KENYATAAN BUAT TARIN
Cerpen Murni Du Di Dam
“Udah lama Ka nunggu aku?“ tanyaku yang baru saja sampai di halte tempat bus yang akan membawa aku dan Dika ke kampus.
“Gak juga Rin. Yuk kita naik, tuh bisnya udah hampir penuh.” jawab Dika dengan senyuman.
Kami duduk di kursi paling depan yang masih kosong. Dika adalah teman sahabatku Novita yang beberapa hari lalu kami bertemu di salah satu warnet dekat rumahku. Novita mengenalkan dia ke aku. Ternyata aku dan Dika satu kelas . Dari sanalah aku bisa langsung akrab dan mulai menjalin persahabatan . Meskipun baru bersahabat, aku dan Dika sudah seperti sahabat yang telah lama saling mengenal. Setiap hari kami pergi dan pulang kuliah selalu bersama-sama. Belajar dan mengerjakan tugas juga bersama. Sampai-sampai ada teman kami yang menyangka kalau kami pacaran. Padahal itu salah besar. Dika baik dan perhatian dengan aku hanya sebatas sahabat dan aku juga begitu.
“Rin, ntar pulangnya aku tunggu di tempat biasa ya.” kata Dika kepadaku setelah bus sudah sampai di kampus.
“Oke Ka.” jawabku singkat dengan anggukan kepala.
Sesampainya di depan pintu ruang kuliah, Dika langsung masuk dan aku masih tetap di depan karena dari kejauhan aku melihat sahabatku Fitri melambaikan tangan.
“Ehem...ehem...Tetap kompak ya dengan sahabat spesial,hehe...” cerocos Fitri.
Pasti tadi dia melihat aku dengan Dika.
“Eh… Apaan sih Fit maksudnya?” tanyaku pura-pura tidak mengerti.
“Udah ah, gak penting. Yuk kita masuk aja.” jawab Fitri yang langsung menyeret tanganku.
Dengan serius aku memperhatikan angka demi angka dan kata demi kata yang dijelaskan dosen. Sesekali beliau menunjuk salah satu dari kami untuk menjawab pertanyaannya. Terlihat mahasiswa yang lain sangat serius sama seperti aku. Mungkin mata kuliah ini sudah menjadi kesukaan hampir seluruh mahasiswa akuntansi disini.
***
“Duhh…Panas banget.” keluh Novita sahabatku yang beda jurusan denganku.
Aku baru saja keluar dari ruang kuliah. Kulihat jam di handphoneku pukul 3 sore. Hari ini aku memang ada mata kuliah umum sampai sore.
“Dika nunggu dimana Rin?” tanya Novita.
“Di musholla Nov,kita langsung kesana yuk sekalian shalat ashar.” jawabku.
Aku dan Dika beda hari untuk mata kuliah umum. Namun, dia tetap mau menunggu aku untuk pulang bersama. Dika memang sahabat yang baik. Di musholla, kami langsung ambil air wudhu dan shalat ashar.
*Drrt….
Handphoneku bergetar ada sms masuk dari Dika.
‘Rin…udh shltnya? Aku tnggu di bwah ya...’
Dika sms aku dan langsung kubalas.
‘Ya udh kok Ka, Tnggu ya…’
Aku melambaikan tangan dengan Novita dari jendela bus. Novita tidak pulang bersama kami karena memang tempat tinggalnya tidak satu arah dengann kami.
Rasanya mengantuk setelah seharian di kampus. Ingin tidur deh di bus ini, tapi tidak enak dengan Dika yang udah nunggu aku, jadi tidak enak mau ninggalin dia tidur. Aku berusaha untuk melawan rasa kantukku.
“Capek ya Rin?” tanya Dika yang sedari tadi hanya diam.
“Lumayan. Keliatan ya Ka kalau ku capek? Hehe…”jawabku dengan senyum.
“Tidur aja kalau gitu Rin. Kalau udah sampai ntar aku bangunin.” ujar Dika penuh perhatian.
Aku hanya menganggukkan kepala dan mulai bersandar di kursi bus yang cukup nyaman ini.
***
Beberapa hari ini aku merasakan sesuatu hal yang cukup aneh. Perasaan yang selalu ingin dekat dengan Dika, selalu ingin sms dan telpon dia. Bahkan aku ingin ia selalu nungguin aku pulang kuliah. Aku tidak mau kehilangan dia. Saat aku jelaskan ke Dika, ternyata dia juga mempunyai perasaan yang sama denganku. Maka dari itu, kami menjadi makin dekat. Persahabatan kami sangat indah dan aku bahagia memiliki sahabat sebaik Dika. Tidak kalah baiknya dengan Novita dan Fitri sahabatku juga.
Setiap hari banyak cerita yang kami bicarakan, mulai dari mata kuliah sampai hal pribadi. Dika pernah menceritakan kalau saat ini dia punya pacar tapi mereka berjauhan. Pacarnya tinggal di kota lain. Aku khawatir suatu saat pacarnya Dika tahu kalau kami sangat dekat walau dekatnya kami hanya sebatas sahabat, Namun kekhawatiran aku sirna saat Dika pernah bilang kalau pacarnya tidak keberatan kalau aku dekat dengan dia.
“Dia gak marah kok Rin,kan dia ngerti kalau kita hanya sahabatan aja.” ujar Dika serius.
“Alhamdulillah Ka kalau gitu” balasku dengan senyuman.
“Kamu juga harus cari pacar donk Tarin, biar kapan-kapan kita bias saling mengenalkan pasangan masing-masing,hehe…” kata Dika sambil mengacak rambutku.
“Aku gak mau ah punya pacar, kan udah ada kamu Ka.” candaku sambil membalas mengacak rambutnya juga dan aku langsung berlari menjauh.
“Tunggu donk Tarin…!” teriak Dika.
***
‘Aq mnyesal shbtn dgn kmu Rin,gak da trma ksh.’
Pesan singkat dari Dika satu menit yang lalu sangat meresahkan hatiku. Aku tidak menyangka dia akan bilang begitu. Padahal penyebabnya sangat sepele, Dika marah saat dia ketemu aku yang lagi jalan dengan teman laki-laki. Sebenarnya aku pergi ramai-ramai dengan teman-teman SMA ku dulu. Namun kebetulan saat Dika lihat aku, aku lagi ngobrol berdua dan akhirnya Dika jadi salah paham.
“Enak ya bisa jalan dengan cowok dan gonta ganti. Setelah aku dan cowok tadi siapa lagi yang akan jalan dengan kamu?” kata Dika dengan wajah dingin.
“Kamu kenapa sih Ka,kok bilang ngelantur gini? Jaga omongan kamu!” balasku dengan emosi.
Dika langsung pergi begitu saja meninggalkan aku yang bingung dan tidak tahu harus berbuat apa.
Aku kesal dan sedih dengan perkataan Dika beberapa jam yang lalu. Sampai saat ini percakapan kami di jalan tadi terngiang-ngiang di telingaku. Aku berpikir lebih baik aku sms untuk minta maaf saja ke dia karena aku tidak mau persahabatan kami hancur gara-gara hal yang kurang jelas seperti ini. Namun aku sangat tidak menyangka Dika akan membalas sms aku seperti tadi.
***
Dua minggu sudah aku dan Dika tidak bertegur sapa, dia marah sekali dengan aku. Aku bingung dan menuruti saja keinginan dia untuk tidak saling teguran. Teman-teman kami yang lain terheran-heran melihat aku dan Dika seperti ini. Kami tidak pernah lagi terlihat bersama akhir-akhir ini.
Seusai kuliah aku, Nita dan Fitri langsung menuju ke kantin dan memesan minuman. Cuaca siang ini sangat terik sehingga membuat kami kehausan..Di kantin kami bertemu dengan Novita dan langsung saja kami ambil tempat bersama-sama. Tiba-tiba saja aku tercengang karena Dika sudah duduk di sampingku.
“Rin, aku minta maaf ya atas kejadian kemarin-kemarin. Kita baikan dan sahabatan lagi ya. Kamu mau kan?” kata Dika lembut sambil menatapku.
Sungguh aku tidak percaya degan sikap Dika yang ti.ba-tiba jadi begini. Dika yang kemarin begitu emosian dan marah ehh malah sekarang minta maaf duluan.
“Iya Dika. Aku juga minta maaf ya.” balasku yang masih bingung, Namun aku bahagia.
“Cie…cie…udah baikan nih. Ayo traktir kami donk Ka.” Ujar Nita dengan mengerlingkan mata yang dibalas Dika dengan wajah cemberut.
“Hahaha…” aku, Novita dan Fitri tertawa yang akhirnya Dika dan Nita pun ikut tertawa.
Oh senangnya hatiku saat ini. Persahabatan kami kembali lagi. Aku begitu sedih saat harus musuhan dengan Dika. Namun sekarang kami baikan dan aku membayangkan hari esok akan kembali berwarna dan cerah. Secerah mentari pagi.
***
Ujian semester sudah selesai. Aku dan teman-teman satu organisasi mengadakan liburan ke luar kota. Kami sangat menikmati liburan kali ini, apalagi Fitri dan Novita ikut juga jadi tambah seru bisa pergi bersama sahabat dekat. Satu minggu lamanya kami berada disana. Bukan hanya liburan namun kami juga mendapat banyak pengetahuan dan ilmu baru. Selain itu kami juga bisa lebih mengenal dan lebih dekat dengan teman-teman yang lain juga kakak tingkat yang sebelumnya dikenal cuek dan mau marah-marah saja ternyata mereka sangat baik dan bersahabat.
Satu kenangan yang membuat aku juga bahagia ketika saat liburan, aku menjadi dekat dengan seorang cowok yang selama ini aku belum terlalu mengenal dia dan kami hanya bertemu jika ada rapat atau acara di organisasi saja. Namun entah kenapa liburan ini menjadikan kami begitu dekat dan akhirnya saat pulang dari liburan dia menyatakan cinta. Aku terima saja karena memang aku juga suka dia. Raka adalah cowok pertama yang berhasil mencuri hatiku dan sekaligus pacar pertamaku. Akhirnya dengan dia lah aku berani untuk pacaran. Fitri, Novita dan Nita pun sudah setuju dengan hubungan kami. Hal atau tindakan yang akan aku lakukan kebanyakan selalu minta pendapat dari sahabat-sahabatku, dengan begitu akan terasa nyaman dan lebih tenang.
Satu lagi sahabatku yang belum tahu kalau aku sekarang sudah memiliki pacar. Dika, pasti dia akan terkejut karena cepat sekali dan tanpa cerita-cerita dulu ke dia. Namun yang pasti dia juga akan turut bahagia karena dari dulu dia yang paling cerewet menyuruhku untuk punya pacar.
“Ka, kamu setuju kan?” tanyaku dengan wajah ceria setelah panjang lebar aku bercerita tentang bagaimana aku bisa jadian dengan Raka.
“Terserah Rin.” jawab Dika singkat dan seperti tidak bersemangat. Padahal aku sudah semangat 45 menceritakan semuanya dengan Dika.
“Ya udah deh. Tapi kok kenapa kamu seperti lagi gak bersemangat gini Ka?” tanyaku lagi.
“Tarin, aku pulang dulu ya. Udah ada janji dengan temanku.” kata Dika tanpa menjawab pertanyaan aku tadi. Dia langsung beranjak keluar . Aku jadi terheran-heran dengan sikap dia yag tak seperti biasanya.Dasar Dika suka aneh-aneh dan sering buat bingung.
***
Dika berubah 180 derajat. Tiba-tiba dia memutuskan persahabatannya dengan aku.
“Sekarang kamu udah punya pacar Rin. Aku gak mau ntar timbul salah paham kalau aku tetap dekat dan sahabatan dengan kamu. Kita jadi teman biasa aja ya mulai sekarang.”
Aku teringat kata-kata Dika kemarin. Aku maklum dengan alasan dia tapi apakah harus putus bersahabat? Aku jadi makin bingung.
Ah…Masa bodoh deh. Jangan terlalu dipikirin, Dika memang selalu buat aku bingung. Lagian sahabat aku bukan hanya dia dan sekarang aku sudah punya orang yang akan menggantikan untuk memberikan perhatian khusus ke aku, Raka.
***
Matahari sudah menyelinap dibalik awan. Mungkin sudah kelelahan menyinari seluruh bumi. Oleh karena itu, cuaca siang ini tidak panas seperti biasanya. Sepertinya sebentar lagi Matahari akan benar-benar menghilang dan digantikan awan hitam yang sudah siap untuk menurunkan hujan ke bumi.
“Tarin, pulang yuk. Sepertinya mau hujan deras.” kata Raka yang tiba-tiba sudah ada di depanku dengan senyumannya yang paling aku sukai.
“Fit, Nov, aku duluan ya.” kataku pamit dengan Fitri dan Novita yang sedari tadi kami mengobrol di depan ruang kuliah.
“Hati-hati Rin pulang dengan Raka ntar diculiknya loh,hehe…”kata novita bercanda
“Jaga Tarin baik-baik ya Raka, awas kalau sampai sahabat kami kenapa-kenapa.” sambung Fitri dengan lirikan mata nakal.
“Iya iya. Tenang aja kalian semua. Aku siap menjaga putri Tarin.” balas Raka sambil memandangku.
Aku hanya tertawa melihat tingkah mereka. Kemudian aku dan Raka langsung menuju terminal kampus. Raka memegang tanganku setelah kami sudah berada dalam bus untuk pulang.
Raka memandangiku terus.
“Kenapa?” tanyaku heran
“Aku sayang kamu Tarin.” jawab Raka serius sambil tersenyum.
Suka banget deh dengan senyuman Raka. Manis dan buat aku teringat dia terus. Mungkin senyuman Raka lah yang buat aku bisa menerima dia untuk jadi pacarku.
“Aku juga Raka.” kataku menanggapi pernyataan Raka.
***
Satu bulan kemudian, hubunganku dengan Raka berakhir . Mungkin sudah takdirnya kalau kisahku dengan Raka akan berakhir sesingkat ini sama halnya dengan kedekatanku pada Dika dulu. Raka mengakhiri hubungan kami dengan alasan kalau sikap aku ke dia seperti tidak mencintai dan sayang dengan dia. Aku bingung, hal yang sangat aneh untuk dijadikan sebagai alasan. Tapi aku hanya pasrah. Pasti ini jalan terbaik yang diberikan Allah untukku.
“Sabar ya Rin. Walau kamu sudah kehilangan Raka kan masih ada kami bertiga.yang akan selalu ada untuk kamu Tarin.” hibur Novita yang diiyakan Fitri dan Nita saat aku curhat dengan mereka.
“Terima kasih sahabatku.” balasku ke mereka dan kami berempat saling berpelukan.
***
Kupandangi langit malam ini. Bulan tidak terlihat namun bintang begitu banyak bertebaran di atas langit malam yang agak gelap. Bintang-bintang membuat langit sedikit terang dan menjadikannya sangat indah. Bintang-bintang itu seolah menari-nari dan tersenyum kepadaku.
Mulai besok aku akan menjalani hari-hari kuliahku sama seperti pertama kali aku masuk kuliah. Tanpa seorang sahabat seperti Dika dan tanpa seorang pacar seperti Raka. Biarlah mereka berdua jauh dari hidupku dan hanya menjadi kenangan indah yang sempat mewarnai hariku.
Besok dan hari-hari selanjutnya akan aku jalani bersama ketiga sahabatku saja yang benar-benar akan setia, baik dalam suka maupun duka. Aku harus tegar dan harus percaya bahwa kenyataan ini merupakan anugerah buatku. Suatu saat cinta sejati itu pasti akan datang, namun belum untuk saat ini.
“Aku berjumpa dengan Dika dan sekarang aku sudah tidak dekat lagi dengan dia. Satu bulan yang lalu Raka hadir di hidupku dan hatiku. Akan tetapi kemarin dia sudah berlalu dari kehidupanku. Cukuplah aku kehilangan mereka berdua ya Allah…Namun jangan kau pisahkan aku dari sahabatku, Novita, Fitri dan Nita.Amiin…” doaku dalam hati.
Kenyataan yang sebenarnya tidak kita harapkan sangatlah pahit rasanya. Namun bagaimanapun kenyataan pahit tersebut harus kita hadapi, karena di penghujung terakhir kenyataan itu akan ada anugerah terindah buat kita yang mau bersabar… ^_^
“Gak juga Rin. Yuk kita naik, tuh bisnya udah hampir penuh.” jawab Dika dengan senyuman.
Kami duduk di kursi paling depan yang masih kosong. Dika adalah teman sahabatku Novita yang beberapa hari lalu kami bertemu di salah satu warnet dekat rumahku. Novita mengenalkan dia ke aku. Ternyata aku dan Dika satu kelas . Dari sanalah aku bisa langsung akrab dan mulai menjalin persahabatan . Meskipun baru bersahabat, aku dan Dika sudah seperti sahabat yang telah lama saling mengenal. Setiap hari kami pergi dan pulang kuliah selalu bersama-sama. Belajar dan mengerjakan tugas juga bersama. Sampai-sampai ada teman kami yang menyangka kalau kami pacaran. Padahal itu salah besar. Dika baik dan perhatian dengan aku hanya sebatas sahabat dan aku juga begitu.
“Rin, ntar pulangnya aku tunggu di tempat biasa ya.” kata Dika kepadaku setelah bus sudah sampai di kampus.
“Oke Ka.” jawabku singkat dengan anggukan kepala.
Sesampainya di depan pintu ruang kuliah, Dika langsung masuk dan aku masih tetap di depan karena dari kejauhan aku melihat sahabatku Fitri melambaikan tangan.
“Ehem...ehem...Tetap kompak ya dengan sahabat spesial,hehe...” cerocos Fitri.
Pasti tadi dia melihat aku dengan Dika.
“Eh… Apaan sih Fit maksudnya?” tanyaku pura-pura tidak mengerti.
“Udah ah, gak penting. Yuk kita masuk aja.” jawab Fitri yang langsung menyeret tanganku.
Dengan serius aku memperhatikan angka demi angka dan kata demi kata yang dijelaskan dosen. Sesekali beliau menunjuk salah satu dari kami untuk menjawab pertanyaannya. Terlihat mahasiswa yang lain sangat serius sama seperti aku. Mungkin mata kuliah ini sudah menjadi kesukaan hampir seluruh mahasiswa akuntansi disini.
***
“Duhh…Panas banget.” keluh Novita sahabatku yang beda jurusan denganku.
Aku baru saja keluar dari ruang kuliah. Kulihat jam di handphoneku pukul 3 sore. Hari ini aku memang ada mata kuliah umum sampai sore.
“Dika nunggu dimana Rin?” tanya Novita.
“Di musholla Nov,kita langsung kesana yuk sekalian shalat ashar.” jawabku.
Aku dan Dika beda hari untuk mata kuliah umum. Namun, dia tetap mau menunggu aku untuk pulang bersama. Dika memang sahabat yang baik. Di musholla, kami langsung ambil air wudhu dan shalat ashar.
*Drrt….
Handphoneku bergetar ada sms masuk dari Dika.
‘Rin…udh shltnya? Aku tnggu di bwah ya...’
Dika sms aku dan langsung kubalas.
‘Ya udh kok Ka, Tnggu ya…’
Aku melambaikan tangan dengan Novita dari jendela bus. Novita tidak pulang bersama kami karena memang tempat tinggalnya tidak satu arah dengann kami.
Rasanya mengantuk setelah seharian di kampus. Ingin tidur deh di bus ini, tapi tidak enak dengan Dika yang udah nunggu aku, jadi tidak enak mau ninggalin dia tidur. Aku berusaha untuk melawan rasa kantukku.
“Capek ya Rin?” tanya Dika yang sedari tadi hanya diam.
“Lumayan. Keliatan ya Ka kalau ku capek? Hehe…”jawabku dengan senyum.
“Tidur aja kalau gitu Rin. Kalau udah sampai ntar aku bangunin.” ujar Dika penuh perhatian.
Aku hanya menganggukkan kepala dan mulai bersandar di kursi bus yang cukup nyaman ini.
***
Beberapa hari ini aku merasakan sesuatu hal yang cukup aneh. Perasaan yang selalu ingin dekat dengan Dika, selalu ingin sms dan telpon dia. Bahkan aku ingin ia selalu nungguin aku pulang kuliah. Aku tidak mau kehilangan dia. Saat aku jelaskan ke Dika, ternyata dia juga mempunyai perasaan yang sama denganku. Maka dari itu, kami menjadi makin dekat. Persahabatan kami sangat indah dan aku bahagia memiliki sahabat sebaik Dika. Tidak kalah baiknya dengan Novita dan Fitri sahabatku juga.
Setiap hari banyak cerita yang kami bicarakan, mulai dari mata kuliah sampai hal pribadi. Dika pernah menceritakan kalau saat ini dia punya pacar tapi mereka berjauhan. Pacarnya tinggal di kota lain. Aku khawatir suatu saat pacarnya Dika tahu kalau kami sangat dekat walau dekatnya kami hanya sebatas sahabat, Namun kekhawatiran aku sirna saat Dika pernah bilang kalau pacarnya tidak keberatan kalau aku dekat dengan dia.
“Dia gak marah kok Rin,kan dia ngerti kalau kita hanya sahabatan aja.” ujar Dika serius.
“Alhamdulillah Ka kalau gitu” balasku dengan senyuman.
“Kamu juga harus cari pacar donk Tarin, biar kapan-kapan kita bias saling mengenalkan pasangan masing-masing,hehe…” kata Dika sambil mengacak rambutku.
“Aku gak mau ah punya pacar, kan udah ada kamu Ka.” candaku sambil membalas mengacak rambutnya juga dan aku langsung berlari menjauh.
“Tunggu donk Tarin…!” teriak Dika.
***
‘Aq mnyesal shbtn dgn kmu Rin,gak da trma ksh.’
Pesan singkat dari Dika satu menit yang lalu sangat meresahkan hatiku. Aku tidak menyangka dia akan bilang begitu. Padahal penyebabnya sangat sepele, Dika marah saat dia ketemu aku yang lagi jalan dengan teman laki-laki. Sebenarnya aku pergi ramai-ramai dengan teman-teman SMA ku dulu. Namun kebetulan saat Dika lihat aku, aku lagi ngobrol berdua dan akhirnya Dika jadi salah paham.
“Enak ya bisa jalan dengan cowok dan gonta ganti. Setelah aku dan cowok tadi siapa lagi yang akan jalan dengan kamu?” kata Dika dengan wajah dingin.
“Kamu kenapa sih Ka,kok bilang ngelantur gini? Jaga omongan kamu!” balasku dengan emosi.
Dika langsung pergi begitu saja meninggalkan aku yang bingung dan tidak tahu harus berbuat apa.
Aku kesal dan sedih dengan perkataan Dika beberapa jam yang lalu. Sampai saat ini percakapan kami di jalan tadi terngiang-ngiang di telingaku. Aku berpikir lebih baik aku sms untuk minta maaf saja ke dia karena aku tidak mau persahabatan kami hancur gara-gara hal yang kurang jelas seperti ini. Namun aku sangat tidak menyangka Dika akan membalas sms aku seperti tadi.
***
Dua minggu sudah aku dan Dika tidak bertegur sapa, dia marah sekali dengan aku. Aku bingung dan menuruti saja keinginan dia untuk tidak saling teguran. Teman-teman kami yang lain terheran-heran melihat aku dan Dika seperti ini. Kami tidak pernah lagi terlihat bersama akhir-akhir ini.
Seusai kuliah aku, Nita dan Fitri langsung menuju ke kantin dan memesan minuman. Cuaca siang ini sangat terik sehingga membuat kami kehausan..Di kantin kami bertemu dengan Novita dan langsung saja kami ambil tempat bersama-sama. Tiba-tiba saja aku tercengang karena Dika sudah duduk di sampingku.
“Rin, aku minta maaf ya atas kejadian kemarin-kemarin. Kita baikan dan sahabatan lagi ya. Kamu mau kan?” kata Dika lembut sambil menatapku.
Sungguh aku tidak percaya degan sikap Dika yang ti.ba-tiba jadi begini. Dika yang kemarin begitu emosian dan marah ehh malah sekarang minta maaf duluan.
“Iya Dika. Aku juga minta maaf ya.” balasku yang masih bingung, Namun aku bahagia.
“Cie…cie…udah baikan nih. Ayo traktir kami donk Ka.” Ujar Nita dengan mengerlingkan mata yang dibalas Dika dengan wajah cemberut.
“Hahaha…” aku, Novita dan Fitri tertawa yang akhirnya Dika dan Nita pun ikut tertawa.
Oh senangnya hatiku saat ini. Persahabatan kami kembali lagi. Aku begitu sedih saat harus musuhan dengan Dika. Namun sekarang kami baikan dan aku membayangkan hari esok akan kembali berwarna dan cerah. Secerah mentari pagi.
***
Ujian semester sudah selesai. Aku dan teman-teman satu organisasi mengadakan liburan ke luar kota. Kami sangat menikmati liburan kali ini, apalagi Fitri dan Novita ikut juga jadi tambah seru bisa pergi bersama sahabat dekat. Satu minggu lamanya kami berada disana. Bukan hanya liburan namun kami juga mendapat banyak pengetahuan dan ilmu baru. Selain itu kami juga bisa lebih mengenal dan lebih dekat dengan teman-teman yang lain juga kakak tingkat yang sebelumnya dikenal cuek dan mau marah-marah saja ternyata mereka sangat baik dan bersahabat.
Satu kenangan yang membuat aku juga bahagia ketika saat liburan, aku menjadi dekat dengan seorang cowok yang selama ini aku belum terlalu mengenal dia dan kami hanya bertemu jika ada rapat atau acara di organisasi saja. Namun entah kenapa liburan ini menjadikan kami begitu dekat dan akhirnya saat pulang dari liburan dia menyatakan cinta. Aku terima saja karena memang aku juga suka dia. Raka adalah cowok pertama yang berhasil mencuri hatiku dan sekaligus pacar pertamaku. Akhirnya dengan dia lah aku berani untuk pacaran. Fitri, Novita dan Nita pun sudah setuju dengan hubungan kami. Hal atau tindakan yang akan aku lakukan kebanyakan selalu minta pendapat dari sahabat-sahabatku, dengan begitu akan terasa nyaman dan lebih tenang.
Satu lagi sahabatku yang belum tahu kalau aku sekarang sudah memiliki pacar. Dika, pasti dia akan terkejut karena cepat sekali dan tanpa cerita-cerita dulu ke dia. Namun yang pasti dia juga akan turut bahagia karena dari dulu dia yang paling cerewet menyuruhku untuk punya pacar.
“Ka, kamu setuju kan?” tanyaku dengan wajah ceria setelah panjang lebar aku bercerita tentang bagaimana aku bisa jadian dengan Raka.
“Terserah Rin.” jawab Dika singkat dan seperti tidak bersemangat. Padahal aku sudah semangat 45 menceritakan semuanya dengan Dika.
“Ya udah deh. Tapi kok kenapa kamu seperti lagi gak bersemangat gini Ka?” tanyaku lagi.
“Tarin, aku pulang dulu ya. Udah ada janji dengan temanku.” kata Dika tanpa menjawab pertanyaan aku tadi. Dia langsung beranjak keluar . Aku jadi terheran-heran dengan sikap dia yag tak seperti biasanya.Dasar Dika suka aneh-aneh dan sering buat bingung.
***
Dika berubah 180 derajat. Tiba-tiba dia memutuskan persahabatannya dengan aku.
“Sekarang kamu udah punya pacar Rin. Aku gak mau ntar timbul salah paham kalau aku tetap dekat dan sahabatan dengan kamu. Kita jadi teman biasa aja ya mulai sekarang.”
Aku teringat kata-kata Dika kemarin. Aku maklum dengan alasan dia tapi apakah harus putus bersahabat? Aku jadi makin bingung.
Ah…Masa bodoh deh. Jangan terlalu dipikirin, Dika memang selalu buat aku bingung. Lagian sahabat aku bukan hanya dia dan sekarang aku sudah punya orang yang akan menggantikan untuk memberikan perhatian khusus ke aku, Raka.
***
Matahari sudah menyelinap dibalik awan. Mungkin sudah kelelahan menyinari seluruh bumi. Oleh karena itu, cuaca siang ini tidak panas seperti biasanya. Sepertinya sebentar lagi Matahari akan benar-benar menghilang dan digantikan awan hitam yang sudah siap untuk menurunkan hujan ke bumi.
“Tarin, pulang yuk. Sepertinya mau hujan deras.” kata Raka yang tiba-tiba sudah ada di depanku dengan senyumannya yang paling aku sukai.
“Fit, Nov, aku duluan ya.” kataku pamit dengan Fitri dan Novita yang sedari tadi kami mengobrol di depan ruang kuliah.
“Hati-hati Rin pulang dengan Raka ntar diculiknya loh,hehe…”kata novita bercanda
“Jaga Tarin baik-baik ya Raka, awas kalau sampai sahabat kami kenapa-kenapa.” sambung Fitri dengan lirikan mata nakal.
“Iya iya. Tenang aja kalian semua. Aku siap menjaga putri Tarin.” balas Raka sambil memandangku.
Aku hanya tertawa melihat tingkah mereka. Kemudian aku dan Raka langsung menuju terminal kampus. Raka memegang tanganku setelah kami sudah berada dalam bus untuk pulang.
Raka memandangiku terus.
“Kenapa?” tanyaku heran
“Aku sayang kamu Tarin.” jawab Raka serius sambil tersenyum.
Suka banget deh dengan senyuman Raka. Manis dan buat aku teringat dia terus. Mungkin senyuman Raka lah yang buat aku bisa menerima dia untuk jadi pacarku.
“Aku juga Raka.” kataku menanggapi pernyataan Raka.
***
Satu bulan kemudian, hubunganku dengan Raka berakhir . Mungkin sudah takdirnya kalau kisahku dengan Raka akan berakhir sesingkat ini sama halnya dengan kedekatanku pada Dika dulu. Raka mengakhiri hubungan kami dengan alasan kalau sikap aku ke dia seperti tidak mencintai dan sayang dengan dia. Aku bingung, hal yang sangat aneh untuk dijadikan sebagai alasan. Tapi aku hanya pasrah. Pasti ini jalan terbaik yang diberikan Allah untukku.
“Sabar ya Rin. Walau kamu sudah kehilangan Raka kan masih ada kami bertiga.yang akan selalu ada untuk kamu Tarin.” hibur Novita yang diiyakan Fitri dan Nita saat aku curhat dengan mereka.
“Terima kasih sahabatku.” balasku ke mereka dan kami berempat saling berpelukan.
***
Kupandangi langit malam ini. Bulan tidak terlihat namun bintang begitu banyak bertebaran di atas langit malam yang agak gelap. Bintang-bintang membuat langit sedikit terang dan menjadikannya sangat indah. Bintang-bintang itu seolah menari-nari dan tersenyum kepadaku.
Mulai besok aku akan menjalani hari-hari kuliahku sama seperti pertama kali aku masuk kuliah. Tanpa seorang sahabat seperti Dika dan tanpa seorang pacar seperti Raka. Biarlah mereka berdua jauh dari hidupku dan hanya menjadi kenangan indah yang sempat mewarnai hariku.
Besok dan hari-hari selanjutnya akan aku jalani bersama ketiga sahabatku saja yang benar-benar akan setia, baik dalam suka maupun duka. Aku harus tegar dan harus percaya bahwa kenyataan ini merupakan anugerah buatku. Suatu saat cinta sejati itu pasti akan datang, namun belum untuk saat ini.
“Aku berjumpa dengan Dika dan sekarang aku sudah tidak dekat lagi dengan dia. Satu bulan yang lalu Raka hadir di hidupku dan hatiku. Akan tetapi kemarin dia sudah berlalu dari kehidupanku. Cukuplah aku kehilangan mereka berdua ya Allah…Namun jangan kau pisahkan aku dari sahabatku, Novita, Fitri dan Nita.Amiin…” doaku dalam hati.
Kenyataan yang sebenarnya tidak kita harapkan sangatlah pahit rasanya. Namun bagaimanapun kenyataan pahit tersebut harus kita hadapi, karena di penghujung terakhir kenyataan itu akan ada anugerah terindah buat kita yang mau bersabar… ^_^
Baca juga Cerpen Persahabatan dan Cerpen Cinta yang lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar