Jumat, 30 Maret 2012

Cerpen Sedih - Penyesalanku

PENYESALANKU
Cerpen Najmaturrahmi

Silvi chloe itulah namaku,biasanya aku disapa silvi .aku adalah anak pengusaha sukses keturunan belanda. Ayahku orang belanda, sedangkan ibuku orang melayu.aku dibesarkan di belanda tapi ketika usiaku 17 tahun, aku tinggal bersama kedua orang tuaku di indonesia. Aku sangat suka dengan keju. Dan keju juga lah yang menjadi saksi bisu cintaku pada cowok teladan disekolahku, namanya rio.rio anak yang cerdas,baik dan lucu.rio juga menyukai musik dan bisa memainkan alat musik.aku dan rio sudah merajut kasih selama 2 bulan. Selama itu pula, hari-hari ku  yang ku jalani terasa indah ketika bersamanya. Meskipun kami pacaran, tapi kami tidak memanggil panggilan sayang ,kami memanggil satu sama lain dengan nama masing-masing. Itu karena permintaan rio sendiri. Aku hanya bisa menuruti saja.

Hari ini, aku ada jadwal les piano. Kebetulan, rio juga les piano di tempat yang sama dengan ku.aku dan rio pergi bareng ke sanggar .yach emang sich sanggar tempat untuk latihan menari tapi disini tidak hanya tempat menari tapi di sini juga tempat les piano. Perjalanan kami hanya 15 menit untuk ke sana. Ketika disana, ada-ada saja tingkah lucu rio yang membuat aku tertawa. seperti , memakai baju balet sambil menari-menari. Pulang dari les piano , rio mengajakku makan.aku sangat kaget ketika rio memberhentikan motornya di pinggir jalan.
“ rio, mengapa berhenti sich??” kataku
“ katanya tadi mau makan.ya disini lah kita makan, emangnya kenapa??”rio mengerutkan keningnya.
“ are you kidding??”. Jawabku.
“tidak, silvi.aku serius. disini makanannya enak banget . oh iya silvi belum pernah makan sate indonesia kan??”
“ belum sich tapi lihatlah rio, tempatnya itu di pinggir jalan, ishhh, I don’t like.,”
“ kan agak jauh dari jalan, silvi. jadi jangan khawatir .”
“ are you sure ,rio??”
“ yes.” Aku merasa tidak yakin tapi kupikir ndak salah sich kalau dicoba,siapa tau  apa yang dibilang rio itu benar. Kami memesan sate disana. Tak lama kemudian, pesanan kami datang. Setelah ku coba ,ternyata apa yang dibilang rio itu benar. Satenya emang enak banget. aku tertarik untuk membeli satu lagi ,tapi  untuk aku makan dirumah.
*** 

Keesokan harinya. Tepat pukul 05.45 rio datang ke rumahku. Rio bermaksud untuk mengajakku jalan –jalan pagi tapi akunya masih bermimpi di kamar. Aku lagi enak-enaknya mimpi eh mamaku membangunkanku.
“ sayang, bangun ..”

Aku masih tidak peduli meskipun mamaku sudah menggoyangkan badan ku.
“ sayang, bangun dong. Rio udah nungguin kamu disini. Kamu kan ada janji sama dia, sayang.”

Aku terkejut mendengar rio sudah datang ke rumahku. Aku pun bangun dan melihat jam weker ku. Astaga. Ternyata udah jam 05.48, padahal aku janji sama dia jam 05.40.aku langsung cuci muka dan memakai parfum.

Padahal baru saja 15 menit kami joging tapi aku sudah capek banget. rio menggendongku sampai di danau. Danau itu begitu indah dan sejuk. aku merasakan angin membelai rambut dan tubuhku.kemudian aku dan rio duduk di pinggir danau.ku sandarkan kepalaku ke bahu rio sambil menikmati keindahan alam yang ada. Tak terasa kami sudah 1 jam disana.

Hari-hari yang ku lalui semakin indah sejak bersamanya. Hampir setiap hari, disekolah maupun dirumah, rio memberi ku kejutan yang tak pernah ku bayangkan sebelumnya.  Mulai dari sms romantis,kado kecil sampai mengajakku ke tempat-tempat yang indah.namun itu dulu. Sekarang rio sudah pindah sekolah. Rio juga sangat sibuk, dan jarang memberiku kabar. Aku selalu sms rio, tapi rio tak pernah membalas smsku. Pada awalnya aku mengerti dengan keadaannya, tapi lama kelamaan  aku sudah tidak bisa menahan kesabaranku ini.

Biasanya sore ini , aku ditemani rio jalan –jalan tapi kali ini aku jalan-jalan sendiri. Entah mengapa, aku pengen ke danau.lalu Ku ambil jaket dan kuci motorku. Sesampainya disana, aku duduk di pinggir danau. disana aku melihat seorang cowok sedang menghibur cewek yang di sampingnya.kejadian itu membuatku teringat pada kenangan ku bersama rio. Tapi ketika ku perhatikan sekali lagi , cowok itu mirip dengan rio. Mungkin itu perasaan ku saja.

Dua minggu kemudian, aku pergi ke mall bersama sahabatku, dinda. Seperti biasa, aku dan dinda selalu shopping di hari minggu. Kemudian kami pergi ke toko buku. Aku dan dinda sama-sama penggila buku dan hobi mengoleksi novel.karena kami capek, kami makan di restoran yang tidak jauh dari toko buku. Aku dan dinda memilih meja di pojok kanan. Setelah kami memesan makanan,aku melihat cowok yang mirip dengan rio sedang makan bersama cewek yang ku lihat di danau. aku penasaran banget dengan cowok itu. Lalu ku dekati meja no 8 . ternyata dugaan ku benar. Itu benar-benar rio.aku sangat terkejut.
“ oh jadi ini yang namanya sibuk??”.
“ silvi?? kenapa kamu bisa disini??”
“ itu tak penting. By the way,Ini pacar baru kamu ya?? Oh ya , selamat ya rio??  “. ku tampar pipi rio dan aku meninggalkan restoran.
“ silvi, tunggu !!” rio berteriak memanggil namaku, tapi aku tak peduli.aku tetap mengendarai mobilku.
sejak kejadian itu, aku sangat benci dengannya. Aku membakar semua foto rio yang ada di kamarku. Aku benar- benar sakit hati dengannya. Aku sudah tak mau lagi melihat wajahnya.
***

Hari terus berganti. Sampai saat ini aku tidak bisa memaafkannya. Suatu hari rio mengajak ku untuk bertemu tapi aku menolaknya. Lalu aku pergi ke taman yang tak jauh dari rumahku. Aku duduk di taman dan membaca novelku. Beberapa menit kemudian, ada seorang cowok duduk di sampingku,ternyata dia itu rio. Aku benar- benar kaget.
“ ngapain kamu disini??mana pacar baru mu. “
" silvi, aku mau ngomong sama kamu”.

Aku berdiri dan meninggalkan rio namun rio menarik tanganku.
“ please silvi. jangan pergi. Aku mau ngomong sesuatu sama kamu??”
“ kamu pasti mau jelasin kejadian itu kan??, sudahlah rio, jangan di jelaskan lagi. Aku tak perlu penjelasan kamu.
“ tapi….”
“ tapi apa?? Kamu tau rio, selama ini aku selalu berusaha sabar dan  positive thinking sama kamu.Ternyata dugaan ku selama ini benar. Kamu ternyata sudah lupain aku dan dapat pacar baru.begitu sakit hatiku, rio. I HATE YOU !! ”.  aku berlari dan meninggalkan rio, tapi rio terus mengejarku.tiba- tiba ada sebuah mobil yang sedang melaju menabrak rio dan…

Buggkk !!

aku melihat rio terlempar tapi mobil itu malah kabur. Aku  segera mendekati rio. Saat ini, aku benar-benar panik, di jalan ini begitu sepi. Tak ada orang. Lalu ku cari bantuan untuknya. Ketika warga mengangkat tubuh rio, ada sepucuk surat jatuh dari kantong celananya. Ku ambil surat itu. Di mobil salah satu warga komplek itu, aku membaca surat rio.
Dear silvi,
Aku tahu,kamu pasti sakit hati melihat kejadian itu.dan sampai sekarang, kamu masih membenciku tapi semua itu ku lakukan karena aku sayang padamu.
Sebenarnya , selama ini aku punya penyakit kanker otak, tapi aku sengaja tak memberi tahu kamu. Karena aku tak mau kamu sedih, silvi. aku sengaja buat kamu sakit hati karena itu lebih baik bagiku daripada kamu sedih jika kamu tau tentang penyakitku ini. dan tak lama lagi aku akan meninggalkanmu, karena penyakitku tak bisa disembuhkan lagi dan dokter bilang dalam minggu ini aku tak bisa bertahan hidup lagi
1 hal yang buat aq bisa tegar yaitu cintamu yang tulus untuk ku.sekali lagi aku minta maaf sama kamu.            
By : rio.
Air mataku keluar ketika membaca isi surat itu. Aku menyesal mengapa aku tak mendengar penjelasan darinya. Aku sungguh menyesal.seandainya saja aku mau mendengar penjelasannya mungkin rio tidak akan seperti ini.

Baca juga Cerpen Sedih yang Lainnya.

Kamis, 29 Maret 2012

Cerpen Romantis - Little Mermaid

LITTLE MERMAID
Cerpen Codet
Kuningan, 14 juli 2009

Laut biru kelam, seperti menyatu dengan langit yang biru cerah.
“Kamal, ini eskrimnya.”
“Alicia?”
“Kamal lupa ada aku, ya?”
Kamal tersenyum. “Tentu saja tidak. Aku hanya berpikir betapa indahnya warna laut, memikat.”
Alicia duduk di sebelah Kamal. “Benarkah?” Alicia memandangi laut. “Ya…apakah Kamal ingin bertemu putri duyung yang cantik?”
Kamal tertawa. “Apakah ada putri duyung dewasa yang cantik?”

Alicia mencibir, “anak kecil saja tahu kalau itu hanya dongeng, dasar Kamal bodoh.”
“Begitu, ya. Kalau begitu, anak kecil, panggil aku Paman.”
“Tidak mau. Hanya beda 6 tahun saja.”
“Mal, Kamal, Kamal!”

Kamal terjatuh dari tempat tidurnya. Ia mengaduh kesakitan sambil meraba – raba bagian tubuhnya yang sakit dan sepertinya memar.
“Hei, kau tidak apa – apa?” tanya Jaka, sahabatnya. Ia membantunya berdiri. “Aku tidak bermaksud membuatmu terjatuh. Kau sepertinya mengigau lagi.”

Kamal mengacak – acak rambutnya. “Mengigau lagi?” samar – samar ia ingat mimpinya. Alicia. Gadis kecil yang usianya 6 tahun di bawahnya dan selalu membuntutinya, sampai seminggu yang lalu, Kamal hampir memerkosanya! Dan sejak itu, setiap hari ia selalu memimpikan kejadian itu. Kamal sangat menyesalinya!
“Sepertinya beberapa hari ini kau mengigau terus. Kau bilang, ‘Alicia, maafkan aku…’” Jaka mengangkat bahu. “Alicia itu nama teman kecilmu yang selalu mentraktirmu ‘kan?”

Kamal tersenyum lemah. “Ah, ya, benar.”
“Apa yang terjadi?” Jaka menyodorkan secangkir kopi yang masih mengepul.
“Aku hampir memerkosanya.”

The Little Mermaid

Kamal tahu saat ini Jaka sedang terbengong – bengong tak percaya. Tapi Kamal tidak mau menatap Jaka. Ia lebih memilih menunduk, memandangi kopinya.
“Kau bercanda ‘kan?”
“Tidak. Aku jahat, kejam, pedofil, sadis…!”
“Kamal!” Jaka mengguncang bahu sahabatnya. “Tenanglah. Aku tidak menganggapmu begitu, aku hanya terkejut. Ceritakan secara perlahan saja.”
Kamal terisak. “Awalnya, dua tahun yang lalu, aku hanya menganggap Alicia tak lebih sebagai anak kecil, teman kecil yang lucu dan menyenangkan. Tapi entah kenapa, tiba – tiba saja di usianya yang ke -15 ini, mulai terjadi perubahan pada tubuhnya. Ia seperti menjelma menjadi seorang putri, sangat cantik, dan aku tidak bisa memandangnya sebagai teman kecil lagi!

Lalu pada suatu malam, ia mengenakan pakaian yang minim, membuatnya tampak sangat seksi. Aku tak bisa melarangnya untuk berganti pakaian, karena aku bukanlah orangtuanya. Aku benar – benar cemburu karena sepanjang menonton bioskop dan makan malam, aku merasa semua pria menatapnya. Saking cemburunya, aku menciumnya dengan paksa di mobil di garasi rumahnya yang sepi dan gelap. Lalu…lalu aku…” Kamal tidak sanggup untuk meneruskan ceritanya. Ia menangis seperti anak kecil. “Aku berhenti setelah ia menamparku sangat keras. Lalu aku segera berlari pulang tanpa menghiraukan keadaannya....”
“Ternyata Kamal seorang manusia.”
“Apa? Tentu saja aku…”
“Kau mencintai Alicia?”
“Ya…! Tapi Alicia terlalu muda…”
“Tidak ada kata ‘tetapi’ dalam cinta, Sobat. Kau tidak berusaha minta maaf dan menemuinya?”
“Aku tidak berani…aku takut ia membenciku. Sepertinya ia tidak mau menemuiku lagi.”
“Kau ‘kan belum mencoba. Lagipula aku bosan mendengar igauanmu itu setiap hari…” Jaka tersenyum.

Kamal bolos kuliah. Ia mendatangi sekolah Alicia.
“Kau pacar si Alice ‘kan?” tanya seorang cewek seumur Alicia.
“Bukan, aku teman Alicia.”
“Yah, sama saja. Pokoknya kau itu cowok ganteng yang selalu dipamerkan dan dibanggakan oleh Alice. Hm, lebih cakep dari dekat.” Cewek itu meneliti dengan angkuh.
“Ah, kau pasti Tricia.”
“Benar, kau tahu darimana?”

Tiba – tiba Kamal melihat Alicia berdiri tidak jauh dari mereka. Lalu saat Kamal bermaksud memanggilnya, Alicia berlari ke arah mobil yang menjemputnya. Kamal mengejarnya.
“Alicia, tunggu!” Kamal berhasil meraih pergelangan tangan Alicia.

Alicia membelakanginya. “Lepaskan aku, bukankah kau sedang mengobrol dengan Tricia?”
“Tidak, dia yang duluan menyapaku saat aku sedang menunggumu. Aku mau bicara…”
“Kau bawa motor?”
“Ya, aku pinjam punya Jaka.”
“Baiklah, sebentar.” Alicia pergi menuju mobilnya, berbicara dengan supirnya, lalu mobil itu pergi meninggalkan mereka. Alicia berjalan ke arahnya, tapi tidak menatap ke arahnya. Kamal sangat ingin memeluk Alicia, meminta maaf. “Ada apa?”
“Ayo kita ke pantai.”
“Aku tidak bawa pakaian ganti.”
“Aku bawa.” Kamal menunjuk ranselnya, lalu meminta Alicia mengikutinya ke motornya.
Sepanjang perjalanan mereka tidak mengobrol. Tapi Kamal berpikir bahwa Alicia mau ikut ke pantai saja sudah merupakan hal yang bagus. Berarti Alicia tidak membencinya, syukurlah!

Satu jam kemudian mereka telah duduk bersantai di pasir pantai. “Alicia, terima kasih mau ikut ke sini.”
“Bukankah aku selalu mengikutimu? Lagipula aku senang kau mau mengajakku.”
“Ya, tapi sejak…” Kamal menarik napas. “Aku benar – benar minta maaf soal di garasi itu. Aku telah melecehkanmu…”
“Tidak!”
“Apa?”
“Kau tidak melecehkanku. Aku…aku malah senang kau melakukannya. Itu memang yang selalu kuharapkan. Hanya saja, aku sedikit terkejut…maafkan aku telah menamparmu…”

Kamal tertegun mendengar pernyataan Alicia. “Maksudmu?”
“Selama seminggu ini aku terus menyesal karena telah menamparmu, tapi aku tidak berani menemuimu untuk meminta maaf. Aku kira kau membenciku…dan aku senang karena kau datang untuk menemuiku!” Alicia membiarkan rambut panjangnya tertiup angin, sehingga acak2an dan menutupi wajahnya yang cantik.
“Kau senang aku menciummu?”
Alicia menunduk, suaranya pelan. “Eh, ah, ya. Sangat menyukainya.” Lalu ia mengangkat wajahnya menatap Kamal. Matanya yang cokelat terang terlihat berbinar – binar dan pipinya merona, sungguh cantik. “Akhirnya kau menganggapku wanita.”
Jantung Kamal berdebar kencang. Ia menarik kepala Alicia dan mencium dahinya. Ia tersenyum senang bercampur lega. “Aku tidak pernah menganggapmu anak kecil lagi sejak ulang tahunmu yang ke-15 sebulan yang lalu.”

Alicia memeluknya, tapi Kamal mendorongnya menjauh. Alicia tertawa. “Bagaimana menurutmu, si Tricia?”
“Hmmm…” Kamal pura – pura berpikir. “Cantik.” Kamal tersenyum. “Tapi satu hal yang pasti, dadaku tidak berdebar saat bersama Tricia. Hanya di dekatmu saja dadaku berdebar.”
“Iya, aku tahu.”

Kamal mengacak – acak rambutnya. “Kau pede sekali?”
“Yah.” Alicia berbaring di pasir. “Entah kapan persaingan dengan Tricia akan berakhir. Dia selalu memusuhiku, padahal aku sudah mulai menyukai komentar – komentar pedasnya.” Alicia tersenyum. “Sejak membaca komik yang ada kalimat, ‘Seseorang membenci orang lain karena ia tidak mengenal baik orang itu’, aku jadi berpikir ulang tentang Tricia. Ia mempunyai banyak kecocokkan denganku.”
“Baguslah.” Kamal tersenyum, “memang saat tadi melihat Tricia, aku melihat kalian sedikit mirip. Cantik, angkuh, percaya diri, agak centil…” Kamal mengaduh karena Alicia mencubitnya. “Kau tahu, akhirnya Jaka jatuh cinta pada tetangga yang gemuk itu, Mary.”
Alicia tertawa, “benarkah? Itu bagus sekali. Sepertinya ia kemakan omongannya sendiri.”

Kamal ikut tertawa. “Sepertinya begitu. Mary gadis yang baik dan jago masak. Dan saat pertama melihatnya, entah kenapa aku berpikir ia cocok untuk Jaka.”
“Saat pertama kali melihatku, apakah kau berpikir sperti itu juga?”
“Tidak…” Kamal memandangi Alicia sangat lama. Benar – benar cantik. “Saat menolongmu di laut ini dua tahun yang lalu, kupikir kau putri duyung kecil…”
“Hah? Huu, Kamal bercanda.”
“Benar, waktu itu rambutmu yang panjang hingga mencapai pinggang mengambang di air laut, seperti memanggilku…”
“Sekarang rambutku sebahu.”
Kamal meraih rambut Alicia yang terurai di pasir pantai. “Ya, sekarang putri duyung kecil itu telah menjelma menjadi putri duyung dewasa yang cantik, seperti yang ingin kutemui selama ini…”

Wajah Alicia merona. “Benarkah?”
“Benar…Alicia…” Kamal menatapnya mesra.
“Y-ya…?”
“Rambutmu kotor, penuh pasir.”

Alicia langsung bangkit duduk. “Dasar tidak romantis.”
Kamal tertawa senang. “Bagaimana kalau hari ini kita ikut makan malam dengan Jaka dan Mary di rumah Mary? Masakannya benar – benar lezat!”
“Lebih lezat dari koki mana pun?”
“Ya. Kau pasti akan menyukai masakannya dan juga orangnya.”
“Huu, aku sedikit cemburu.”

Kamal tertawa sambil membantu Alicia berdiri. Tapi bukannya menggandengnya, ia malah menggendong Alicia.
“Kamal, apa – apaan, sih, turunkan aku!”
“Aku ‘kan sedang menggendong putri duyung dewasa yang cantik, aku takut akan ada yang menculiknya.”
“Aku takkan kemana – mana…” Alicia berdehem. Wajahnya memerah seperti kepiting rebus saat mengucapkan, “aku milikmu sepenuhnya…”

Kamal semakin erat memeluknya, “aku mencintaimu…”
“Aku juga…”

Lalu Kamal mencium bibirnya, kali ini dengan perlahan.
“Kamal.”
“Ya?”
“Aku ingin ciuman yang seperti di garasi itu…”

Kamal hampir menjatuhkan Alicia ke pasir. Wajahnya memerah dan terasa panas. “I-itu nanti…kalau kita hanya sedang berdua…”
Alicia tersenyum. “Baiklah, aku tunggu.”

Kuningan, 15 Juli 2009

Cerpen Persahabatan Remaja - Cowok Berbaju Kuning

COWOK BERBAJU KUNING
Cerpen Awliya

Di sekolah, dari masuk sampai pulang, semuanya tanpa henti membicarakan pertandingan basket. Ada yang sudah siapin yel-yel, atribut, kostum, dan yang lainnya. Maklum, tim basket Putra dan Putri SMA 1 sanggau  masuk final lagi seperti tahun-tahun sebelumnya. Bukan tim basket saja yang sibuk, para penonton juga sibuk, termasuk Niken cs pada sibuk mempersiapkan  atribut untuk menonton nanti sore.
"Teman-teman……., nanti sore kita menggunakan baju warna apa ni. . . ?" Teriak Niken kepada teman-teman sekelasnya.
"Hitam saja." Jawab teman sekelasnya serentak.
"Oke deh kalau begitu, eeh…. Jangan lupa bawa botol di isi kerikil ya!" Teriak Niken kembali.
"Oke oke." Jawab teman-temanya.

Lova yang dari tadi menutupi telinganya karena tidak tahan mendengar teriakan Niken angkat bicara setelah Niken selesai berteriak.
"Kenapa sih Nik  harus teriak-teriak?  telinga aku sakit mendengarnya." Tanya Lova dengan muka cemberut.
"Ya ampun, kalau aku tadi tidak  teriak-teriak  mereka tidak mendengar Lova sayang."
"Tapi telinga aku sakit mendengarnya."
"Oke oke aku janji tidak akan  seperti itu lagi, nanti sore nonton ya!"
"Iya."
"Ya sudah, sampai ketemu nanti sore ya!" Niken keluar sambil melambaikan tangannya.
****

Di lapangan basket sudah ramai penonton. Lova langsung  jalan ke tribun. Di tribun Lova lansung menghampiri teman-temannya.
"Hai. . . hai . . ." Sapa Lova kepada teman-temannya.
"Kenapa datang terlambat?" Tanya Niken.
"Hehehe, aku tadi ketiduran."

Lagi asyik-asyik nonton pertandingan, tidak tahu kenapa mata Lova melirik kearah bangku cadangan tim basket SMA 1 sanggau. Di sana Lova melihat ada seorang cowok berbaju kuning. Baru pertama melihat Lova langsung terpesona dan Lova menjadi tidak konsentrasi menonton pertandingan, ia malah sering melihat kearah bangku cadangan SMA 1 sanggau.

Selesai pertandingan Lova masih kepikiran si cowok berbaju kuning di bangku cadangan SMA 1 sanggau  yang tadi sore ia lihat.
****

Di sekolah pada sibuk membicarakan hasil pertandingan basket kemaren sore yang di menangkan SMA 1 sanggau, ada juga yang membicarakan cowok yang mereka lihat di lapangan kemaren sore. Lova langsung menuju kumpulan teman-temannya. Sambil ia masih memikirkan cowok berbaju kuning yang ia lihat di lapangan basket kemaren.
"Eh. . . . siapa ya nama cowok kemaren?" Tanya Yanti.
"Yang mana?" Tanya Tri.
"Ih. . . yang kemaren mengenakan baju berwarna kuning." Jawab Yanti.
"oh. . . namanya Jo In-ho."

Setelah beberapa detik Lova baru teringat dengan si cowok berbaju kuning yang kemaren ia lihat di lapangan basket.
"Eh . . . eh . . . siapa tadi namanya?" Tanya Lova.
"Nama siapa?" Tanya temannya heran.
"si cowok berbaju kuning."
"Jo In-ho."
"anak mana dia? Cakep ya."
"tidak tahu." Jawab teman-temannya.
"cari tahu untuk aku dong!" bujuk Lova kepada teman-temannya. Dan akhirnya teman-temannya setuju.
****


Dengan susah payah akhirnya dapat juga nomor handphone si cowok berbaju kuning. Dapat nomornya dari teman Lova. kurang lebih sudah dua minggu mereka sms-an  tapi belum ketemuan. Pas lagi asyik-asyik sms-an  dengan si cowok berbaju kuning, tiba-tiba ada nomor baru miscall-miscall tidak jelas, setiap lova mengangkatnya selalu dimatikan oleh  yang punya nomor. Saking jengkelnya sama yang punya nomor baru tersebut, akhirnya Lova mengirimkan sms kepada nomor baru tersebut.

Sent:
Heh! Dari tadi gangguin orang saja, miscall-miscall tidak jelas. Ini siapa?

Sambil menunggu balasan sms dari nomor baru tersebut, Lova lanjutin sms  dengan Jo In-ho (cowok berbaju kuning) hhe.
Sekitar lima menit berlalu sms baru masuk, setelah Lova buka ternyata balasan dari nomor baru yang tadi.
08525253xxxx:
Maaf, aku tidak bermksud menggangu kamu. Ini Lova ya?’’
Lalu sms tersebut Lova balas.


Sent:
Tidak bermaksud menganggu gimana? Jelas-jelas dari tadi kamu miscall-miscall aku.
Iya aku Lova, kamu mau apa?’’


Sms baru masuk.
08525253xxxx:
Galak benget sih kamu. Kenalin nama aku Danny. Hehe
Aku melihat kamu ketika kamu menonton pertandingan basket.

 
Habis baca sms tersebut Lova tidak membalas kembali sms tersebut. Ia langsung kekamar mandi, cuci muka kemudian ia tidur.
 ****
Disekolah teman Lova ada rencana ingin ngumpul bareng  nanti sore di café, karena sudah lama tidak ngumpul bareng lagi. Akhirnya mereka sepakat ingin ngumpul bareng  di ‘’café cinte’’ pukul 16:00 wib.
Lagi asyik-asyik berbincang-bincang, tiba-tiba Yanti berkata.
"eh. . . eh . . . coba kalian menoleh kekanan, ada cowok melihat kearah kita dari tadi sambil senyum-senyum tidak jelas." Lalu mereka menoleh kearah kanan  dan si cowok tersebut masih senyum-senyum tidak jelas.
"ih aneh banget ya cowok itu, ilfil deh melihatnya." Bisik Niken dengan mimik  muka yang tidak bisa di jelaskan.
"iya, tidak jelas." Dukung Lova.
Lalu mereka tertawa terbahak-bahak bersama.
****

Di rumah ketika Lova sedang menonton Tv, ada sms baru masuk.
-si baju kuning-
Hai, kamu lagi apa?

Lova yang sedang membaca sms tersebut senyum-senyum sendiri, lalu ia membalas sms si baju kuning tersebut.
Sent:   
Lagi menonton Tv, kamu lagi apa?
Sekitar lima menit sms baru masuk.
-si baju kuning-
Aku lagi mikirin kamu, kita ketemuan yuk!’’
Sent:
Boleh, atur saja waktunya.
Lova dengan si cowo berbaju kuning sudah mengatur jadwal ketemuan. Tidak terasa sudah hampir pukul 21:00 wib. Ketika Lova sudah ingin tidur, tiba-tiba handphonenya bergetar, di lihatnya  layar handphone ada satu sms baru masuk. Dengan malas-malasan Lova membuka sms tersebut.
08525253xxxx
Eeee, malam.

Dari awal, ketika ingin membuka sms tersebut, Lova sudah malas malasan, apalagi ketika ia tahu, isi sms tersebut berasal dari orang yang miscall miscall Lova semalam. Tapi, tetap saja dibalas oleh Lova.
Sent :
Malam juga. Ada apa?
10 menit berlalu, ada sms baru yang masuk ke handphonenya Lova.
08525253xxxx
Kamu lagi apa? Aku mengganggu kamu tidak?

Dengan malas malasan, Lova membalas sms tersebut. Karena Lova penasaran juga sama orang tersebut.
Sent:
Sudah mau tidur,ni. Ganggu sich, sebenarnya. Tapi, aku penasaran sama kamu. Kok kamu bisa tiba tiba sms aku?
Kemudian, ada balasan.
08525253xxxx
Maaf deh, kalau begitu. Kamu penasaran ya, sama aku? Gimana kalau kita ketemuan? Aku sms kamu, karena aku ingin lebih mengenal kamu.

Sent:
Boleh. Kapan? Atur saja waktunya.

Akhirnya, mereka berdua berjanji untuk bertemu besok sore. Dan parahnya, waktu yang ditentukan, bertepatan dengan Lova ingin bertemu dengan si cowok berbaju kuning. Ya sudah, sekalian saja, satu meja bertiga.
****

Keesokan harinya, tepat pukul 16.00 WIB, mereka janjian untuk bertemu di kafe. Ketika Lova menuju meja yang telah disepakati bersama, Lova melihat ada dua orang cowok duduk di meja tersebut. Cowok di sebelah kiri, menggunakan baju kemeja putih,potongan rambut cepak, dan menggunakan kacamata. Sedangkan cowok yang di sebelah kanan, Ia menggunakan baju kaos berwarna kuning, potongan rambutnya korea banget.
“ Maaf terlambat, aku Lova.” Sapa Lova kepada dua orang yang ada di hadapannya. Cowok yang berada di sebelah kiri, memperkenalkan dirinya sambil senyum senyum tidak jelas.
“ Hai, aku Jo In-ho.”
Mendengar cowok tersebut memperkenalkan diri, Lova langsung terkejut. Padahal di antara dua cowok yang ada dihadapannya sekarang, cowok yang ada di sebelah kanan adalah cowok yang Lova lihat di lapangan basket waktu itu. Lalu Lova melihat cowok yang ada di sebelah kiri. Cowok tersebut masih senyum senyum tidak jelas. Lova baru menyadari, bahwa cowok tersebut adalah cowok yang ia tertawakan bersama teman temannya di kafe waktu itu. “ Jadi, selama ini aku salah orang dong? Terus, cowok yang aku maksud kenapa ada di sini juga?” teriak Lova dalam hati. Akhirnya, tanpa pikir panjang, Lova langsung berlari keluar dari kafe tersebut.
****

Sesampainya Lova di rumah, ada dua sms masuk ke handphonenya.
- Si Baju Kuning –
Kamu kenapa lari tadi?
“Ih, ngapain sih nanya nanya. Terserah aku,dong.” Ucap Lova. Sms yang kedua, yaitu :
08525253xxxx
Kamu kok pulang? Pake lari lari lagi.

Setelah berpikir panjang, akhirnya Lova membalas sms tersebut.
Sent :
Kamu tadi menggunakan baju kuning, kan?
08525253xxxx
Iya. Lalu kamu kenapa pulang tadi?

Lova pun kemudian menceritakan semuanya. Semua yang telah terjadi selama ini, termasuk cerita tentang ia mencari cari nomor handphone cowok berbaju kuning. Dan ternyata, cowok berbaju kuning adalah dia. Nama cowok baju kuning tersebut ternyata Danny Jo, yang biasa disapa Danny atau Jo. Makanya, Lova bisa salah sms orang. Dan hebatnya, Danny atau Jo ini juga suka dengan Lova…….

PROFIL PENULIS
Nama : Awliya Rizqi Utami
Asal : Pontianak, Kalimantan Barat
Tanggal Lahir : 3 Desember 1993
Pendidikan : Sedang menempuh Pendidikan S1 Jurusan Ilmu Keperawatan di STIKES Guna Bangsa Yogyakarta
Cita-cita : Menjadi Penulis Novel
Add Facebook : awliya rizqi utami.

Baca juga Cerpen Persahabatan dan Cerpen Remaja yang lainnya.

Cerpen Cinta - Cinta itu Indah

CINTA ITU INDAH
Cerpen Rico Samuel

Semua manusia butuh cinta, terkadang banyak orang berkata cinta itu buta, bahkan cinta itu bisa mengubah segalanya. Contohnya saja : dari hal buruk menjadi baik, yang tadinya mandi sekali sehari jadi tiga kali sehari, yang tadinya gak suka lama-lama bercermin jadi betah bercermin itulah cinta. Cinta tidak bisa diprediksi kapan harus datang dan kapan harus pergi.

Suatu pagi ketika bel sekolah berbunyi bersamaan dengan suara burung berkicau mengharuskan romeo untuk bergegas masuk kedalam kelas. Romeo adalah seorang siswa yang tampan diskolahnya dan dia terkenal memiliki gaya yang trendy daripada siswa yang lainnya itu yang membuat dia berbeda dengan siswa-siswa pria disekolah itu. Dan ketika jam sekolah telah selesai, Romeo bertemu dengan seorang siswi pindahan baru disekolahnya yang bernama Juliet. Akhirnya merekapun berbincang-bincang :
Romeo   : “Juliet, kamu mau langsung pulang?”
Juliet  : “hmmm.. memang kenapa romeo?”
Romeo   : “gpp jul, aku hanya ingin ngobrol-ngobrol aja sama kamu.. heehehe..”
Juliet  : “oh ywd gpp.. ngobrol aja, aku juga sekalian lagi nunggu papa jemput (sambil tersenyum kepada romeo)”
Romeo   : “Eh jul, aku mau nanya nih sama kamu.. kalo menurut kamu rasa cinta itu datangnya sepertinya apa siih? Maklum aku belum pernah pacaran sebelumnya, hehehe (Tersipu mau)”
Juliet  : “kalo menurut aku cinta itu datang ketika kita merasa berdebar-debar jika disamping seseorang yang kita cintai.”
Romeo   : “ohhh gitu yah jul (Sambil mengangguk-ngangguk).”

Cinta Itu Indah

Tinn..tinn.. Suara mobilpun terdengar ketika romeo mengangguk-nganggukkan kepalanya, akhirnya julietpun pulang bersama ayahnya.
“Romeoo aku pulang dulu yahh.. besok kita lanjutin lagi ngobrolnya yah (Sambil tersenyum).”
“iaa Juliet .. hati-hati yah dijalan.. see u tomorrow.”

Romeopun pulang kerumahnya dengan hati yang berdebar-debar dan sambil berfikir akan perkataan Juliet yang tadi berkata “kalo cinta itu datang ketika kita merasa berdebar-debar jika disamping seseorang yang kita cintai.”
Apa aku saat ini sedang jatuh cinta sama Juliet? Ahh gak mungkin akukan baru mengenalnya.. tapi kenapa aku tadi berdebar-debar yah ketika disampingnya.. apalagi pas aku menatap matanya.. Ahh Lupakan sajaa!!! Itu kan menurut dia dan itu belum tentu benar, memang saja aku berdebar-debar karena lagi gerogi aja berbicara dengannya tadi.
Sam    : “Woii romeo, ngelamun aja luuu! Lagi mikirin apa siih temen gw yang satu ini??”
Romeo  : “ehh lo bro.. gpp nih, gw lagi bingung aja?”
Sam    : “Bingung kenapa siih? Cerita dong!!”
Romeo  : “iaa gw bingung.. kenapa seorang Romeo seperti gw ini bisa berdebar-debar cuma karena ngobrol sama seorang cewek anak baru dan yang pastinya baru gw kenal dihari itu juga, apa gw jatuh cinta sama dia?”
Sam    : “Maybe yes maybe  no.”
Romeo  : “ahhh lu mah bukan kasih solusi malah bikin gw bimbang, jadi galau nih gw.”
Sam    : “udaah kalo emang suka ngomong aj.. jangan dipikir-pikir.. lama-lama beruban nanti rambut lu gara-gara kebanyakan mikir. Dan menurut gw cinta itu gak mesti harus udah mengenal lama dan harus pedekate lama-lama.. cintakan datangnya dari hati.. ya gak ya gak? (Sambil mengangkat alis ke romeo) itu namanya lu jatuuh cinta pada pandangan pertama .”
Romeo  : “Apa gw harus katakana cinta sama dia besok? Tapi apa gak kecepetan tuh? Gw kan baru ngenal dia satu hari.. gua takut dia nolak gw. Gimana nih bro solusinya? Galau nih gw.”
Sam    : “ ywd tunggu apalagi kalo lu emang yakin suka sama dia ngomong aja.. gak usah nunggu-nunggu, yang ada direbut orang nanti.. nanti lu tambah galau lagi (hahaha sambil tertawa) dan kalo luu takut ditolak mending luu gak usah jatuh cinta.. cinta  itu butuh keberanian sob.. kebranian untuk berkata dan kebranian untuk mengambil segala resiko buruk yang akan terjadi.. that`s cinta.. you know? Dan apalagi mula lu keren kaya duren dipinggir jalan yang banyak dicari orang.. hahahaha”
Romeo  : “hahaha.. kurang ajar lu muka gw disamain kaya duren.. gw suka banget sama statement lu yang bilang cinta itu butuh kebranian untuk berbicara. Besok gw akan bilang ke Juliet bahwa gw suka sama dia sejak pertama kali bertemu sama dia kemarin. Masalah diterima atau gaknya itu urusan belakangan yang penting gw udah menyatakan perasaan yang ada dihati gw saat ini. Gua harus berani berkata jika gua berani jatuh cinta.”
Sam    : “RETWEET, LIKE THIS. GOOD LUCK MY FRIEND! SEMANGAT!”

Hari pun berganti dan detak jantung romeo pun semakin kencang.. seperti bedug yang sedang berbunyi.
“Juliiet…. Aku mau ngomong sesuatu sama kamu”
“Ngomong apa romeo?”
“Akuu.. aku.. (gugup)
“Aku apa romeo? Ngomong yang bener dong.”
“Akuu su uka saa ama kaa muu (Sambil menunduk)”
“Yang bener kita kan baru kenal?”
“Iaa.. aku juga gak tau kenapa, kenapa aku bisa suka sama kamu padahal kita baru saja kenal kemarin…”
“Mau jawabannya sekarang ? (Sambil tersenyum ke romeo)”
“iyaa.. mau gak kamu jadi seseorang yang special dihidupku Juliet?”
“iaa aku mau ☺.. aku juga suka sama kamu sejak pertama kali kita bertemu kemarin(Tersipu malu)”
“YESSSS… HOREE.. Makasih Tuhan buat Juliet yang telah Kau berikan kepadaku.. sambil memeluk Juliet.”

Guyz cinta itu kadang membuat seseorang menjadi galau.. gak mandang siapa dan bagaimana parasnya.. contohnya saja Romeo pria terkeren disekolahnya bisa galau hanya karena cinta.
Jangan pernah memendam perasaan cinta kalian jika kalian ingin menemukan arti cinta sesungguhnya. Kapan kalian bisa tahu bahwa orang yang kalian sukai juka mencintai kalian atau tidak jika kalian tidak pernah berbicara kepadanya.
Cinta itu Indah jika kedua insan saling mecintai dengan ketulusan hati
Cinta itu Indah jika ada seorang wanita yang bisa menjadi support bagi seorang prianya
Cinta itu Indah jika ada seorang pria yang bisa menjadi imam yang baik bagi wanitanya
Cinta itu Indah jika kita bisa saling MELENGKAPI

==TAMAT==

PROFIL PENULIS
Nama   : Rico Samuel
College : Gunadarma University
Faculty : Technology Information
Age      : 20
Blog     : ricosamuel.blogspot.com
FB       : Rico Samuel
Twitter : @SamuelRico

Baca juga Cerpen Cinta atau Cerpen tentang Cinta yang Lainnya.

Rabu, 28 Maret 2012

Cerpen Cinta Romantis - Cerita Cinta

CERITA CINTA
Cerpen Iva Yansikha

"sayang,kamu serius sama aku?,kamu sayangkan sama aku?,kalau kamu beneran sayank sama aku. Kamu harus bisa buktiin".
"sayang mau bukti apa?pasti aku turuti.aku gak mau kecewain cinta".

Dingin yang menembus ke sum-sum tulang, membuat burung takut terbang keluar dari sangakar, dingin yang menyulap lilin menjadi padam, dingin yang menimbulkan efek embun pada lampu-lampu berwarna kuning berada di pojok-pojok taman, sehingga menambah suasana romantis acara makan malam dua ingsan yang sedang memadu.
"sayang kok diam?sayang pingin bukti apa sih?

Zara tak dapat berkata, bibirnya kelu, batinya merinding, bulu kudunya berdiri. Zara tak dapat berkata, serasa mulutnya terkunci, batinya menciut, ungkapan yang mengurungkan hasrat. Reval tau kekasihnya itu sedang menggigil. Yang dia tahu perempuan di dekatnya itu kedinginan, dia tak tahu pasti apa maksud semua ini, dia tak tahu apa yang terjadi, dia tak tahu isi hati.
"sayang kamu kedinginan?ya sudah kita kedalam yuk!"

Hanya anggukan yang Zara ungkapkan. Ia tak tahu juga apa isi hatinya. Ia hanya pasrah akan keadaan. Yang ia tahu ia sedang berjuang menepis angkara-angkara fikiran negative. Ia hanya menurut pada apa saja yang dikatakan hati. Dengan di gandeng Reval, Zara masuk kedalam rumah bermotifkan paris yang memunculkan efek elegan pada rumah ber dinding warna kalem sehingga menambahkan suasana romantis.
Zara hanya tahu kalau sekarang dia sedang digandeng reval, selebihnya dia tak tahu. Rasanya ditepis keadaan. Dia pun tak tahu kapan dia sampai dikamarnya dan dia tak tahu kapan Reval pulang.

Cerpen Cinta Romantis - Cerita Cinta
Zara sudah niat untuk ngomong sama Reval hari ini. Dia sudah tekad. Dia harus mengatakanya. Zara pun mengambil ponsel warna pink di meja marmer dekat ranjangnya berwarna pink pula. Tanganya tak mampu mengetik kata. Hanya memandang ponsel nokia black berry itu yang dari tadi Zara lakukan. Zara sendiripun tak mengerti jalan fikiranya. Dia ling-lung akan perasaanya sendiri. Dia tak mengerti.
"Sayang..."

Pesanpun telah terkirim dan telah sampai ke hand phone Reval.
'kau mau apa pasti kan ku beri,kau minta apa akan ku turuti. Walau...'
"aduh,siapa sih malam-malam ganggu orang tidur aja"

Batin Reval dalam hati. Suara dering hand phonenya memaksa tubuh yag letih untuk bangun Reval dengan lunglai dan masih mengantuk mencari sumber suara itu. Dia mencari-cari hand phonenya yang dari tadi masih berada didalam saku celana jeans warn abu-abu yang dipakainya kerumah Zara. Reval langsung melihat dan
'1 message received'

Dan ternyata dari Zara. Reval dengan spontan membuka pesan dari kekasihnya itu karena rasa penasarana apa isi dari pesan itu. Tidak biasanya Zara menghubungi Reval larut malam. Zara yang dikenalnya manja,cantik dan baik hati itu tidak pernah tidur lewat tengah malam.
"Iya sayang, kenapa? Kok tumben belum tidur? Ada apa?"
'message delivered'

Kini waktu menunujuk pukul 1 malam. Angin malam menembus jendela kamar lewat celah-celah kecil  diantara ukiran kayu terpahat sangat rapi. Sepoi-sepoi,dingin membuat rasa kantuk Reval semakin menjadi dan nafsu untuk mengukir mimpi ingin dituruti. Tapi di lain ruang ada kekasihnya yang butuh dirinya. Diapun berjuang menepis setan-setan yang merasuki darahnya,mengipas-ngipas kalbunya, membujuk batinya,menarik matanya karena Reval tak mau mengacuhkan pesan kekasihnya.
'kau mau apa pasti kan ku beri,kau minta apa akan ku turuti. Walau harus aku...'

Dering hand phone mengagetkan jantung yang terlelah. Menggerakan tangan untuk meraih sebuah ponsel dan segera membukanya. Berharap rasa penasaran hati akan segera luluh dengan sendirinya. Jari jempol reflek bergerak.
"Aku butuh bukti, kalau kamu beneran sayang sama aku...

Dengan setengah mengantuk Reval membaca pesan rembulan hati yang sangat ia sayang. Reval adalah seorang yang mungkin dikirim tuhan untuk Zara. Reval sangat sayang sama Zara, tak mau mengecewakan Zara, dia selalu berusaha untuk membuat Zara tersenyum dan dia tidak akan memaafkan dirinya sendiri kalau sampai Zara bersedih lebih-lebih sampai air mata rembulan hatinya tak bisa dibendung oleh kelopak mata yang membuat hati Reval damai bila melihat sepasang mata itu. Sepasang mata yang memberi kedamaian ingsan yang memandang, sepasang mata yang mengisyaratkan keteduhan jiwa, sepasang mata yang berwarna coklat muda. Sepasang mata yang saat ini dia miliki dan dia tak akan pernah melepasnya walau yang lain merebutnya. Reval melanjutkan membaca isi pesan Zara...
.....Kamu mau gak aku kasih sebuah tantangan untuk kepastian cintaku?"

Tanpa fikir panjang Revalpun menyetujui tantangan dari kekasihnya.

Dan berharap dia tidak mengecewakan dan bisa memenuhi tantanga Zara dengan baik. Reval pun langsung membalas berharap kekasihnya tak menunggu terlalu lama.
"iya, Reval bener-bener sayang sama Zara. Sayang pingin aku ngelakuin apa?"
"aku pingin kamu hidup tanpa aku selama 1 hari! Tidak ada komunikasi di antara kita selama 1 hari. Aku pingin tau apa yang kamu rasakan. Aku pingin tahu kesungguhan cinta kamu ke aku! Kamu sanggup?"
"kenapa kok gitu sayang?"
"kalau kamu bisa melakukanya aku akan cinta kamu selamanya!"
"iya sayang"

Seharian pun Reval tidak SMS ataupun telefon Zara.
"hmmmmm... Pluto,besok Zara ulang tahun. Aku harus siapin kado spesial buat dia!. Aku pingin dia bahagia!"

Terlihat, Reval sedang berbicara pada sahabat. Sahabat yang mungkin tak pernah dan tak akan menjawab semua keluh Reval. Tapi, dia sahabat yang sangat setia dan mau mendengarkan semua isi hati tuannya. Karena sahabat itu adalah seekor kucing. Kucing yang sangat bersahabat. Dengan di temani cuaca yang tidak bersahabat, langit mendung berwarna abu-abu matang, rintik hujan mulai berjatuhan, matahari menyembunyikan sinar terangnya, Seharian Reval menyiapkan kado untuk hari indah kekasihnya. Dengan hati, Reval menyiapkan semuanya. Dinner romantis dengan ditemani lilin-lilin berbentuk hati, makanan yang Zara suka, biola dengan lagu klasik yang selalu Zara mau tidak mugkin terlupakan dan sebuah cincin cantik berwarna silver dengan dua liontin. Itulah cincin pertunangan yang akan Reval sematkan pada jari manis kekasihnya sebagai tanda ikatan cinta dan kasihnya yang tulus. Tanpa Reval ketahui Zara hanya punya waktu 20 jam untuk hidup karena Zara punya penyakit kangker. Reval tak pernah mengetahui penyakit kekasihnya itu, karena memang Zara tak pernah bercerita. Karena hanya satu alasan, Zara tidak mau kekasihnya sedih.

Dengan hati yang bangga karena yakin akan usahanya, dengan rasa gemetar tapi Reval sadar bahwa ia mempunyai satu rasa yang tak terartikan oleh nya, rasa yang aneh. Reval sudah siap menjemput Zara.

Honda Jazz merah menembus jalan yang sepi, menghamburkan daun yang terjatuh rapi, membelah ruang yang sunyi. Akhirnya honda jazz pun terparkir dipelataran degan suasana yang tidak biasa terjadi.

Reval masih tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi, langkah demi langkah yang berat memaksa kaki untuk berjalan. Hatinya meleleh, seperti Ice Cream yang di telan hawa panas ketika melihat sesosok yang sangat di kenal, pujaan hatinya. Tiba-tiba air mengalir dari kedua matanya, entah siapa yang mengundang. Ketika ia mengetahui ternyata Tuhan telah memanggil Zara. Menjerit sampai tenggorokan kering serak ingin ia ungkapkan ketika sesosok jelita hatinya telah terbaring dengan surat ditanganya.
"kamu berhasil sayang. Bisakah kamu melakukanya setiap hari?
I LOVE U. Aku selalu berdoa, semoga tuhan akan mempertemukan kita di syurga-NYA".

PROFIL PENULIS
Nama : Iva Yansikha
Email : iva.yansikha@yahoo.co.id
Tentang :
akk adalah akk,...
akkupun sebenarnya tak tau akk thu ciapa,...
yang akk tau,..
hanyalah,.....
akk gadis kecil,..
yang selalu akantd tersenyum walo tersakiti,....

Baca juga Cerpen Romantis dan Cerpen Cinta yang lainnya.

Cerpen Cinta Remaja - Terowongan yang tak Berujung

TEROWONGAN YANG TAK BERUJUNG
Cerpen Haniswita

Dengan langkah lelah,ku lempar semua perlengkapan sekolahku.Ku lirik
jam biru kesayanganku.Lima menit lagi jarum pendek menunjukan jam delapan malam.Untung saja dua shalat wajib telah ku laksanakan sebelum pulang.Sekarang ku biarkan diriku dibasahi oleh tetesan-tetesan air bening.Tak butuh waktu lama bagiku untuk melakukannya.Lima menit kurasa cukup.

Kini,kurasakan kesegaran mulai menjalari tubuhku.Ku biarkan diriku berbaring sambil menatap langit-langit kamar yang mulai tak terurus lagi olehku.Tiba-tiba saja air mataku mengalir.Aku tak mengerti.Tapi ku biarkan semuanya terjadi.Aku tak sanggup lagi untuk membendung air mata ini.
“Tiwi,makan bareng yuk!”tawar mama padaku.
“Tiwi,dah makan kok ma,”jawabku agak kasar.Tapi batinku segera berontak.Kapan aku makan?Aku berbohong pada mama.Tidak.Kenapa aku seperti ini?

Suara mama sudah bergabung dengan anggota keluargaku yang lain.Keharmonisan tergambar dari suara mereka.Kini  kesepian kembali menemaniku.Tiba-tiba mataku melirik sebuah buku biru yang terletak tak jauh dariku.Itu dia sahabat setiaku.Tempat semua curahan isi hatiku.Yang tak pernah bosan barang sedikitpun untuk menyimak kisah-kisah hidupku.Ku gerakan tubuhku untuk meraih buku itu.

Ku kumpulkan tenaga untuk membuka buku biru itu.Ku balik setiap  halaman yang telah penuh dengan goresan bolpoin.Ku hentikan pencarianku pada satu halaman yang masih bersih.Ku ambil sebuah bolpoin dari dalam ranselku.Tapi,apa yang akan ku tulis?Tiba-tiba keraguan singgah di hatiku.

Cukup lama aku terdiam.Kini,ku biarkan tangan ku bergerak bebas.Dan dapat ku lihat dua kata terukir indah pada bagian buku itu.Ku baca kata-kata itu dengan penuh perasaan.
“Dear diary,”ucapku pelan dengan sedikit tersenyum.

Cerpen Cinta Remaja - Terowongan yang tak Berujung
Kembali aku terdiam.Bibirku yang tadinya sedikit tersenyum kembali mengatup.Kurasakan mataku mulai berkunang.Baru ku sadari malam minggu kembali menyapaku.Oh Tuhan,aku benci malam ini.Tapi tak bisa ku pungkiri,aku begitu merindukan malam ini.Malam yang telah menggoreskan suka dan duka di hatiku.Segera ku tulis,2 Oktober 2010.

Empat minggu sudah berlalu tanpa kasihnya.Dengan air mata yang masih mengalir,memoriku kembali memutar kejadian empat minggu yang lalu.Di malam yang sama dan pada jam yang sama.Saat itulah matahariku pergi meninggalkanku.Untuk yang kesekian kalinya,aku terdiam dalam sepi.
Tiba-tiba deringan handphone mengubah keadaan.Segera aku berjalan kearah benda merah yang dulu pernah menjadi bagian dari hidupku.Tertulis nama Indah di layar handphoneku.Ku angkat telpon dari si penghancur kebahgiaanku dengan hati bertabur dendam.
“Hai Tiw,”sapanya riang tanpa dosa.

Tapi,haram bagiku untuk menyahut perkataannya.Ku biarkan suara setan itu berceloteh riang di telingaku.
“Aku tau kamu mungkin masih marah padaku.Tapi aku tulus mau minta maaf.Please Tiw.Ku mohon maafin aku ya.Semoga kamu ngedenger ketulusanku.Night Tiw.”
“Persetan dengan maafmu.Dasar iblis.Biadab kau.Kau pikir kau bisa mengembalikan Fahmi?Dasar cewek munafik.Kau rebut kebahagiaanku,”makiku pelan setelah telpon ku tutup.

Di luar sana hujan turun dengan deras.Persis sekali dengan kejadian saat itu.Teng tong.Jarum pendek beranjak ke angka sepuluh.Ya.Mungkin ini saat yang tepat untuk mengenang semuanya.
*****

Pagi itu,2 September 2010.Setiap siswa di sekolahku sibuk dengan buku masing-masing.Wajar saja bagi siswa kelas tiga SMP sepertiku,sering berhadapan dengan berbagai bentuk ujian.Hari ini aku harus berhadapan dengan setumpuk soal bahasa inggris.Tak sulit bagiku untuk menyelesaikannya.Kurasa sepuluh atau lima belas menit semua soal akan terjawab.Akan tetapi semua keyakinanku kandas saat setan berjubah malaikat mengabarkan sesuatu padaku.
“Ceria amat Tiw,”sapa Indah pagi itu padaku.
“Ge seneng ja kok,”balasku sambil tersenyum.
“Aku yakin pasti karna Fahmi.”
“Yo i.Siapa lagi kalau bukan dia.”
“Howhowhow.Tapi hati-hati lho neng!Bisa jadi dia cuma manfaatin kamu.”
“Maksudnya?”tanyaku penuh kecurigaan.   
“Duch…….Kok nggak ngerti juga sich?Gini lho Tiwi sayank.Ehm….Gimana ya?”
“Apa?Ayo cerita!”desakku.
“Janji ya jangan marah.”
“Janji,”ucapku dengan mantap.
“Kamu pernah nggak malam mingguan bedua ma Fahmi?”
“Pernah.Tapi bareng temen-temen.Emangnya kenapa?”
“Fahmi pernah lho malam mingguan bedua ma Rima.Kamu boleh percaya atau nggak ma aku.Yang jelas aku denger sendiri semua dari Rima.Dan menurut Rima,sepertinya Fahmi naksir tuh ma Rima,”tutur Indah dengan wajah serius.

Ku daratkan sebuah pukulan keras ke mejaku.Marah,sedih,kecewa semua berbaur menjadi satu.Ku tinggalkan Indah yang masih terdiam.Tanpa pikir panjang ku cari Esti sahabatku.
“Kamu kenapa Tiw?Kok nangis?”Tanya Esti panik.
“Fahmi pembohong.Dia nggak cinta aku.Dia cinta Rima,Ti.Ternyata semua cowok sama aja.Playboy!Trus,Indah bilang Fahmi pernah malam mingguan bedua ma Rima.Coba kamu bayangin.Sakit,Ti,”rintihku pada Esti.
“Aku nggak yakin Fahmi ngelakuin hal bodoh semacam itu.Aku kenal dia Tiw.Aku yakin ini semua cuma cara untuk misahin kalian.”
“Nggak.Dia sayang Rima.Dia cinta Rima,”teriakku.

Teeeeeeet.Semua siswa segera berlari ke kelas masing-masing.Beberapa guru tampak siap menghadapi tugas mereka hari ini.Mau tak ma aku harus masuk ke kelas.Dengan langkah gontai dan mata sedikit sembab aku berusaha mencari tempatku.Kini aku tak yakin bisa mengerjakan semua soal itu dalam waktu lima belas menit.

Lain halnya dengan Esti yang segera berlari mencari fahmi setelah ku tinggal pergi.Ia temukan Fahmi sedang bercanda ria dengan teman-temannya.Tanpa pikir panjang,langsung saja Esti melabrak Fahmi.
“Sumpah Ti.Aku nggak da perasaan khusus ke Rima.Dan aku juga nggak pernah malam mingguan ma Rima.Ini fitnah Ti.Please percaya aku.Yang aku sayang cuma Tiwi.Nggak da yang lain.”
“Oke.Aku percaya kamu.Tapi kamu harus buktiin ke Tiwi kalau kamu nggak salah.Semoga berhasil sob.”

Dua puluh lima menit sudah berlalu.Hanya 17 soal yang yang baru ku jawab.Sedang 33 soal lagi tak tau akan ku apakan.Oh Tuhan!Aku mulai kacau sekarang.Teeeeeeet.Segera pengawas ujian merebut lembar jawabanku.Tak ada yang bisa ku perbuat.Pasrah.Terbayang olehku wajah mama yang selalu berharap penuh padaku.
“Maafin Tiwi ma.Tiwi dah ngecwain mama,”desisku pelan sambil mengemasi peralatan tulisku.

Sesampainya di rumah,ku dobrak pintu kamarku.Segera ku cari handphoneku.Dengan gerakan jari yang lincah,ku tulis sebuah SMS untuk Fahmi.

Q tanam cinta tak dihargai
Q tanam sayang disakiti
Begitu juga dengan rindu ikut dikhianati
Tdk adakah sdkit rsa dihatimu
u/ m’balas smw perasaanQ….?


Ku kirim SMS itu dengan kekecewaan.Selang beberapa detik,datang beberapa SMS dari Fahmi.Berbagai penjelasan ia jelaskan padaku.Akan tetapi,aku terlalu percaya pada perkataan Indah.Sampai pada puncaknya,ku matikan handphoneku.

Berhari-hari aku mengurung diri.Selama itu aku hidup dalam kepedihan dan kekecewaan.Dan malam itu,4 September 2010,sekitar jam 10 malam,semua berakhir karna kemunafikan.

Tiiiiiiiiit………..Tiiiiiiiiit……….Tiiiiiiiiiit……….
“Hallo.” Ku dengar jelas suara Fahmi di seberang sana.
“Hallo,”balasku kaku.
“Knapa?”
“Bagaimana dengan hubungan kita?Lanjut atau tidak?”tanyaku to the point.
“Kamu siap menerima keputusanku,Tiw?”
“Insyaallah,”jawabku mantap.
“Ku rasa,kita cukupkan saja semua sampai disini.Maafkan aku Tiw.Ini yang terbaik.”

Kurasakan kedua bola mataku mulai berkunang mendengar keputusannya.Tidak.Aku tidak boleh terdengar lemah olehnya.Sejenak aku terdiam.Tak percaya dengan semua ini.
“Hallo Tiw?”tanyanya memastikanku baik-baik saja.
“Ya.Tak perlu meminta maaf.”
“Aku yakin di luar sana masih banyak cowok yang lebih baik dari ku.”
“Aku tau,”terdengar agak kasar menurutku.
“Syukurlah Tiw.”
“Oke,masalah kita sudah selesai.Aku harus tidur.Sampai besok.Malam Fahmi.”
“Malam.”

Klik.Berakhir sudah pembicaraanku dengan kekasihku.Bukan.Mantan kekasih maksudku.Tiba-tiba hujan turun dengan deras.Seakan malam memihak padaku.Aku tak menyangka ini semuakan terjadi.Tiba-tiba sebuah pesan baru masuk ke handphoneku.Ternyata Indah.Ku baca SMS darinya dengan seksama.

Sebelumnya Q mnta mf tiw.
Perkataan ku tempo lalu hanya rekayasa.
Q ngelakuin t smw demi Gilang.
Q banyak bhutang pdnya.
Skrg Q ingin Qm dan Gilang bsatu.
Lupakan Fahmi.OK.


Tangisku meledak.Ku banting handphone kesayanganku.Aku menyesal.Tapi apa dayaku.Semua telah terjadi.Dan cintaku telah pergi karna kebodohanku.
“Maafin aku Fahmi.Maafin aku sayang,”ucapku terbata-bata pada diri sendiri.

Ku pungut handphone yang tadinya ku banting.Segera ku pencet nomor yang tak asing lagi bagiku.Ya,Esti.Semoga dia mau membantuku.Tapi semua harapanku kandas, saat ku ingat kata-kata Esti barusan.
“Kamu bodoh Tiw.Bukannya sudah ku katakan dari awal itu semua hanya cara untuk misahin kalian.Sekarang tanggung sendiri akibatnya.Aku nggak mungkin ngebantu kamu lagi.Aku pastikan nggak kan ada lagi cowok sebaik Fahmi.Kamu dah nyia-nyiain dia Tiw.”

Kini aku sendiri.Matahari dan pelangiku telah pergi.Mungkin untuk selamanya.Yang satu penerang dalam hidupku dan yang satu pemberi warna untuk hidupku.Aku tak tau harus bagaimana.Ku benamkan kepalaku ke bantal untuk menahan kepedihan ini.Sesaat,aku mulai menyalahkan Tuhan atas kejadian ini.Aku benci Tuhan.Tuhan tak pernah adil padaku.Kenapa dia mengambil orang-orang yang ku sayang?Apa kurangku selama ini padaNya?
“Astagfirullah.Setan apa yang telah merasukiku?”batinku pada diri sendiri.

Disaat yang sama luka itu kembali terbuka.Menghamburkan semua kenangan ke dalam ingatanku.Sungguh indah.Tak bisa ku pungkiri,aku masih menyayanginya.Tidak.Aku harus buang perasaan ini.Tapi,sulit bagiku melakukannya.Tolong aku Tuhan!
Sekolah kembali memanggil siswanya untuk beraktivitas.Ku rasakan perubahan drastis pada diriku.Aku bukan lagi Tiwi yang selalu bersemangat menghadapi segala tantangan dengan senyuman.Aku adalah Tiwi yang tak bersenyum karna luka yang tak berdarah.Aku tak pernah lagi serius dengan pelajaranku.Kini aku lebih sering mengandalkan jimat-jimat saat ujian.Aku juga sering mengerjakan berbagai tugas rumah di sekolah.Waktuku habis untuk merenung dan merenung.Sekarang aku benar-benar hancur.Berantakan.Takkan ada lagi kisah yang bisa ku banggakan.Karna penyemangatku telah pergi.Mungkin untuk selamanya.
*****

Ku hapus air mataku.Di luar sana hujan masih turun bersama perasaan yang tak bisa ku jelaskan pada diri sendiri.Ku peluk boneka bear hadiah ulang tahun dari adikku.Aku tersesat dalam terowongan perasaan ini.Gelap dan sunyi.Tertatih-tatih aku bangkit mencari jalan keluar.Sendiri.Tanpa matahari,tanpa pelangi.Aku benci ini.Aku harus temukan jalan keluarnya.Tapi dimana?Kemana aku akan melangkah?Apakah aku harus mencari matahari lain?Kurasa tidak.Aku terlalu mencintainya.Yang ku inginkan hanya dia.Tapi,apakah dia masih merindukanku?Aku tak tau.Hanya saja,aku tak pernah berhenti berharap agar masa-masa itu kembali ke pangkuanku.

Aku hanya bisa menatapnya di dunia mimpi.Ingin rasanya ku jemput ia dari dunia mimpi dan menatap puas dirinya di dunia nyata dengan segenap cinta di hatiku.Tapi mustahil semua itu ku lakukan.Semua hanya anganku yang berlebihan.Hanya satu pintaku  pada Yang Maha Kuasa.Biarkan rasa ini abadi untuk slamanya.Agarku bisa mengenang dirinya sampai waktu menutup kisahku.
Ku pandangi sahabat kecil di depanku.Masih banyak yang belum terisi.Ku gerakkan tanganku dengan cepat.Terukir beberapa tulisan.Ku baca tulisanku dari awal hingga akhir.

2 October 2010
Dear diary
My love have gone with the hurricane.And I know,time is over for me.But,I am still loving you.My heart never change.Just for you.Because,I love you so much.

Ku tutup diariku.Ku rebahkan tubuhku ke pembaringan.Ku biarkan diriku diselimuti keangkuhan malam.Aku pasrahkan semuanya pada sang waktu.Ku relakan diriku untuk disambut kepedihan hari esok.

PROFIL PENULIS
Nama : Haniswita
FB : haniswita d'wieloucaver
Sekolah : MAN 2 Payakumbuh

Baca Juga Cerpen Remaja dan Cerpen Cinta yang Lainnya.

Cerpen Sedih -Terhempas Batu Cadas

TERHEMPAS BATU CADAS
Cerpen UUL

Bel pulang sekolah terdengar nyaring. Tak ada seorang siswa pun yang protes mendengar bel ini. Wajah letih dan lelah yang terlukis pada setiap wajah berganti dengan sesungging senyuman. Bel ini terdengar seperti lantunan lagu-lagu penyejuk jiwa. Kukemasi buku-buku dan alat tulisku yang berserakan di atas meja. Hampir setengah hari aku berada di sini, mendengarkan guru mengajar dan mengerjakan tugas sekolah. Aku melangkah gontai keluar kelas. Aku malas pulang ke rumah dan bertemu Bapak. Bapak adalah sosok pria pemarah dan egois. Padahal aku ingin bel ini tak sampai ke telingaku. Biarlah aku tuli untuk kenyataan pahit ini.

Angkutan kota berseliweran di jalan raya depan sekolah. Aku termenung. Tak saatupun angkutan kota yang sengaja kustop. Aku enggan pulang ke rumah. Bukan karena takut akan kemarahan Bapak, namun aku sudah terlalu muak melihat dan mendengar Bapak menyalahkan Ibu dan menghancurkan barang-barang di rumah.

Tin! Tin! Sebuah klakson angkutan kota membuyarkan lamunanku. Aku terpekik kaget. Sebuah angkutan kota penuh penumpang tanpa kenek berhenti di depanku. Mau tak mau aku harus pulang. Hari sudah semakin sore. Walau bedug ashar belum terdengar, angkutan kota yang melewati jalan raya depan sekolah makin berkurang. Mungkin inilah angkutan kota yang terakhir. Oleh karena itu aku segera masuk ke dalam angkutan kota ini.

Angkutan kota ini terus melaju kencang, membelah jalan raya di sepanjang jalan perumahan dan instansi pemerintahan. Aku menutup mata, mencoba menghilangkan bayanganku tentang Bapak. Laju angkutan kota yang kunaiki mulai berkurang. Tiba-tiba supir menghentikan kendaraan ini dan turun dari balik kemudi. Roda belakang bocor. Aku ingin mengulur waktu agar sampai di rumah lebih sore. Bedug ashar terdengar. Ah,ya! Aku belum shalat dhuhur. Daritadi yang kupikirkan hanya Bapak sehingga aku melupakan kewajibanku sebagai seorang muslimah.


Roda belakang selesai diganti. Aku menampakkan wajah takutku lagi. Walaupun jarak dari rumah ke sekolah sekitar tujuh belas kilometer, aku tak bisa tenang sedikitpun. Aku ingin jalan ini makin kpanjang dan tak ada ujungnya. Dengan begitu, aku tak akan menatap wajah Bapak yang penuh kemarahan. Menit demi menit berlalu. Kendaraan yang kunaiki memasuki wilayah baru. Inilah tempat tinggalku.
“ Ada yang turun di kantor pos?”,supir melirik dari kaca spion. Aku bungkam. Biasanya aku memang turun di situ. Tapi aku ingin sampai di rumah lebih lama.

Delapan ratus meter kemudian barulah aku berteriak,”Stop sini,Pak!”. Aku turun dan berjalan pelan dengan perut keroncongan dan kerongkongan kering.

Aku sengaja mengambil jalan memutar yang akan sampai di rumah lebih lama. Deg! Akhirnya sampai juga. Entah berapa lama aku berjalan namun tiba-tiba aku sampai. Rumah sedehana dengan bilik bambu dan lantai tanah yang terlihat di depanku sekarang adalah rumahku.

Aku berlari. Pikiranku was-was. Kuputar perlahan gagang pintu rumahku. Aku terpejam beberapa saat. Seisi rumah berantakan. Ibu tertunduk lemas di samping meja sementara Bapak melotot bengis. Kaca bufet retak, asbak pecah, dan... kulihat pilaku hancur berkeping-keping. Itu pialaku satu-satunya. Aku terpukau. Hatiku pedih. Benda itulah benda berharga dalam hidupku. Benda itu jugalah yang mengingatkanku pada masa laluku ketika aku masih senang menulis. Benda itulah benda termewah di rumahku, benda itu juga yang memberiku semangat agar aku tetap menulis diantara tangis dan kesedihan.

Aku menangis. Bapak menendang kepingan-kepingan pialaku. Hatiku terluka. Pedih bagai disayat sembilu apalagi begitu melihat Bapak melempari Ibu dengan barang-barang yang berserakan sambil mencacimaki Ibu dengan kata-kata kasar yang menyakitkan hati. Selama ini, Ibulah yang mencari nafkah untuk keluarga. Ibu mencari biaya sekolah untukku dan akikku dengan menjadi buruh cuci sementara Bapak hanya malas-malasan dan memarahi Ibu. Harusnya Bapak sebagai kepala keluarga yang menghidupi kami.

Adikku menghambur ke arah Ibu dan menjadi sasaran lemparan pecahan asbak dari Bapak. Ibu menangis sambil memeluk adikku dan kesabaranku pun sudah habis. Aku sudah tak tahan lagi melihat pemandangan ini.
“Cukup, Bapak! Masih belum cukupkah air mata yang kami teteskan karena Bapak?!,”aku berucap lantang. Mendengar ucapanku Bapak mengumpat, mencaci dan akhirnya pergi disertai hinaan.
“Sudahlah, nak! Jangan membuat Bapakmu marah. Semua ini biarlah Ibu yang menanggungnya,” Ibu menghapus air matanya.
“Ibu, sampai kapan cobaan seperti ini akan berakhir?,”aku menunduk.
“Sudah, kamu harus tabah menghadapi semua ini,”sebisa apapun Ibu menghiburku, namun aku tahu kalau Ibuku juga manusia. Ibuku juga punya batas kesabaran. Namun, aku kagum pada Ibuku yang tetap memaafkan Bapak walau Bapak begitu kejam.

Aku segera mengambil air wudhu dan kutunaikan shalat ashar. Dalam shalat aku berdoa, semoga Allah membuka pintu illahi di hati Bapak. Biarpun kami terhempas pada batu keras dan bercadas, kami yakin kalau batu keras dan bercadas itu akan hancur perlahan, berubah halus dan kami akan melakukan hal yang sama di hati Bapak dengan jutaan tetes air mata....

Sekian.

PROFIL PENULIS
Nama Saya UUL
Saya cuma ingin share aja soal cerpen2 saya yang numpuk gak karuan di bawah bantal...
please add me at gaara.nyunyul@yahoo.com
Thank You...

Baca juga Cerpen Sedih yang lainnya.

Cintaku Saat itu (masih) Seumur Jagung - Cerpen Cinta Remaja

CINTAKU SAAT ITU (MASIH) SEUMUR JAGUNG
Cerpen Evita Mayangsari

Hari ini adalah hari terakhir Revita masuk sekolah. Setelah ini, Revita akan libur panjang. Tapi liburan kali ini Revita tidak bisa berlibur ke rumah nenek seperti liburan sekolah biasanya. Karena liburan ini Revita sangat sibuk untuk persiapan masuk ke SMP. Ia harus belajar giat bila ingin mendapatkan nilai yang bagus saat menghadapi TES masuk SMP. Hari-hari terakhir masuk sekolah Revita manfaatkan sebaik-baiknya sebelum berpisah dengan teman-teman SD nya. Ia puaskan bermain bersama teman-temannya. Karena hari terakhir sekolah, jadi tidak ada pelajaran. Revita dan kedua sahabatnya yang bernama Audrey dan Lenna berniat pergi membaca di perpustakaan. Saat tengah asyik membaca, tiba-tiba ada yang memanggil Revita dari luar. Ternyata Reyhan, teman sekelas Revita.
“Revita” panggil Reyhan dari kejauhan.
“Eh curut, ngapain panggil-panggil ?” Revita memanggil Reyhan dengan panggilan “curut” karena itu memang sudah sapaan akrab keduanya. Sedangkan Reyhan sendiri memanggil Revita dengan sapaan “hippo”.
“Nggak papa, tumben rajin ? biasanya kan kamu ke kantin dan ngehabisin semua makanan di kantin ?” ejek Reyhan.
“Eh, enak aja kamu ! jadi kamu manggil cuma buat ngejek aku ya ? hiiiihh !” omel Revita yang langsung mengejar Reyhan.

Revita dan Reyhan memang jarang sekali akur. Di kelas pun mereka sering sekali saling mengejek. Teman-teman mereka juga sudah sering mengingatkan Revita dan Reyhan supaya akur. Setelah kejar-kejaran dengan Reyhan, Revita merasa lelah. Cuaca siang ini juga sangat panas, sehingga membuat Revita haus. lalu ia bergegas pergi ke kantin untuk beli minum. Reyhan yang sangat usil sengaja mengikuti Revita dan langsung duduk di sebelah Revita.
“Eh Hippo ! kamu mau masuk SMP mana ?” tanya Reyhan pada Revita.
“Ehm, nggak tau ! kayaknya sih SMPN 3. Kalo kamu ?”
“Nggak tau, lihat DANEM dulu ! cukup ato enggak masuk SMP Negeri”
“Oh”
“Ehm Rev, mau tau nggak siapa cewek yang aku suka sekarang”
“Siapa emang ? pasti cewek yang kamu suka itu aneh, jelek, gila kaya kamu ?” ejek Revita sambil cekikikan.
“Iya, emang cewek yang aku suka aneh, jelek, dan gila”
“Hah ? dasar cowok aneh ! emangnya siapa sih cewek itu ?”
“Mau tau ?”
“Iya !”
“Oke, aku kasih tau !”

Reyhan langsung memutar botol yang dipegangnya. Ia taruh botol itu di meja dan langsung memutarnya. Secara sengaja, Reyhan memberhentikan botol itu ke hadapan Revita. Revita terkaget-kaget membelalak tidak percaya.
“Lho ? kok berhentinya menghadap ke aku ?”
“Eh, sory sory ! salah ! aku ulang aja deh kalo gitu”

Cintaku Saat itu (masih) Seumur Jagung - Cerpen Cinta Remaja

Diputarnya botol itu. Dan kedua kalinya botol itu ia berhentikan menghadap ke Revita. Sekali lagi Revita merasa kaget dengan sikap Reyhan.
“Lho curut ? kok ke aku lagi sih ? kamu ini aneh deh ?”
“Aku emang aneh, persis seperti orang yang aku suka ! dan sekarang orang aneh yang aku sukai itu ada di hadapanku” ucap Reyhan yang membuat Revita sangat terkejut.
“Jadi ?”
“Iya, cewek yang aku maksud itu kamu ! kamu cewek aneh bin gila yang udah berhasil bikin aku klepek-klepek” jawab Reyhan sambil tersenyum.
“Tapi, aku nggak mau ! aku belum mau pacaran Rey ! Kita harus belajar dengan giat buat persiapan masuk SMP kan ? maaf Rey”

Setelah mengucapkan kata-kata itu Revita langsung pergi meninggalkan Reyhan yang menganga mendengar perkataan Revita barusan. Revita meninggalkan Reyhan dengan perasaan serba salah, sebenarnya ia juga suka dengan Reyhan. Tapi Revita sangat tidak siap untuk mengalami masa-masa “pacaran”. Ia juga ingin serius untuk menghadapi TES masuk SMP. Di kelas, ia menceritakan kejadian tadi kepada kedua sahabatnya.
“Kamu darimana saja Rev ?” tanya Audrey.
“Dari kantin”
“Kok nggak ngajak kita ?” protes Lenna.
“Ehm, maaf ! tadi aku ditemani Reyhan”
“Ha? Reyhan ? tumben akur ? hayoo, ada apa kamu sama Reyhan ?”
“Tadi dia bilang ke aku kalo dia suka sama aku”
“Whaaaaat ?” jawab Audrey dan Lenna kaget hingga matanya membelalak.
“Kamu bercanda ya Rev?” tanya Lenna masih tidak percaya.
“Beneran kok !”
“Enggak, dia bohong !” tiba-tiba terdengar suara Reyhan yang datang.
“Dia bohong ! aku nggak pernah kok bilang suka sama dia !” bantah Reyhan.
“Kamu yang bohong !” bentak Revita.
“Reyhan ! jangan bentak-bentak gitu dong kalo sama cewek” sela Audrey membela sahabatnya itu.
“Habis, dia bohong !”
“Revita nggak mungkin bohong sama sahabatnya tau !” giliran Lenna yang memarahi Reyhan.
“Yasudah, terserah kalian !”
Mulai hari itu, Revita dan Reyhan bermusuhan. Hingga hari wisuda tiba pun mereka masih saling acuh tak acuh. Mereka tidak saling menyapa hingga acara selesai. Di rumah, Revita merasa sedih karena berpisah dengan teman dan sahabatnya di SD.

Tapi, ia merasa ada yang aneh. Revita merasa yang membuatnya sangat sedih bukanlah perpisahan dengan sahabat ataupun temannya ! justru yang membuatnya sedih adalah Reyhan. Revita berfikir, di SMP nanti pasti tidak akan ada Reyhan ke-2. Tidak ada Reyhan yang sering mengganggu dan mengejeknya lagi. Setelah lulus, ia lostcontact dengan Reyhan. Hari-hari berlalu, Revita sudah di terima di SMPN 3 yang sudah jadi SMP impiannya. Di sisa liburannya sebelum masuk SMP ia mempersiapkan segala keperluannya. Pagi ini, Revita berangkat ke mall dengan bundanya untuk membeli seragam, tas, dan sepatu baru. Saat tiba di bagian pembayaran, handphone Revita berbunyi. Ada telepon masuk yang nomornya tidak ia kenal. Dengan agak ragu, Revita mengangkat telepon itu. Terdengar suara lelaki yang sepertinya sudah ia kenal. Ternyata Reyhan ! Reyhan menelpon Revita dan mengajak Revita bertemu di taman dekat rumah Revita. Revita pun tidak menolak, karena ia juga berniat ingin minta maaf pada Reyhan.
“Eh curut, aku minta maaf soal yang waktu itu ya ? nggak usah di ambil hati”
“Minta maaf aja tetep manggil aku curut ! yaudahlah nggak papa. Aku juga mau minta maaf ke kamu. Waktu itu aku jengkel, makanya aku bantah omongan kamu. Trus, aku juga mau minta maaf sama kamu soalnya aku nggak bilang ke kamu kalo aku ganti nomer handphone. Aku ganti nomer biar kamu nggak sms aku lagi dan aku bisa ngelupain kamu” jelas Reyhan pada Revita
“Iya, nggak papa kok ! aku udah lupain masalah kita dulu. Kalo boleh jujur, sebenernya waktu itu aku juga suka sama kamu. Tapi, karena aku masih ragu yaa aku nggak terima kamu !”
“Oh, kalo gitu sekarang kamu mau terima aku ?” ucap Reyhan yang ternyata masih menyukai Revita.
“Nah loh ? masi mau kamu sama cewek aneh kaya aku ?”
“Gimana lagi, aku masih berharap banyak sama kamu”
“Ehm, gimana yaaa ? emang temen SMP kamu nggak ada yang lebih bagus daripada aku ya ?”
“Nggak ada”
“Yauda deh”
“Beneran ?”
“Iya, iyaa”
“Hahay, yaudah aku pulang dulu ya ?”
“Iya”

Setelah berhasil mendapatkan cinta Revita, Reyhan bergegas pulang dengan pipi yang memerah. Revita merasa senang, karena ini pertama kalinya ia merasakan cinta. Hubungan mereka sangat langgeng, jarang ada pertengkaran walaupun kadang Revita agak egois pada Reyhan. Selama hubungan berjalan, tidak pernah ada masalah yang menghadang. Sampai suatu saat, ada salah satu teman SD Revita dulu yang ternya suka pada Reyhan. Karena merasa orang yang di sayang di rebut oleh orang lain, Tiara (nama teman SD Revita) berusaha mengusik hubungan Revita dan Reyhan. Ia mengadu domba Revita dan Reyhan.
“Hay Revita” sapa Tiara sok akrab.
“Lho, Tiara ya ? tumben kamu main ke rumahku sore-sore begini?” jawab Revita.
“Iya, aku mau tanya nih Rev. Kamu sama Reyhan sudah jadian ya ?”
“Iya, kamu kok tau ?”
“Aku tau dari Audrey dan Lenna ! ehm, ngomong-ngomong uda jalan berapa lama ?”
“Alhamdulillah udah 2 minggu lebih 5 hari”
“Wah, cukup lama ya ? kamu nggak kepikiran kalo Reyhan selingkuh ? kalian kan beda sekolah ?”
“Ehm, aku nggak kepikiran sejauh itu”
“Padahal, aku kemarin liat Reyhan sama cewek lagi jalan di mall”
“Hah ? masa sih ? kamu tau darimana ?”
“Kemarin aku liat dengan mata kepalaku sendiri !”
“Aku nggak percaya !”
“Ih, dibilangin nggak percaya ! aku nggak mungkin bohong sama kamu”
“Beneran ?”
“Iyaaaa Revita !”

Mendengar cerita Tiara yang begitu meyakinkan, raut wajah Revita berubah menjadi lesu dan sedih. Tiara yang melihat wajah Revita begitu sedih sangat senang karena mengetahui akan ada yang mengalami putus cinta setelah ini. Saat itu juga, Revita marah-marah kepada Reyhan. Dan terjadilah pertengkaran hebat antara mereka. Revita benar-benar kecewa pada Reyhan. Tetapi, Reyhan terus berusaha menjelaskan semuanya pada Revita hingga Revita yakin semua cerita Tiara itu bohong. Karena Revita mulai mengerti, akhirnya mereka pun tidak jadi memutuskan hubungan sampai disini dan hubungan kembali lancar. Tau bahwa hubungan Reyhan dan Revita tidak jadi berakhir, Tiara merasa sebal. Ia mencoba mencari cara ke dua supaya  hubungan Revita dan Reyhan hancur ! betapa jahatnya Tiara.
“Revita !” panggil Tiara yang saat itu melihat Revita sedang membeli bunga.
“Kenapa Ra ?”
“Ehm, maaf ya soal yang Reyhan selingkuh ? ternyata aku salah lihat”
“Iya nggak papa kok Ra” jawab Revita dengan senyum. Ia merasa semua bukan salah Tiara karena wajar-wajar saja ia salah lihat orang.
“Tapi kali ini ada berita lagi soal Reyhan ! dia nyatain cinta ke aku !”
“Hah ? kamu nggak bohong ?”
“Iya, nih aku tunjukin SMS nya” Tiara menunjukan SMS dari teman sekolahnya yang di kontak handphonenya sengaja diberi nama Reyhan supaya Revita yakin. Karena mengira SMS itu sudah pasti, Revita tidak berfikir untuk mengecek nomernya. Ia merasa sangat terpukul, dan bergegas ke rumah Reyhan. Di rumah Reyhan, tanpa basa-basi ia langsung mengatakan kata “PUTUS”. Meskipun Reyhan sudah menjelaskan berkali-kali tapi Revita tetap tidak percaya. Ia merasa, Reyhan sudah sering menyakitinya dan lebih baik mengakhiri hubungan ini. Reyhan pun melepas Revita, hubungan mereka berakhir setelah 3 minggu lebih 2 hari. Saat itu juga, Tiara mengutarakan perasaannya pada Reyhan dan yakin akan diterima.
“Reyhan, jangan sedih ya ? aku mau kok kalo jadi pengganti Revita di hati kamu ?” pinta Tiara.
“Maaf, Ra ! aku nggak punya rasa apa-apa sama kamu” ditinggalnya Tiara dengan wajah yang sebal.

Sejak kejadian itu, Reyhan merasa sangat bersalah. Dan akhirnya datang ke rumah Revita.
“Rev, aku minta maaf ya ?”
“Iya, aku tau kok ternyata itu emang akal busuk Tiara”
“Dia lebay banget ya ?”
“Mungkin keseringan nonton sinetron, sampe aktingnya nipu aku kelihatan banget. Haha”
“Iya mungkin ya. Ehm, kamu nggak berminat balikan sama aku ?”
“Aduuh, maaf Rey ! aku udah nggak ada rasa kamu. Maaf banget ya ?”
“Yah, yaudah deh” jawab Reyhan dengan raut sedih.
“Kita tetep temenan kan ?”
“Iya dong”

Akhirnya, mereka tetap berteman. Revita menganggap hubungannya dengan Reyhan itu masih “seumur jagung” karena mereka sendiri memang masih remaja yang perasaannya masih sering tidak stabil. Tapi, dibalik hubungannya ini Revita mendapat hikmah bahwa “masih kecil, nggak boleh pacaran. Hahaha ..”. Ia dan Tiara pun sudah baikan dan berteman kembali.
“Ini toh yang namanya “CINTA”. Ehm, cinta itu lucu ya, suka banget bikin hati para remaja jadi gonjang-ganjing.. hobi pula bikin hati orang yang ngerasain cinta itu jadi lebay. Sampe ada yang nangis-nangis karena cinta ! ada pula yang gila karena cinta.. CINTA ITU NGGAK BANGET.. wkwk” ucapnya sambil tertawa sendiri.

Baca Juga Cerpen Remaja dan Cerpen Cinta yang Lainnya.

Do I Love That Fat Girl? - Cerpen Cinta

DO I LOVE THAT FAT GIRL?
Cerpen Codet
Pekayon, 3 Juli 2009

“Jak, Jak, bangun Jak, ada tetangga baru!”
“Berisik, ah, baru juga tidur 10 menit!”
“Tetangga baru, Jak, lihat, lagi pindahan.”

Kesal karena Kamal berisik, akhirnya Jaka bangun. Ia menggosok matanya. Lalu ia mengikuti Kamal mengintip tetangga baru mereka melalui jendela bertirai biru laut. Terlihat para pria berseragam dan bertopi sedang megangkut perabot rumah tangga dari truk ke rumah sebelah mereka. Kemudian mereka melihat tetangga baru mereka. Wanita berpostur tinggi dan gemuk, mungkin berusia 22 tahun.
“Hanya untuk melihat wanita gemuk sial itu kau bangunkan aku, Mal!” Jaka melotot pada sahabatnya. “Terima kasih!” geramnya, lalu ia membanting pintu kamarnya dan kembali tidur.
“Jak, jangan begitu, jangan menyebut wanita itu ‘wanita gemuk sial’, dong…” Kamal kembali memperhatikan tetangga barunya. “Kurasa dia wanita yang baik, Jak…”

Do I Love That Fat Girl? - Cerpen CintaMary memperhatikan ruang tamunya yang telah ditata. Akhirnya aku punya rumah sendiri, meskipun masih menyicil, pikirnya senang. Beberapa jam yang lalu, ia, dibantu anak buah ayahnya, menata rumah barunya. Sungguh menyenangkan menata rumah sendiri sesuai keinginannya! Dan ia menyukai rumah barunya yang bercat broken white, dengan dinding kaca bertirai putih.

Setelah berendam dalam bathtub air hangat, Mary bermaksud mengunjungi tetangga sebelahnya dengan membawa sedikit oleh – oleh, seloyang Japanesse cheese cake dan setup apel yang dibuatnya semalam di rumah orangtuanya. Sebelum Mary mengetuk pintu, seorang cowok sekitar 20 tahun-an membuka pintu.
“Hai, kau pasti tetangga baru ‘kan?” tanya cowok itu ramah. Ia mengenakan jaket dan sepertinya hendak pergi keluar.
“Eh, ya, benar. Ini ada sedikit oleh – oleh perkenalan.”
“Wah, terima kasih, merepotkan nih!” Mata cowok itu berbinar – binar. Ia berteriak ke dalam rumah, “Jak, kita tidak usah pergi cari makan, tetangga baru kita memberikan kita cake!”

Mary memperhatikan cowok yang juga seumuran dengan cowok yang pertama, keluar dari ruangan yang sepertinya ruang makan. Ia juga mengenakan jaket. Rambutnya gondrong, dan kesannya ‘liar’ dengan sorot mata tajam, hidung mancung, dan bibir seksi. Benar – benar tipe cowok yang harus Mary jauhi!
“Cake? Sejak kapan aku suka cake, Mal?” tanyanya  sinis.
“Bukannya kau…”
“Aku tidak suka cake.” Cowok itu tersenyum menyeramkan pada cowok pertama. “Oh ya, tetanggaku yang gemuk, terima kasih oleh – olehnya, tapi maaf, kami mau pergi cari makan…”

Mary menahan amarahnya. Ia sudah biasa dikatai gemuk, tapi tidak terang – terangan seperti ini. Benar – benar cowok tidak tahu adat! Mary berusaha tersenyum. “Nama saya Mary. Baiklah, saya permisi…”
“Mary!” panggil Kamal. “Ma – maafkan sahabatku itu, dia memang begitu orangnya. Tapi sebenarnya ia baik, hanya terlalu jujur saja. Aku Kamal, dan dia Jaka. Selamat datang, Mary.”
Mary tersenyum, “ya…Baiklah, aku permisi. Selamat malam.”
Setelah sampai rumah, Mary membanting tubuhnya ke tempat tidur double-nya. Malam pertama yang melelahkan sekaligus menyebalkan…Mary menggigit bibirnya. Ia jadi tidak berselera untuk makan malam. Baguslah, melancarkan dietku yang baru seminggu…
*****

“Apa kau membenci tetangga baru kita?” Kamal menyendok setup apel dari Mary.

Jaka mengunyah potongan cake ke-4 dari Mary pagi ini. “Tentu saja, aku sangat tidak suka cewek gemuk.”
“Kalau tidak suka, cake-nya jangan dimakan.”
“Kau ‘kan tahu aku penggemar cake. Dan cake yang satu ini benar – benar lezat!”
“Ya, dan semalam kau berbohong. Kau menyakiti tetanga baru kita, Jak.”
“Biar saja, bukan dia ‘kan yang bikin.”
Kamal menghembuskan napas. “Jangan terlalu benci, kudo’akan kau akan jatuh cinta setengah mati padanya.”
Jaka terkejut mendengar ucapan sahabatnya. “Jangan begitu dong…”
“Makanya jangan terlalu benci…”

Jaka merajuk. “Kau tidak suka anjing ‘kan? Kodok juga. Ya perasaan seperti itulah saat aku melihat tetangga kita itu.” Jaka mengangkat bahu. “Aku takkan jatuh cinta padanya meskipun di dunia ini hanya ada aku dan dia.”
“Aku pernah baca komik temanku, ada kalimat yang menyatakan ‘Seseorang membenci orang lain karena ia tidak mengenal baik orang itu’, yah kira – kira begitu.”

“Mary, tolong fotokopi dokumen ini.”
“Baik.” dengan sigap Mary memfotocopy dokumen. Biarpun gemuk, Mary sangat sigap dan telaten, sehingga ia disukai bos dan rekan kerjanya. Walaupun ada beberapa rekannya yang bersikap kurang baik padanya. Entah karena iri akan kemampuannya atau jijik melihatnya yang gemuk.
“Bagaimana rumah barumu?”
“Menyenangkan!”
“Tetanggamu ada yang ganteng tidak?” tanya Anita, temannya sejak ia bekerja di kantor ini beberapa minggu yang lalu.

Mary langsung teringat Jaka dan Kamal.
“Ada, yang satu ramah, dan yang satu super jahat.”
“Wah, benarkah? Super jahat itu seperti apa?”
“Dia mengataiku gemuk ─ dengan jelas membenciku ─ dan tidak menyukai cake buatanku.”

Anita tertawa. “Wah, hebat sekali dia. Tapi mustahil ada yang tidak menyukai cake buatanmu, Sayang.”
“Ya dia itu, namanya Jaka.”
“Sabar saja, menurutku kau manis, Sayang.”
Mary tersenyum. “Trim’s.”

Sepulang dari kantor sekitar jam 5, Mary menunggu bus di halte. Lalu ia melihat Roy, mantannya. Pria itu mengejarnya sampai depan minimarket dan menarik lengannya. “Lepaskan aku! Sakit, Roy…”
“Sayang, kenapa kau tidak mau kembali padaku? Sudah kubilang, cewek SMU itu adik temanku. Dia memang naksir aku, tapi aku…”
“Cukup, Roy…” Mary menatap Roy dengan terluka. “Kau hanya memanfaatkan kekayaanku, kaukira aku tidak tahu? Selama 1 tahun aku berusaha mempercayaimu, tapi ternyata kau hanya ingin uangku saja…”
“Itu tidak benar.”
“Aku melihatmu menciumnya di kantormu, beberapa hari sebelum aku memergokimu lagi di café dengannya, lalu kita putus.”
“Itu salah paham. Di – dia yang berusaha menciumku…dan aku sudah jelaskan padamu bahwa dia memaksaku pergi ke café dengannya!”
Mary tertawa sinis. “Aku tidak buta, Roy, dan aku juga tidak tuli. Sebelum aku melabrakmu waktu itu, aku menguping percakapanmu dengannya. Lagipula…” Mary tiba – tiba melihat Jaka sedang meminum cola tak jauh dari tempat mereka berdiri. Tanpa pikir panjang Mary berteriak. “Jaka!” Mary melepaskan pegangan Roy dan memeluk lengan Jaka yang dimasukkan ke saku. “…Lagipula aku sudah berpacaran dengan cowok ini!”

Jaka hampir menyemburkan cola – nya. Apa – apaan ini? Ia merasakan lengan gemuk sedang memeluk lengannya, dan juga dada wanita menyentuh lengannya. Ia melihat wajah memelas tetangga barunya. Cewek gemuk ini lagi!
“Jaka, tolong jelaskan pada mantanku…”
“Ini pacar barumu? Brondong gondrong liar ini? Cowok seperti ini yang kaubilang pacar? Justru dia yang akan lebih – lebih memoroti uangmu!”
Jaka langsung naik darah. Berani – beraninya cowok berdasi ini….”Hei kau musang berdasi, beraninya kau!” Jaka menaikkan lengan kemejanya. Terlihat lengannya yang kuat dan bertato.

Nyali Roy langsung ciut melihat tato naga Jaka, lalu langsung menghilang ke dalam kerumunan orang – orang yang berlalu lalang. Jaka mengacungkan jari tengahnya.
“Lepaskan aku.”
“Maaf…terima kasih.”
“Lain kali jangan seenaknya memelukku. Dasar musang menyebalkan. Enak saja mengata – ngataiku.” Jaka menepuk – tepuk lengannya, seolah berdebu. Jaka menatap Mary tajam. “Sudah, sana pergi. Menganggu saja.”
“Tunggu…aku mau mentraktirmu makan sore karena telah menolongku.”

Tiba – tiba perut Jaka berbunyi sangat keras, membuatnya malu setengah mati. “Memangnya kau punya duit?”
“Masakan buatanku.”
“Tidak sudi, nanti kau memasukkan racun.”
“Baiklah, kau mau makan di mana?”
Jaka tersenyum jahat.

Mary tersenyum puas karena Jaka terbengong – bengong. Mereka kini berada di restoran mewah namun santai, dengan masakan – masakan dan minuman sangat mahal dan lezat. Mereka tadi pergi dengan vespa Jaka walau sebelumnya Jaka protes bahwa bannya akan kempes jika dinaiki Mary. Tapi tidak ada pilihan lain, dan untungnya ban vespa Jaka tidak kempses.
“Kau benar – benar orang kaya, seperti yang dikatakan musang itu, hah?”

Mary mengangkat bahu. “Silahkan pesan sesukamu.”
“Benarkah? Ehem,” Jaka langsung bersikap sombong. “tentu saja, sudah seharusnya. Aku ‘kan sudah menolongmu.” Jaka membaca menu. Lalu ia memesan banyak makanan.
“Kau akan menghabiskan semuanya?”
“Tentu saja, lambungku sangat kuat.”

ary tertawa. “Kalau belum cukup, kau boleh pesan untuk dibawa pulang. Untuk Kamal juga kalau kau mau.”
“Hah, tidak usah. Si malaikat itu punya teman yang selalu mentraktirnya makan siang.”
“Malaikat? Memang cocok.” Mary tersenyum. “Dan kau ‘si Iblis’.”
Jaka melotot, tapi Mary tidak takut. Senyum Mary malah semakin lebar. “Kau ini bodoh ya, mau saja berpacaran dengan si musang itu?”

Mary tersenyum sedih. “Ya, aku memang bodoh…”
“Tentu saja, seharusnya kau mengaca, kau ini gemuk, tapi kaya. Tentu saja cowok – cowok hanya menginginkan uangmu saja.”

Tahan, Mary, sabar…Mary tersenyum kaku.
“Apa kau suka memberikan si musang itu banyak hadiah dan selalu mentraktirnya?”
“Ya…dia selalu beralasan lupa membawa dompet, belum gajian, dan…”

Jaka melambaikan tangannya. “Kau benar – benar payah.”
“Aku tahu…aku selama ini tidak menyadarinya. Karena ia selalu bersikap baik padaku…memujiku cantik…”

Jaka menyender pada bahu kursi. “Wanita memang lemah kalau diberi pujian.”
“Makanan sudah datang, sebaiknya kita makan.”
“Hei, inikah yang tadi kupesan?”
“Kenapa? Kau tidak tahu cara makannya?”

aka mencibir, “peduli amat. Aku tidak suka aturan.” Lalu Jaka mulai makan dengan sekenanya. “Kau hanya makan salad?”
“Aku…diet.”

Jaka terus berbicara sambil makan. Berbeda sekali dengan Roy yang makan dalam diam dan tenang, pikir Mary. Mary sendiri terbiasa makan dalam diam dalam keluarganya.
“Apakah kau baru kali ini berdiet?”
“Ya…baru seminggu sih, sejak aku putus dari Roy. Sejak remaja, Ibuku melarangku berdiet. Roy juga begitu. Katanya gemuk juga cantik. Mm, teman kantorku juga ada yang bilang. Jadi jika ada yang menyebutku gemuk, atau mencaci bentuk tubuhku yang tdak enak dipandang, aku langsung saja mengingat perkataan Ibuku dan Roy…”
“Kenapa kau diet?”
“Aku ingin menjadi cantik untuk diriku sendiri, selama ini aku tidak pernah berusaha…” Mary menatap tajam Jaka. Lalu Mary melihat Jaka tersenyum, senyum yang tulus, dan entah kenapa, tiba – tiba jantungnya berdegup kencang.
“Itu kata – kata yang cukup bagus.”
“Bukan ‘cukup’, tapi ‘sangat’.”
*****

“Jak, kau kenapa? Seharian ini kau hanya bengong, dan dari tadi bolak – balik memandang keluar terus…”
“Bu – bukan urusanmu!” Jaka mengambil koran Kamal dan pura – pura membacanya. Lalu ia mendengar Kamal terbahak dan mengatakan bahwa korannya terbalik. “Aku mau keluar cari makan, kau mau ikut tidak? Dari pagi kita kan belum makan.” Jaka melempar koran ke wajah Kamal.
“Baiklah.” Kamal masih tertawa. “Kau seperti orang yang sedang jatuh cinta.”
“Ada – ada saja kau!” Saat Jaka mengeluarkan vespa – nya, ia melihat Mary, dan jantungnya langsung berdebar kencang. Bodoh, bodoh, apa – apaan, kenapa aku berdebar – debar, dan kenapa seharian ini aku ingin melihat wajahnya yang bulat dan tubuhnya yang gemuk?? Sepertinya aku sudah tidak waras!
Pertama kali ia berdebar seminggu yang lalu saat di restoran, saat Mary menatapnya sungguh – sungguh dan mengatakan kalimat yang menurutnya benar – benar bagus dan mengandung kesungguhan. Dan matanya yang bulat hitam, sungguh menawan saat itu. Tapi saat itu Jaka masih ragu apakah Mary hanya membual atau tidak.
Lalu keesokan paginya saat Jaka ke garasi untuk cuci motor, ia melihat Mary baru pulang dari lari pagi, tubuhnya penuh keringat. Seharusnya ia membenci tubuh gemuk berkeringat bau itu, tapi entah kenapa, ia malah menyukainya, dan lagi –lagi ia melihat kesungguhan dan tekad yang kuat untuk menjadi cantik di mata Mary. Mary tidak hanya berbicara, tapi juga melaksanakan tekadnya itu. Tapi waktu itu Jaka malah mengejeknya ‘bau’, dan Mary hanya mencibir.

Jatuh cinta! Jaka teringat perkataan Kamal barusan, dan kepalanya serasa berdengung. Ia merasa sesak napas. Tidak mungkin, pasti salah…
“Kalian mau pergi, ya?”
“Mau cari makan!” jawab Jaka kasar.
“Oh, begitu. Bagaimana kalau makan siang di rumahku? Aku ke sini untuk mengundang kalian.”
“Wah, boleh tuh.” Kamal langsung menyanggupi.
“Tidak usah, nanti makanannya beracun lagi.”

Mary terseyum, dan saat Jaka menatapnya, ia baru menyadari wajah Mary yang terlihat sedih. Biasanya jika Jaka mengejeknya, Mary selalu menatapnya penuh kejengkelan atau menantang. Tapi kali ini…?
“Baiklah, gratis ‘kan? Aku mau.” ralatnya, dan tiba – tiba wajah Mary terlihat cerah. Jaka merasa senang melihatnya. Senang? Jaka tidak menyangka, hidangan yang disuguhkan Mary benar – benar lezat! Sapi lada hitam, fish black pepper, pizza buatan sendiri, dan Japanesse cheesse cake. Ditambah salad sayur dan salad buah. Minumannya jus jeruk dan jus strawberry tanpa gula untuk Mary sendiri.
“Kau diet ya? Hanya makan salad sayur dan buah saja.” tanya Kamal.
“Iya, benar.”
“Kau koki yang hebat! Ini benar – benar masakanmu?” Kamal terkagum – kagum.

Jaka melihat Mary tersipu, cantik. Tapi ia tidak suka bahwa Kamal yang membuat Mary tersipu. Apakah Mary naksir Kamal? Kamal baik dan perhatian pada Mary…
“Kau tahu, cake yang waktu itu kauberikan pada kami, habis dimakan Kamal. Aku hanya disisakan dua potong, lho!”
“Benarkah?” pipi Mary merona, membuat Jaka senang. Syukurlah, aku juga bisa membuatnya tersipu. Cantik. “Bu – bukankah kau tidak suka cake?”
“Sebenarnya Jaka penggemar cake dan dia bilang cake – mu adalah cake terlezat yang pernah dimakannya.” ujar Kamal.
“Kau banyak omong dan hiperbola.”
“Aku senang.” Senyum Mary benar – benar cerah. “Kalau kalian mau, kalian bisa makan malam di sini juga. Sebenarnya aku butuh teman mengobrol…”
“Ah, maaf Mary, aku tidak bisa. Temanku mengajakku makan malam di rumahnya.” Kamal meminta maaf.
“Aku bisa.”

Kamal dan Mary memandang pada Jaka dengan tampang tidak percaya.
“Kalau tidak mau ya sudah…”
“Aku sangat senang! Kau mau apa untuk makan malam nanti?”
“Terserah. Mm, masaknya nanti sore ‘kan? Bagaimana kalau sekarang kita jalan – jalan dulu. Aku butuh baju baru untuk kuliah.”

Lagi – lagi Kamal dan Mary memandang Jaka dengan aneh dan tidak percaya.
“Model kaus yang aneh…” komentar Mary setelah satu jam mereka berputar – putar di mall.
“Enak saja, ini bukan aneh, tapi unik. Aku ini penyuka segala sesuatu yang unik.” Jaka membayar ke kasir.
“Kau yakin tidak mau kubayari kausnya?”
“Kau ‘kan bukan istriku.”
“Memangnya kalau nanti kau menikah, istrimu yang akan membelikanmu kaus?”
“Bukan begitu, hanya saja setelah aku menikah, uangku adalah uang istriku, begitu juga sebaliknya.”
“Oh…”

Setelah membayar ke kasir, mereka langsung ke parkiran, dan mereka bertemu Roy bersama pacarnya.
“Wah, wah, musang, mesra sekali, ya.” Jaka menyeringai.

Roy langsung melepaskan rangkulannya dari pacarnya. “Kenapa kalian ada di sini?”
Jaka mengerutkan alisnya. “Bukankah itu pertanyaan paling tolol? Tentu saja belanja, atau nongkrong, atau nonton bioskop. Kami kencan.” dengan seenaknya Jaka merangkul Mary. Awalnya Mary berusaha menjauh, tapi Jaka menahannya. Ia melingkarkan lengannya di pinggang Mary yang besar. Empuk dan lembut, pikir Jaka, dan jantungnya langsung berdebar.
“Mary…” panggil Roy.
“Ayo kita pergi, Sayang.” Mary merangkul Jaka ke arah vespa Jaka.
“Kau masih mencintainya?” tanya Jaka penasaran.
“Tidak, hanya rasa sakit hati masih sedikit tertinggal.”
“Peluk aku ya.”
“Kenapa?”
“Kita akan mengebut. Biasanya kalo mengebut bisa menghilangkan stress lho.”
“Tidak mau, Jaka! Hei! Uwaaaaaaaa!!!” Mary berteriak – teriak panik, lalu akhirnya ia meneriakkan isi hatinya ,”dasar cowok idiot! Sayang sekali menyia – nyiakan ATM berjalan!!”
Jaka yang mendengarnya langsung terbahak – bahak. Dasar cewek yang unik! pikirnya senang.

Setelah sampai rumah, Jaka membantu membuat masakan untuk makan malam, tapi karena benar – benar tidak becus, Mary menyuruhnya menonton TV atau DVD saja. Tapi Jaka malah menonton Mary memasak sambil duduk di kursi dapur.
“Kau cantik.” Jaka keceplosan, membuat Mary hampir memecahkan mangkuk berisi telur.
“Kau tidak bilang begitu saat pertama kali melihatku.” Mary tertawa.
“Tapi sekarang aku jatuh cinta padamu.”
“Tidak.”
“Kenapa?”
“Kau sangat membenciku yang gemuk ini.”
“Iya, benar, tapi itu seminggu yang lalu...”
“Hanya dalam seminggu kau jatuh cinta padaku?”
“Tidak, kurang dari itu. Saat di restoran…”
“Karena kutraktir?”
“Bukan, aku tidak serendah itu. Entahlah, mungkin aku jatuh cinta pada kesugguhanmu.”
Mary menggeleng. “Maaf.”
Jaka mengangkat bahu. “Tidak apa, aku tahu kau masih trauma. Ah, sebaiknya aku nonton TV.” Jaka tersenyum lalu melangkah gontai ke ruang TV. Dasar idiot, bodoh, bego! Kenapa menyatakan tanpa persiapan? Seperti bukan aku saja! Bagaimana meyakinkannya bahwa aku benar – benar mencintainya?

Mary sungguh senang akan pernyataan Jaka, ternyata ia tidak bertepuk sebelah tangan! Tapi ia tidak bisa begitu saja menerima Jaka. Ia tahu saat melihat mata Jaka. Jaka tidak membohonginya. Jaka tulus, dan Mary tahu Jaka memang seperti itu. Walau pada awalnya Mary sangat membenci Jaka, tapi setelah Jaka menolongnya dari Roy, Mary tahu bahwa sebenarnya Jaka baik. Sejak ia mulai jatuh cinta pada Jaka di restoran, Mary berjanji pada dirinya sendiri untuk menyatakan cintanya pada Jaka setelah turun 5 kilo. Jadi, sekarang ia belum bisa menerima Jaka.
Setelah Mary menolak Jaka, Jaka tetap baik padanya, walau kadang mengejeknya sambil bercanda.
“Kurasa aku terkena kutukan si malaikat.” ujar Jaka di suatu sore. Mary dan Jaka sedang menikmati hari Minggu yang tenang di halaman belakang rumah Mary yang sejuk.
“Maksudmu?”
“Kamal mendo’a kan aku akan jatuh cinta setengah mati padamu.”
Mary tertawa.
“Itu benar. Pagi hari ia berdo’a, dan sorenya aku jatuh cinta padamu. Dan aku baru menyadari kutukannya ‘mengena’ setelah satu minggu.”
Kali ini Mary benar – benar terbahak – bahak. “Kau lucu sekali.”
“Sehingga membuatmu jatuh cinta?”
“Kurasa ya.”

Jaka langsung terduduk. “Mary, kau sungguh – sungguh mengatakannya?”
“Iya…”
“Yeeiiii!” Jaka langsung berdiri lalu melompat kegirangan dan melakukan tarian yang benar – benar aneh dan menggelikan. “Yess, yess, yess!” Kemudian ia berhenti dan kembali duduk, bersila. “Ko bisa?”
“Mmm…mungkin karena kau konyol dan unik.”
“Kau yang unik, gadis gemuk!” Jaka memeluknya, tetapi Mary berhasil menghindar, dan Jaka menabrak tanah. “Sakit…”
“Dasar! Iya, ya, meskipun dalam 3 bulan ini aku sudah turun 5 kilo, aku belum disebut kurus.”
“Aku tidak peduli kau mau kurus atau gemuk. Gemuk juga kau cantik, manis, imut, dan aku jatuh cinta!”

Mary tertawa. “Sepertinya aku pernah mendengar ucapan itu dimana, ya…”

Jaka tertawa dan merangkulnya. Lalu ia mengecup bibir Mary mesra. “Sepertinya aku mengerti ucapan Ibumu…”
“Apa?”
“Kalau sudah jatuh cinta, apa pun menjadi indah…”
“Itu kata – kata yang cukup romantis.” Mary mengangguk – angguk.
“Bukan ‘cukup’, tapi ‘sangat.’” Lalu keduanya terbahak – bahak, membuat suasana menjadi ceria di sekeliling mereka.

Kuningan, 14 Juli 2009

Baca juga Cerpen Cinta yang lainnya.