Cuplikan Naskah Monolog Surti dan Tiga Unggas Sebagai Berikut :
Empat hari sebelum suamiku ditembak mati di lapangan dekat markas itu, ia tampak berjalan ke luar rumah, dari pintu belakang.
Ia mengenakan baju cina hitam dan sebuah caping gembala bebek yang lebar. Dengan kasutnya yang tua, yang dibelinya di Semarang, ia berjalan melompati genangan air. Sore tadi hari hujan.
“Aku akan mencari mimpi”, begitu katanya, berpamitan.
Ia memang kadang-kadang melakukan itu: mencari mimpi. Ia bilang mimpi selalu memberinya isyarat tentang sesuatu yang akan datang, memberinya arah apa yang harus dilakukannya jika ada yang dapat dilakukannya.
Untuk mencari mimpi, menjelang tengah malam ia akan menghilang dari kamar, pergi ke sebuah sudut di kebun, di bawah pohon randu itu, dan berbaring di sana di atas sehelai lampit. Ia akan tertidur satu dua jam, terkadang lebih, dan di saat itulah mimpi datang, begitulah yang dikatakannya.
Ia jarang sekali bercerita kepada saya apa yang terungkap dari mimpinya. Maka saya tak begitu peduli ketika malam itu ia keluar rumah.
Ada tetangga yang melihatnya melewati titian dari batang nyiur di selatan itu, yang tebingnya menakutkan, sebab selalu ada hantu selalu ada sesuatu yang seperti wajah perempuan kesakitan bergantung-gantung di sebatang dahan pohon lengkeng. Tapi suami saya tak pernah takut diganggu mahkluk halus. Ia pernah mengatakan, kakeknya telah menaklukkan para gendruwo.
Download : Naskah Monolog Surti dan Tiga Unggas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar