bintang lima.
      Pagi itu dia memandang jalan raya lewat jendela. Di bawah sana, mobil, motor, truk, bus kota, sepeda, orang-orang, semuanya bergerak dalam keheningan masing-masing. Lalu gerimis turun dengan ujung-ujung airnya menari-nari di jendela, persis lidah anak kecil menjilati kaca. Batinnya mendadak sunyi. Kemarin usianya genap tiga puluh delapan dan istrinya ingin membuat pesta. “Cuma kue tart dengan tiga puluh delapan batang lilin menyala di atasnya. Kau bisa menyebut keinginanmu sebelum meniup lilin-lilin itu,” bujuk istrinya.
      Percakapan semacam itu selalu terulang setiap tahun dan pasti berlanjut di tahun-tahun mendatang sampai dia menyerah dan mengizinkan istrinya mengadakan pesta. Baginya, ulang tahun tidak seharusnya diperingati. Ulang tahun pertanda umur bertambah tua dan itu artinya ajal kian mendekat. Dia menarik nafas panjang hingga bergalon-galon udara berebutan masuk ke dalam paru-paru yang sejak tadi menciut seperti balon kempes.
      Dia anak tunggal. Lima belas tahun silam dia dijodohkan dengan istrinya sekarang. Mereka menikah selang tiga bulan berkenalan. Ketika orang tuanya meninggal karena kecelakaan, keberadaan istrinya jadi begitu berarti. Tanpa istri dia sendirian di dunia ini. Tapi waktu berlalu tanpa meninggalkan jejak, kecuali secuil debu dalam ingatannya. Saat dia mulai mengenal dunia malam, dia kehilangan sebagian besar rasa cinta pada istrinya. Tapi kebenciannya pada pesta ulang tahun tidak pernah memudar sampai pagi itu, ketika dia teringat perkataan istrinya, “Dengan tiga puluh delapan batang lilin menyala di atasnya. Kau bisa menyebut keinginanmu sebelum meniup lilin-lilin itu.”
      Malamnya dia meniup ketiga puluh delapan lilin itu.
      “Apa harapanmu?”
      “Aku ingin panjang umur.”
      “Cuma itu?”
      “Ya!”
      Istrinya diam. Dia pun diam. Setelah beberapa kalimat basa-basi yang membosankan, mereka memutuskan untuk tidur, meski malam belum terlalu larut.
      Malam itu dia bermimpi. Tubuhnya melayang ke angkasa. Di bawahnya orang-orang berkerumun di tanah lapang sambil memanggil-manggil namanya. Dia ingin kembali mengikuti panggilan orang-orang itu, tapi tubuhnya semakin melayang tinggi. Dia sempat diombang-ambingkan angin sebelum tersedot dalam lingkaran cahaya.
      Pemandangan pertama yang dilihatnya adalah persawahan hijau. Dia melayang melewati petak- petak tegalan sawah. Dia memejamkan mata saat angin sejuk menerpa wajahnya. Sore itu langit begitu cerah. Sekumpulan burung terbang ke arah utara. Matanya memandang ke kejauhan, ke batas pandang sejauh ia bisa memandang. Dia benar-benar menikmati keheningan yang ada. Apa yang dilihat sesudahnya lebih menakjubkan lagi.
      Selepas persawahan adalah hamparan rumpun bambu. Sebuah rumah mungil bercat putih berdiri di situ. Samar-samar didengarnya tawa anak-anak dari dalam rumah. Perlahan dia melayang turun mendekati jendela. Seorang lelaki setengah tua, dengan bayangan bilah-bilah bambu terpantul di keningnya seolah cermin yang memantulkan sisa-sisa cahaya senja, sedang mengisahkan sebuah cerita lucu. Anak-anak duduk bersila mengelilingi lelaki itu. Ia teringat akan dirinya semasa kecil, saat bapak ibunya masih ada. Bapaknya selalu meninabobokan dia dengan cerita-cerita indah. Kadang ada satu dua cerita terdengar lucu hingga membuatnya tertawa, seperti anak-anak di dalam rumah kecil di antara rumpun bambu itu. Setelah sekian waktu lewat, dia rindu menjadi anak-anak.
      Setelah puas mendengarkan cerita, dia kembali naik ke angkasa. Sehabis perjalanan berkali-kali lipat panjang lapangan bola, dia melihat sebuah kolam yang airnya jernih seperti lapisan kaca. Dia juga melihat bidadari-bidadari turun menyusuri pelangi yang muncul dari balik kecipak air terjun. Dia ternganga melihat para bidadari satu per satu mulai melepas pakaian dan bersenda gurau saat kaki mereka menyentuh dasar kolam. Dia betah melihat mereka mandi, bahkan dia ingin memercikkan air ke punggung mereka yang serupa sayap kupu-kupu. Dan nanti seusai mereka mandi, dia ingin mengantar mereka pulang menaiki pelangi.
      Dia terbangun dengan perasaan akan mati, tapi dia tidak merasa sepi. Kematian tidak seseram yang dibayangkannya. Alam kematian ternyata indah dan damai. Samar-samar dilihatnya jam dinding masih menunjukkan pukul 2 malam. Istrinya masih tidur lelap, seolah tak peduli apakah bumi akan berhenti berputar.
      ***
      Paginya dia membaca koran. Matanya tertuju pada iklan, “Taman Memorial: Kami menawarkan tempat peristirahatan terakhir sesuai selera anda.” Tanpa membuang waktu dia bergegas ke sana. Seorang staf pemasaran menyambut kedatangannya.
      “Selamat siang! Ada yang bisa saya bantu?”
      “Saya ingin minta penjelasan mengenai Taman Memorial.”
      “O, dengan senang hati akan saya jelaskan.
      Taman Memorial adalah area pemakaman yang ditata secara modern. Pemandangannya sangat indah, jauh dari kesan seram. Kami membangun tempat ini sesuai standar mutu yang ditetapkan kantor pusat di Amerika, tapi tentunya sudah kami sesuaikan dengan selera lokal.”
      “Berapa biayanya?”
      “Harganya bervariasi, mulai Rp6,5 juta sampai Rp150 juta, tergantung tipe yang Bapak pilih, apakah single, double, atau family? Single berukuran 5 x 2 meter, double berukuran 11 x 5 meter, dan family berukuran 36 x 24 meter. Masing-masing dibagi lagi dalam kelas ekonomi, deluxe dan super deluxe. Bahkan kami menyediakan kaveling dinasti yang luasnya antara 5 sampai 10 hektar. Cukup untuk anak cucu sampai puluhan generasi.”
      “Apa kelebihan lainnya?”
      “Pertama, lahan kuburan bisa menjadi hak milik. Bapak cukup membayar sekali untuk dana perawatan dan prasarana, selebihnya kami jamin tidak akan pernah ada biaya lagi. Kedua, penziarah tak perlu takut diganggu pengemis yang suka meminta uang. Ketiga, penziarah bisa sekaligus berwisata karena kami melengkapi tempat ini dengan taman bunga, danau buatan, kolam renang, kolam pemancingan, lapangan golf, restoran, hipermarket, arena permainan anak, dan tentu saja tempat-tempat ibadah. O ya, khusus muslim, arah makam menghadap kiblat.”
      “Begitu ya? Bila saya jadi memesan, apa saya boleh menikmati seluruh fasilitas atau mungkin semua itu hanya untuk penziarah?”
      “Bapak boleh menggunakan seluruh fasilitas yang ada. Jujur saja, kami malah menganjurkan pada setiap calon penghuni untuk sering-sering datang kemari, supaya akrab dengan lingkungan yang akan menjadi rumah terakhir mereka. Bagaimana jadi memesan tempat?
      “Saya ingin lihat-lihat dulu.”
      “Silakan, petugas kami siap mengantar Bapak.”
      ***

      Suasana Taman Memorial benar-benar mirip tempat wisata. Setiap hari ratusan orang bercengkerama di tempat ini. Mereka adalah calon penghuni yang namanya terdaftar sebagai pemilik lahan kubur. Ada yang datang sendiri, ada yang datang bersama keluarga atau teman. Pada Sabtu dan Minggu serta pada hari-hari libur nasional pengunjung bisa berkali-kali lipat jumlahnya. Sejak dia dan istrinya terdaftar sebagai calon penghuni, mereka sudah berkali-kali datang kemari. Mereka senang berada di tempat ini. Di sini udaranya masih sejuk karena pohon-pohonnya rindang dan menjulang tinggi. Rumput dan bebungaan terawat dengan baik hingga aroma wewangian tercium sepanjang waktu. Jalan-jalannya lebar dan terjulur di mana-mana, mulus seperti kaki perempuan yang baru dicukur.
      Senja itu, sambil mendayung  perahu di pinggiran danau, dia bercerita tentang mimpinya. Istrinya tersenyum geli membayangkan cerita itu. Katanya, dia pernah mimpi serupa kala remaja. Bedanya dia juga melihat burung-burung melayah dari balik gunung sebelum menghilang di ranting-ranting pohon dekat ladang jagung. “Mimpiku lebih lengkap,” kata istrinya.
      Dia belum sempat membalas ucapan istrinya ketika terdengar nyanyian sendu dari dalam kapel di tepi danau. Para pelayat tampak memenuhi bangunan kecil yang diterangi lampu dan puluhan batang lilin yang menyala seperti kunang-kunang. Besok atau lusa, seseorang akan pindah ke rumah terakhirnya.
      “Kau ingat harapanmu saat meniup lilin waktu itu? Kau tak mau mati cepat-cepat, mungkin nanti saat tubuhmu bungkuk, kulitmu keriput dan rambutmu putih. Kenapa sekarang kau kelihatan tenang? Kematian tak lagi menyeramkan atau mungkin kau merasa semua mimpimu sudah jadi kenyataan?”
      “Aku tenang karena tak lagi menganggap kematian sebagai beban atau hukuman. Kematian adalah sesuatu yang harus ditunggu. Itu kewajiban kita sebagai manusia, menunggu.”
      “Aku tidak mengerti. Kau bicara seolah mengerti filsafat saja. Dasar filsuf keranjang sampah.”
      Dia menghapus keringat yang mengalir ke dagunya. Tangannya menunjuk burung-burung yang melintasi cakrawala.
      “Kau lihat! Ke mana pun mereka pergi, pasti pulang ke sarang,” katanya.
      “Hei, sekarang kau jadi penyair pula, atau mungkin pencipta lagu? Kata-kata seperti itu seharusnya ada dalam lagu picisan. Dengar ya, aku tahu yang hidup pasti akan mati, tapi burung terbang belum tentu balik ke sarang, siapa tahu ada pemburu menembak mereka.”
      Dia tertawa. Istrinya tertawa. Saat bulan muncul selepas senja, mereka dikuasai gairah pengantin remaja. Air danau seolah samudra tanpa batas. Gema lagu sendu yang dilantunkan pelayat dari dalam kapel terdengar seperti desiran ombak, dan cahaya lilin bukan lagi seperti kunang-kunang, tapi menjelma bintang-bintang yang jaraknya jutaan kecepatan cahaya. Dia menciumi istrinya dengan dengus nafas seperti angin laut di musim kemarau. Telah lama dia menutup telinga pada gema cinta yang dilontarkan istrinya. Dan malam ini ada sesuatu yang aneh, sesuatu yang tidak beres. Dia kembali mencintai perempuan itu.
      “Jangan di sini,” bisik istrinya.
      Dia buru-buru mendayung perahu ke tepi. Perjalanan pulang kali ini adalah perjalanan terlamanya. Dia menyetir mobil dengan dada bergemuruh, seperti debaran yang dirasakan saat melewati malam pertama dengan perempuan itu. Sepanjang jalan sepi melewati jalur berliku, istrinya tak henti menebar senyum. Parasnya sangat cantik. Senyumnya membuat giginya yang putih menjadi lebih bercahaya. Tapi sebuah jip mendadak muncul dari belakang dan berhenti tepat di depan mobil mereka.Senyum istrinya tercekik. Dia menekan pedal rem sekencang-kencangnya.
      Mobil berhenti setelah menabrak belakang jip. Dia belum sempat berpikir ketika empat lelaki turun dari jip, lalu menyeretnya keluar. Dia berusaha melawan, tapi pukulan keras melayang ke hidungnya. Ketika tubuhnya dinaikkan ke dalam jip, dia masih sempat mendengar istrinya menjerit minta tolong. Di dalam jip matanya terbelalak ketika menatap wajah seorang perempuan.
      “Apa kabar? Maaf bila kita harus bertemu dalam keadaan seperti ini.”
      Dia ingin mengatakan sesuatu, tapi jari perempuan itu terlanjur menekan bibirnya.
      “Ah, tenanglah sedikit. Aku hanya ingin kau mengembalikan mimpi-mimpi indahku. Bukankah kau yang memberiku mimpi-mimpi itu?”
      Bertahun-tahun kemudian kerangka manusia ditemukan berserakan di tengah hutan. Tulang-tulang itu kemudian dikuburkan, tanpa nama, hanya sebongkah batu sebagai nisannya.***
      *) Dimuat Di Harian Seputar Indonesia, Minggu 2 Januari 2011

      Profil penulis :
      Eka Maryono lahir di Jakarta, 2 Maret 1974.  Pendidikan terakhirnya ditempuh di jurusan Sastra Jepang, Universitas Nasional (1991–1997).  Pernah aktif sebagai peneliti dalam komunitas Studi Sastra Jakarta. Bukunya yang sudah terbit Etalase Sunyi (Kumpulan Puisi Kamar, Yayasan Pintar, 2002).

      Senin, 15 Agustus 2011

      Naskah Drama 8 Orang Pemain

      Alhamdulillah ketemu juga setelah membuka sekian banyak Naskah yang dimiliki Oleh Blog Loker Seni ini dengan kategori Naskah Drama 8 Orang Pemain, Naskah ini berjudul Ibu Bukan Ibumu dengan Pemain 8 Orang, kenapa ane Memilih maskah drama ini? karena dari alur cerita sangat menarik dengan latar belakang remaja dan cocok dipentaskan bagi anda:

      Sinopsis Naskah Drama Ibu Bukan Ibumu
      Bu Surti adalah seorang wanita yang kesehariaanya bekerja sebagai buruh cuci pakaian di kampungnya. Ia tinggal bersama seorang anak perempuan yang bernama Sari. Keduanya hidup bahagia meski dalam kesederhanaan tanpa kemewahan harta. Bu Surti sangat mencintai Sari, anak yang diasuhnya dengan penuh kasih sayang walaupun sebenarnya Sari bukanlah anak kandungnya melainkan hanya dipungut Bu Surti dari mantan majikannya. Selama ini Bu Surti merahasiakan jati diri Sari yang sebenarnya baik kepada Sari sendiri maupun para tetangga di sekitarnya. Namun hal inilah yang menyebabkan Bu Surti cemas dan takut jika suatu hari Sari pergi meninggalkannya begitu tahu bahwa dia bukan ibu kandungnya.

      Pada suatu hari Bu Surti merasa cemas karena Sari belum pulang dari sekolahnya. Dengan perasaan cemas tersebut Bu Surti berharap dan berdoa agar tidak terjadi apa-apa dengan Sari. Tak lam kemudian Sari pun datang bersama teman-temannya. Sari menjelaskan kepada Bu Surti bahwa mereka terlambat pulang karena baru saja selesai mengikuti Try Out di sekolah. Mendengar hal itu Bu Surti merasa lega dan selanjutnya mempersilahkan teman-teman Sari untuk duduk beristirahat. Mereka pun berbincang-bincang tentang sekolah dan masa depan mereka. Tapi dalam perbincangan itu BuSurti merasa terusik batinnya karena beberapa pertanyaan dari teman-teman Sari yang seolah mampu untuk mengungkap jati diri Sari yang sebenarnya, bahwa dia bukan anak kandunnya.

      Akhirnya Bu Surti memutuskan untuk pergi mengantarkan cucian ke rumah Bu Tejo untuk menghindari pertnyaan-pertanyaan dari teman-teman Sari. Kemudian Bu Surti pergi seorang diri seraya berpamitan kepada sari dan teman-teman walaupun Sari berkeinginan untuk mengantarkan ibunya tersebut. Namun karena cemas akhirnya Sari dan teman-temannya mengikuti Bu Surti ke rumah Bu Tejo secara diam-diam.

      Di rumah Bu Tejo, tanpa diduga Bu Surti bertemu dengan Bu Bagus, ibu kandung Sari, yang saat itu bertamu di rumah Bu Tejo.

      Keduanya pun sama-sama terkejut. Akhirnya keduanya pun saling berbicara sesaat setelah Bu Tejo masuk kedalam rumahnya. Bu Bagus mendesak Bu Surti agar mengembalikan putri kandung yang selam ini dianggapnya telah di culik oleh mantan pembantunya itu. Tetapi Bu Surti tidak mau mengembalikan sari padanya karena telah terlanjur sayang dan telah menganggap Sari seperti anaknya sendiri.
      Semua yang dibicarakan oleh Bu Bagus dan Bu Surti secara tidak sengaja didengar oleh Sari yang sebelumnya telah mengikuti bersama teman-temannya. Kemudian Sari meminta penjelasan kepada Bu Surti atas rahasia yang selama ini disimpannya dan Bu Surti meminta Sari untuk kembali kepada ibu kandungnya yaitu Bu Bagus. Namun Sari menolaknya dan tetap ingin hidup bersama Bu surti yang sangat disayanginya. Bu Bagus pun menyesali perbuatannya.

      Para Pemain Naskah Drama Ibu Bukan Ibumu


          Bu Surti : penyabar dan keibuan
          Bu Bagus : ambisius
          Sari : lemah lembut dan pandai
          Wulan : centil
          Heni : tomboi
          Dewi : pemalu
          BuTejo : bijaksana
          Bi Tum: cerewet dan baik hati

      Cuplikan Dialog Naskah Drama Ibu Bukan Ibumu

          Bu Surti
          Bagaimana try outnya tadi…? Kalian bisa menjawab semuanya khan…?
          Wulan
          …aduh Tante, solnya sulit sekali…Saya sampai keringetan ngerjakannya…
          Bu Surti
          Kalo kamu Dewi, gimana?
          Dewi
          Ya…gitu dech Tante. Ada yang bisa dan ada yang enggak…

      File Naskah Drama 8 Orang Pemain :
       - File Tipe : Ms. Word

      Semoga Naskah Drama 8 Orang Pemain ini bisa membantu anda dalam menyelesaikan tugas atau garapan dan kami ucapkan selamat berproses semoga dalam Proses kretif tidak ada kendala apapun dan jangan lupa Baca juga Naskah Drama yang lainnya.

      Naskah Drama tentang Ibu : Ibu Bukan Ibumu

      Berikut ini adalah Naskah Drama tentang Ibu dengan Judul Ibu Bukan Ibumu

      Sinopsis Naskah Drama Ibu Bukan Ibumu
      Bu Surti adalah seorang wanita yang kesehariaanya bekerja sebagai buruh cuci pakaian di kampungnya. Ia tinggal bersama seorang anak perempuan yang bernama Sari. Keduanya hidup bahagia meski dalam kesederhanaan tanpa kemewahan harta. Bu Surti sangat mencintai Sari, anak yang diasuhnya dengan penuh kasih sayang walaupun sebenarnya Sari bukanlah anak kandungnya melainkan hanya dipungut Bu Surti dari mantan majikannya. Selama ini Bu Surti merahasiakan jati diri Sari yang sebenarnya baik kepada Sari sendiri maupun para tetangga di sekitarnya. Namun hal inilah yang menyebabkan Bu Surti cemas dan takut jika suatu hari Sari pergi meninggalkannya begitu tahu bahwa dia bukan ibu kandungnya.
      Naskah Drama tentang Ibu
      Pada suatu hari Bu Surti merasa cemas karena Sari belum pulang dari sekolahnya. Dengan perasaan cemas tersebut Bu Surti berharap dan berdoa agar tidak terjadi apa-apa dengan Sari. Tak lam kemudian Sari pun datang bersama teman-temannya. Sari menjelaskan kepada Bu Surti bahwa mereka terlambat pulang karena baru saja selesai mengikuti Try Out di sekolah. Mendengar hal itu Bu Surti merasa lega dan selanjutnya mempersilahkan teman-teman Sari untuk duduk beristirahat. Mereka pun berbincang-bincang tentang sekolah dan masa depan mereka. Tapi dalam perbincangan itu BuSurti merasa terusik batinnya karena beberapa pertanyaan dari teman-teman Sari yang seolah mampu untuk mengungkap jati diri Sari yang sebenarnya, bahwa dia bukan anak kandunnya.

      Akhirnya Bu Surti memutuskan untuk pergi mengantarkan cucian ke rumah Bu Tejo untuk menghindari pertnyaan-pertanyaan dari teman-teman Sari. Kemudian Bu Surti pergi seorang diri seraya berpamitan kepada sari dan teman-teman walaupun Sari berkeinginan untuk mengantarkan ibunya tersebut. Namun karena cemas akhirnya Sari dan teman-temannya mengikuti Bu Surti ke rumah Bu Tejo secara diam-diam.
      Di rumah Bu Tejo, tanpa diduga Bu Surti bertemu dengan Bu Bagus, ibu kandung Sari, yang saat itu bertamu di rumah Bu Tejo.

      Keduanya pun sama-sama terkejut. Akhirnya keduanya pun saling berbicara sesaat setelah Bu Tejo masuk kedalam rumahnya. Bu Bagus mendesak Bu Surti agar mengembalikan putri kandung yang selam ini dianggapnya telah di culik oleh mantan pembantunya itu. Tetapi Bu Surti tidak mau mengembalikan sari padanya karena telah terlanjur sayang dan telah menganggap Sari seperti anaknya sendiri.

      Semua yang dibicarakan oleh Bu Bagus dan Bu Surti secara tidak sengaja didengar oleh Sari yang sebelumnya telah mengikuti bersama teman-temannya. Kemudian Sari meminta penjelasan kepada Bu Surti atas rahasia yang selama ini disimpannya dan Bu Surti meminta Sari untuk kembali kepada ibu kandungnya yaitu Bu Bagus. Namun Sari menolaknya dan tetap ingin hidup bersama Bu surti yang sangat disayanginya. Bu Bagus pun menyesali perbuatannya.
      Para Pemain Naskah Drama Ibu Bukan Ibumu
      1. Bu Surti : penyabar dan keibuan
      2. Bu Bagus : ambisius
      3. Sari : lemah lembut dan pandai
      4. Wulan : centil
      5. Heni : tomboi
      6. Dewi : pemalu
      7. BuTejo : bijaksana
      8. Bi Tum: cerewet dan baik hati
      Cuplikan Dialog Naskah Drama Ibu Bukan Ibumu
      Bu Surti
      Bagaimana try outnya tadi…? Kalian bisa menjawab semuanya khan…?
      Wulan
      …aduh Tante, solnya sulit sekali…Saya sampai keringetan ngerjakannya…
      Bu Surti
      Kalo kamu Dewi, gimana?
      Dewi
      Ya…gitu dech Tante. Ada yang bisa dan ada yang enggak…
      File Naskah Drama Tentang Ibu :
       - File Tipe : Ms. Word

      Semoga Naskah Drama tentang Ibu : Ibu Bukan Ibumu ini bisa membantu anda dalam menyelesaikan tugas atau garapan dan kami ucapkan selamat berproses semoga dalam Proses kretif tidak ada kendala apapun dan jangan lupa Baca juga Naskah Drama yang lainnya.