Rabu, 16 November 2011

Cerpen Romantis : Pantai yang Menjauh

PANTAI YANG MENJAUH
Cerpen NN

Gerimis turun perlahan seiring langkah kakiku keluar dari pintu pesawat menuju ke ruang kedatangan bandara Ahmad Yani Semarang.  Semarangku, betapa aku merindukanmu.
Bulan Desember di kota Semarang, tidaklah semeriah kota Manila. Tidak ada hiasan natal di penjuru kota, tidak ada choir indah yang mengalunkan lagu-lagu natal. Yang ada hanya kesunyian, sesunyi hatiku yang merindukan kota ini, dan semua yang bercokol didalamnya.
Kulihat ke area penjemputan, dari kejauhan kulihat mamaku yang tersenyum bahagia menyambutku.  Si kecil Austin, keponakan tersayangku berlari kencang memeluk tubuhku. Kudekap erat mahkluk kecil ini dalam pelukku, dan semenit kemudian kudengar semua ocehannya tentang kado natal yang sudah dipesannya jauh-jauh hari.
Sore itu, Semarang diguyur hujan. Sambil menyetir mobil, terdengar alunan musik dari radio RCTFM, yang berslogan” radionya orang Semarang”. Ah Semarang, aku begitu merindukan tempat ini. Ada sesak yang hebat di dadaku, saat kusadari aku hanya sendirian didalam mobil ini. Mobil yang sudah sepuluh tahun ini menjadi sahabatku, dan juga saksi perjalananku bersama dia. dan otak ini seolah mengingatkan aku untuk tidak melupakan, alasanku kembali ke Semarang saat ini.

14 Maret 2001, Astro Cafe
“Hi...”
“Hi juga..”
“Temannya Indra ya??” kata nya padaku.
“iya, kenapa emangnya?”
“enggak papa..aku juga temennya Indra kok” sahutnya santai.
“oo..ya udah kalau gitu” sambungku cepat, untuk menutup pembicaraan singkat itu segera.
Huh, pasti dia adalah satu dari sekian cowok yang ingin mencoba mendekatiku, pikir hati kecilku. Setelah perselingkuhan Denny, rasanya lebih senang untuk berteman dulu dengan diri sendiri. Aku tidak siap membuka hati ini lagi untuk terluka.
“Kenalin, namaku Bayu” katanya dengan percaya diri.
Aku hanya menjabat tangannya sambil lalu, dan kembali menghisap dalam rokok sampoerna merahku.
“Nama kamu siapa?” sambungnya lagi
“penting ya, namaku siapa?”
“ya sudah, kalau gitu kasih aja nomer telponmu, kalau gak mau ngasih nama” katanya sambil tertawa.

“loh..nama aja aku gak merasa perlu ngasih, kenapa juga aku harus kasih nomer telponku”, ujarku lagi dengan ketusnya.
“ealah..sadis banget jadi cewek!” ujarnya tajam
“Suka-sukaku lah..apa urusanmu? Kalau mau tau nama dan nomer telponku tanyalah sama Indra”
“gak usah deh..gak dapet juga gak papa, sombong banget kamu!”
Aku tersentak seketika, dan menyadari mungkin aku sudah kelewatan. Bisa saja kan dia hanya ingin berkenalan dan menjalin pertemanan. Merasa kurang sopan, aku pun meminta maaf padanya.
“Bayu..sorry ya..aku Cuma lagi bad mood aja, gak bermaksud sombong”
“Aku April..ini nomer telponku..08156542980”
“hmmm...bad mood ya? Pantesan ngerokok terus!”
“iya..aku gak terlalu suka dugem begini, tapi Indra maksain aku kesini tadi”.
“Ya udah..pulang aja kalau gitu kamu..daripada gak enjoy” ujarnya singkat
Benar juga katanya, untuk apa aku berada di tempat yang tidak membuatku nyaman. Kenyamanan yang aku butuhkan saat ini, dan tempat ini benar-benar membuatku tidak nyaman.
Setengah merajuk aku mengajak Indra pulang, dan wajah cemberutnya menemani perjalanan pulang kami. Di dalam mobil, aku baru menyadari aku bahkan tidak mengucapkan pamit pada Bayu yang sudah memberikan saran bagus. Bodoh!!
Setelah mengantarkan Indra kembali ke kos-nya, aku memarkir mobilku di depan Alam Indah dan menghabiskan sisa malamku memandang kota Semarang dan menulis dalam sepi. Ah betapa nikmatnya suasana ini pikirku.
***************
Dua hari berlalu sejak malam itu, dan aku kembali sibuk dengan segala tugas-tugas kampusku. Laporan praktikum yang sudah dua hari tak tersentuh, ujian mid-semester yang menunggu didepan mata, benar-benar sibuk.  
Bayu dan aku saling mencari sejak malam itu. Dimulai dengan sebuah pesan singkat darinya yang berisi “Selamat pagi Cantik....” kami mulai mengenal satu sama lain. Diantara segudang kegiatanku sebagai mahasiswa Elektro tingkat satu Universitas Diponegoro , ada sosok Bayu yang menemaniku. Bayu ternyata seorang pemain basket dari klub lokal Semarang. “not bad” pikirku, pasti lah dia anak orang kaya dan banyak duitnya, pikir otak mudaku lagi.
Gairah mudaku bergejolak. Idealismeku tentang sosok pengganti Denny yang tajir, mobilnya keren, anak pengusaha pula, rasanya terpenuhi dengan hadirnya sosok Bayu, yang menurutku lebih keren.
***************
28 Maret 2001...
“ Kring....” telpon rumahku berbunyi.  
Terdengar suara Bayu diseberang sana. Ah aku mulai malas dengan kegiatan saling menelpon ini. Sudah seminggu ini kami saling menelpon dan berkirim pesan singkat. Aku bahkan sudah lupa seperti apa wajah Bayu.
“lagi ngapain kamu April?”
“lagi ngerjain tugas”
“oo..mengganggu gak nih aku?”
“enggak juga seh..Cuma aku males telponan kaya gini”.
“loh..kenapa memangnya? Gak suka ya aku telpon”
“bukan gitu Bay, aku cuma males aja ngobrol gak keliatan mukanya” sahutku dengan malas.
“oo..gitu ya..aku gak berani dateng ke rumahmu”
“besok-besok aja ya kita ketemuan” sahutnya lagi dari seberang sana.
Semakin jengkel aku mendengar jawabannya yang selalu sama. Takut mendatangi rumahku. Tiba-tiba rasanya aku ingin sekali mengutarakan apa yang aku pendam selama ini. Dan aku pun tanpa basa-basi melakukannya.
“Bay...”
“iya..ada apa?”
“Gini aja deh..nanti malem ada inagurasi fakultas Hukum, dan aku mau kesana.” Kataku
“oh ya? Lalu maksudnya apaan neh?”
“Gini deh, kalau kamu masih mau terus berhubungan sama aku, mendingan kita pacaran aja deh, kalau gak mendingan kamu gak usah cari-cari aku lagi deh. Aku males ah..gak jelas gini” kataku dengan penuh percaya diri.
“hah?? Maksudmu kita jadian? Pacaran gitu?”
“Iya, tapi kalau gak mau ya udah..ga papa juga” kataku mulai khawatir cintaku ditolak.
“eh..April..ini kayanya aku harus pergi deh sekarang,..udah dulu ya”
“KLIK..” bunyi telpon yang terputus diseberang sana.
Ohhh..tidakkkkk...betapa malunya hatiku. Rasanya tulang tulang badanku ingin lepas dari tempatnya. Aku ditolak mentah-mentah. Ah dasar sialan Bayu, pikirku geram.
***************
Malam itu, di pelataran kampus UNDIP bawah, aku datang bersama teman-temanku. Kudengar didalam auditorium suara TOFU yang menyanyikan lagu hits-hits mereka.
“Sudah lupakan saja, semua cerita yang tlah lalu..anggap tak pernah ada sesuatu antara kita berdua”
Huh..dengerin lagu itu, bikin aku tambah emosi dan bete.
Saat sedang nongkrong bersama Rika, Negros dan beberapa teman kampus lainnya, hapeku bergetar. Dilayar terlihat sebuah pesan masuk dari Bayu. Aduh ada apa lagi nih, pikirku sebal.
“Kamu dimana April? Aku lagi di belakang lapangan basket” isi pesan singkat itu.
“aku di dalam auditorium” balasku singkat
“ketemuan yuk disini”
“ok.. 5 menit lagi ya” balasku.
Aduhh..apa yang harus aku jelaskan pada Bayu nanti, kalau dia menyinggung tentang percakapan kami di tepon sore tadi. Mampuslah aku! Keringat dingin dan deg-deg an aku tiba-tiba. Ruangan Auditorium yang panas, membuat aku semakin keringatan.
Dengan pasrah dan menahan malu, aku pergi menemui Bayu di belakang lapangan Basket UNDIP. Kulihat dia sedang duduk di pinggiran lapangan, dengan celana pendek hitam dan kaos Converse nya. “Aduh..matilah aku”  pikirku.
“hi..sini lah duduk dekatku” katanya sok baik dan cool.
Aku pun duduk di sebelahnya dan kami terdiam sekian lama. Sunyi!! Tidak ada pembicaraan yang hangat seperti hari-hari kemarin. Benar-benar sunyi.
“ Kamu kenapa?” katanya memecah kesunyian
“gak kok..ga ada apa-apa”
“loh..trus kenapa diem aja dari tadi..kok gak cerewet kaya biasanya?” ujarnya sambil tersenyum
Ihhh..manusia ini emang ga punya perasaan. Emangnya dia gak sadar ya dia baru aja nolak aku. Kok aku disuruh cerewet. Maksudnya suruh marah-marah gitu?? Teriak hati kecilku
“dasar gak punya perasaan...lagi mabok ya kamu, nyuruh aku cerewet disini”
“ eh orang yang kamu bilang mabok ini, sekarang pacarmu loh” ujarnya singkat dan tetap SOK cool.
“hah?? Maksudnya?? Jadian kita” kataku terkaget-kaget.
“ya iyalah..kalau ga ngapain aku kesini sekarang, mendingan aku nongkrong ama temen-temenku lah” katanya.
Ihhh..sok banget manusia satu ini, pikirku.
“ow gitu ya..tapi beneran kan kamu ga lagi mabok? Atau ngigau gitu?” kataku lagi
“apa sihhhhh....dasar anehhh” katanya!
“enak aja anehh..kamu lah yang aneh..kok aku”
Tiba-tiba bayu memberikan kelingkingnya padaku, dan berkata
“ Aku beneran suka sama kamu dan ayo kita pacaran. Mari berjanji gak saling melirik kanan kiri lagi mulai sekarang ya” katanya
So sweeeeettt, pikirku dan aku pun mengulurkan jari kelingkingku dengan senang.
“Janji..” kataku mantab!
Saat kelingking kami bersentuhan, baru aku menyadari..aku belum bertanya dia naik mobil apa?? Aduhhhh....gawat nehh pikirku.
“Bay..kamu naik mobil apa motor?”  
“Aku naik motor”
Ah mungkin saja dia lagi pengen naik motor malam ini dan meninggalkan mobilnya dirumah, aku berusaha meyakinkan diriku sendiri.
“oo...tapi mobil ada kan?” kataku lagi
“ya ampun April...boro-boro mobil, motor aja Cuma satu..butut pula” jawabnya cuek
Tidakkkkkkkkkkkkk....teriak hatiku..matilah aku. Ahh..BODOH!! aku terlalu cepat bilang iya,sekarang pusing sendiri aku dibuatnya.
Dengan kekhawatiran tingkat tinggi, aku bertanya lagi.
“ Sebutut apa motormu?”
“Kamu tau gak, motor bebek tahun 70 an..yang warnanya merah dan bentuknya aneh?” katanya
“gak tau” jawabku lemas
“itu tuh, yang depannya cembung trus warnanya merah dan kecepatannya Cuma 20 km/jam?” ujarnya lagi
Sialllllllll...batinku...aduhhh...gimana dia mau boncengin aku ya? Pikirku. Dengan badanku yang terlalu sexy alias sedikit montok ini, aku takut ban motornya kempes!
“ah..yang bener ah..aku gak mau ah” kataku
“sekarang kalau mau jalan, pake mobilku aja deh, gak mau aku naik motormu”. Kataku lagi
“halah...udah lah dibahas besok-besok aja..aku Cuma pengen happy sekarang” katanya lagi
“ehhh..tapi beneran lho aku gak mau naik motor bututmu itu” kataku setengah teriak.
“iya..iya...ya udah kalau gitu..masuk yuk” katanya lagi
Dengan cepat dia menarik tanganku, dan kami bergandengan masuk ke dalam auditorium dan menikmati sisa malam itu.
Bodo amat lah masalah motor itu, yang penting sekarang aku dah punya pacar aja dulu. Biar Denny tau aja..emang Cuma dia doang yang bisa move on.
Malam itu, kami larut dalam kegembiraan. Ternyata Bayu sangat lucu dan selalu menggodaku. Sebentar-sebentar dia bilang.
“non,...pulang yuk naik motorku?”
Dan aku hanya bisa berteriak
“ogahhhh...ga mauuu..sorry...bisa ancur reputasiku”.
Herannya dia cuek cuek aja, malah tertawa terpingkal-pingkal sambil sambil terus menggodaku. Malam itu adalah awal perjalanan percintaan kami yang penuh liku selama 9 tahun.

Baca Juga Cerpen Romantis yang lainnya dan saya Ucapkn Banyak Terimakasih   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar