Rabu, 22 Februari 2012

Cerpen Ibu Terbaru 2012 - Disaat Cinta Itu Begitu Indah

DI SAAT CINTA ITU BEGITU BERARTI
Cerpen Abdul Rohim

“Coba to Li rambutmu itu di rapikan, rambut kok acak-acakan warna-warni kayak gitu.....!!”

Komentar ibu di balik pintu kamarnya, sebuah komentar yang tidak mendapat jawaban, bahkan sampai berulang-ulang suara itu terucap malahan suara TV LG di ruang tamu makin keras  terdengar. Ibu berjalan agak setengah berlari menuju Ali yang sedari tadi duduk di depan TV, kaget karena sang ibu merebut Remote TV kemudian mematikan TV tersebut sambil berujar
“kamu ndak dengar apa kata-kata ibu tadi.??”

Bahkan memandang wajah ibunya pun tidak Ali berdiri sambil menyahuti perkataan ibundanya,
“Bu saya bosen,,  di komentari terus..  saya tuh udah besar, bukan anak kecil lagi, mosok soal penampilan saja di ributkan.”

Setelah berkomentar bersuarakan agak keras Ali meninggalkan ibunya sendirian dengan sebuah remote TV di tangan kanannya.
“Ya Alloh kenapa anak sulungku seperti itu.?? Teriak ibu dalam hati kecilnya penuh tanda tanya,,,”  yah pasti bingung dengan sebuah perubahan yang terjadi pada anaknya itu kini.

Ya,,, Ali adalah anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Luqman dengan ibu Sofiah. Remaja tanggung itu sebenarnya adalah anak yang baik, tapi entah mengapa setelah dua tahun lulus dari SMA dan tidak melanjutkan kuliah, Ali pun mulai berubah drastis mulai dari sifat, akhlaq, tutur kata dan juga penampilannya. Ali yang sebelumnya dikenal anak yang taat dan rajin penuh semangat kini berubah menjadi Ali yang temperamental yang tidak mempunyai harapan dan orientasi yang jelas.
Kedua orang tuanya pun menyadari hal itu, salah satu penyebabnya adalah mungkin karena keinginan Ali untuk tetap melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi belum bisa dikabulkan mereka kedua orang tuanya, sebenarnya bukan tanpa alasan permintaan Ali belum dikabulkan  oleh mereka, ya karena memang mereka belum mampu untuk membiayai kuliah Ali. Untuk memenuhi kehidupan sehari-hari saja Pak Luqman dan keluarga masih sangatlah sederhana. Tukang kebun di Sekolah Dasar Swasta itu hanya bisa mencukupi kehidupan sehari-hari kelurganya, sehingga permintaan Ali di tunda terlebih dahulu dengan harapan keinginan itu bisa terwujud nantinya.
******

“Nisa di mana charger hp ku yang kamu pinjem kemaren.?, cepat bawa sini baterai ku mau habis..!!,”  teriak Ali dari dalam kamarnya yang di tujukan kepada adik satu-satunya itu yang ketika itu sedang di dapur.
“Nisa  charger ku bawa sini cepat..!!! Nisa... nis.. teriak ali sekali lagi ,,”

karena tak ada respon dari sang adik, Ali langsung bangkit dari tempat tidur yang kala itu sedang ngobrol dengan seseorang melalui telepon genggamnya menghampiri sang adik yang berada di dapur, setengah marah Ali membentak adiknya,
“Nis kamu tuh punya telinga gak, di panggil dari tadi kok gak ada respon,, budek kamu ya..?? bentak Ali sembari melayangkan tangan kanan ke pintu dapur  rumah mereka.
Praak...

Ani yang sedari tadi sibuk dengan aktivitas dapurnya kaget sekali dengan apa yang telah kakaknya lakukan itu.
“Mas ada apa to dateng-dateng kok marah gitu sih,,” jawab sang adik dengan polosnya karena memang ia tidak tahu permasalahnnya..
“Kamu tuh emang budek atau apa emang pura-pura ndak denger, timpal ali dengan suara keras untuk yang kesekian kalinya..”
“Mana charger hape ku yang kemaren kamu pinjem.?”  Lanjut Ali.

Nisa terpojok dengan pertanyaan kakaknya itu..
Pertama karena ia merasa bersalah tidak mendengar panggilan sang kakak dan yang kedua, ini yang lebih parah karena Nisa tanpa sengaja telah meninggalkan charger hp kakaknya di rumah Fani teman sekolahnya pada waktu belajar kelompok kemaren dan ia pun lupa sekali untuk mengambilnya kembali..

Nada lirih keluar dari mulutnya, Nisa berucap agak gugup
“Ma- ma -fin Nisa mas, charger mas Ali ketinggalan di rumah Fani temen ku kemaren waktu belajar kelompok..”

Setelah menyelesaikan jawaban dari pertanyaan sang kakak, Nisa kini mulai menundukkan kepalanya untuk menunggu reaksi kakaknya atas kesalahannya, dia siap dengan segala resiko yang akan di terima, mungkin akan di marahin habis-habisan oleh sang kakak atau mungkin ia akan terkena pukulan tangan kakaknya itu.

Ternyata memang benar, Ali marah sekali dengan kondisi pada sore hari itu..
“Ambil sekarang...!!! gak mau tau saya, pokoknya ambil sekarang..!!!!” perintah Ali kepada adiknya  itu..
“Baik mas tapi bentar ya nunggu ibu pulang dari warung dulu,,, “ jawab Nisa menenangkan keadaan..

Bukan Ali namanya kalo tidak mau ngalah,,
“Pokoknya sekarang,, itu bukan urusanku,, saya butuhnya sekarang,, cepat ambil...!!”

Bentar lagi ngapa sih mas,, sabar donk jadi orang tu...
Kini suara Nisa agak keras sebagai sebagai sebuah respon terhadap perkataan kakaknya yang egois itu.
Kini Ali bener-bener marah karena permintaannya tidak segera di penuhi oleh adiknya itu, seketika ia hampiri adiknya itu  akan di layangkanlah sebuah tamparan ke pipi sang adik..

Tiba-tiba dari balik pintu muncullah ibu mereka sambil berteriak.
“Astaghfirulloh Ali... hentikan..!!! apa yang akan kamu lakukan,,, hentikan..!!”

Seketika itu pula Nisa berlari menghampiri sang ibu,, menangis sambil berucap
“Mas ali bu,, saya kan udah minta maaf karena charger nya tertinggal di rumah Fani dan saya akan segera ngambil kok setelah ibu pulang tapi mas Ali maksa bu,,”
“Ali kenapa sih kamu itu,, kamu kok sering seperti itu,,???”

Tanya ibu kepada Ali yang dari tadi masih di liputi kemarahan itu..
“Ibu kok nyalahin saya sih.. tanya tu Nisa. Bentak Ali pada ibunya itu,,”
“Adik mu nisa kan udah minta maaf. Lagian nanti kan juga diambil chargermu,, yang sabar donk nak..!!”
“Maaf.. maaf, sabar.. sabar.. bosen saya dengernya.. timpal Ali pada ibunya.. sambil terus melanjutkan perkataannya.. “
“Ibu tuh sama saja, memang membeci saya, tidak sayang lagi sama saya.. selalu saja membela Nisa tak pernah mengerti dan peduli lagi sama saya..
... benci saya sama ibu.. “ ungkap Ali yang kini mulai berani ngelantur..
praak...
Suara tendangan ke arah pintu diiringi berlalunya Ali meninggalkan sang ibu dan Nisa..
heeeeemm...
Ibu menarik nafas dalam-dalam sambil menggeleng-gelengkan kepala melihat sikap anak lelaki satu-satunya itu.
******

Pulang dari main seperti biasanya dari rumah temannya.. Ali mendapati rumahnya penuh dengan orang, ada terpasang bendera kuning di sekitar rumahnya.

Ali tambah bingung sekali ketika menemukan adiknya menangis terisak-isak sambil memanggil nama ibu..
“Nis ada apa nis.. “ tanya Ali
“Ibu mas, dia peluk erat kakaknya itu sambil terus menyebut-nyebut ibunya.. ibu mas,, ibu mas..” Ali mulai bangkit berdiri menghampiri jenazah yang tergeletak di lantai itu..

Seketika air mata yang selama ini enggan menetes dari mata Ali kini mulai bercucuran tumpah..
“Ibuuuuu.. “ pekik Ali dengan tangis tak terbendung.
“Ibu jangan tinggalkan Ali.. maaf kan Ali bu.. ibu..... jeritnya lagi.” Tak rela ia melepas tubuh kaku di hadapannya itu.

Bayangan bersalah dan penyesalan yang ia mulai rasakan kini mulai menempel di pikarannya bagaikan tumpukan gumpalan salju yang semakin membesar itu..
Kamu memang anak durhaka Ali, kamu belum pernah membahagiakan ibumu, malahan kamu sering mengecewakan dan menyakitinya,, terlambat kamu,, mungkin ibumu tak akan memaafkanmu lagi,, kini sudah terlambat,,, terlambat sudah bagimu..  kamu telah semena-mena terhadap ibumu, anak durhaka... kamu.. kamu...tidak bisa memaknai cinta... cinta ibumu  terhadap dirimu,,,,,

Suara-suara  seperti itu kini silih berganti ramai menari-nari di pikiran Ali.
“Ibuuuuu... jangan tinggalkan Ali bu,,, maafkan Ali bu,,,”
“Ibuuu.. jangan pergi ib.....”
“Ali Kenapa kamu.?”

Anak muda itu tergagap. Tubuhnya mandi keringat. Sementara pelupuknya menggenang air mata.
“Ibu ku Dil... dia...”

Fadil teman satu sekolah dulu di SMA menenangkan Ali sambil memegang pundak kanannya..
“Mimpi ya li kamu?”
“Ibumu di rumah mu sekarang, beliau sehat-sehat saja kok baru lima belas menit yang lalu beliau menelpon saya bertanya tentang keadaan mu... beliau sangat khawatir sekali semenjak kamu meninggalkan rumah dua hari yang lalu.”

Ali tertegun, matanya masih basah,, dan masih belum percaya hanya lah sebuah mimpi, seperti di beri karunia kedua, Ali sujud kemudian berucap “Alhamdulillah,,,”  dalam syukurnya ia berbisik dalam hati:
“Saya berjanji ibu..... Ali janji...!!!”
******

Palembang, Jum’at 20 Januari 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar