Sabtu, 24 Maret 2012

Cerpen Cinta - Berhati Dua

BERHATI DUA
Cerpen Kartini

Sambil bersandar kududuk di tempat tidur yang setiap malam aku tidur ditempat ini, aku merasakan penyakit yang beberapa bulan ini menemani hari-hariku, hatiku berbisik aku yakin dengan janji Allah dan aku juga yakin Allah akan membalas apa yang telah aku perbuat baik di dunia maupun akhirat. Entahlah setiap malam aku meresahkan hal ini. Tak kuduga Allah memberi nafas kehidupan dan mentakdirkan umurku hanya sampai 30 tahun tepat seminggu lagi aku merayakan hari lahirku.
****

Sebulan sebelumnya bunyi suara telepon genggam yang menandakan sebuah pesan singkat. “Doel lagi dimana? Aku mengirimkan sebuah SMS kepada temanku Doel namanya. Sosok Doel yang tak akan pernah telupakan dari memoriku. Bertubuh tinggi dengan perut besar dengan tutur kata yang ceplas-ceplos sempat mendidik aku menjadi seorang laki-laki sejati, ya laki-laki sejati. Doel sering mengatakan aku laki-laki lemah gemulai seperti penari yang menunggu antrian di taman lawang, rasanya hatiku seperti diiris sebuah pisau dan disiram dengan air comberan di depan umum ketika mendengar ejekannya. Namun karena kata-kata dan didikan Doel aku bisa berubah menjadi seorang laki-laki sejati. Dia adalah teman satu kantorku, walau sudah dua tahun aku berhenti dari kantor lamaku, hubungan kami tidak pernah putus.“Sekian lama aku menunggu balasan pesan singkat dari Doel, kemana dia?aku sedang butuh dia tapi bukan untuk dia ejek. Doel......? Hatiku gundah, mulutku bergumam, mataku menerawang kelangit-langit kamar, hingga akhirnya mataku terpejam tertidur diatas kasur yang setiap malam menemaniku.

Doel sangat tau betul kejanggalan yang ada pada diriku. Ketidakwajaran seorang laki-laki yang sangat aku yakini bahwa Allah akan melaknat apa yang telah aku lakukan. Penyakit kaum nabi Luth. Ya Rabb........ampuni aku, aku tidak ingin semua ini terjadi seperti ini. Kuhempaskan tubtuhku ke kursi berwarna coklat yang ada di ruang depan rumah kontrakanku berukuran 3x6m.
****

Minggu yang cerah, secerah hatiku, mentari pagi seolah masuk ke lubang hatiku memberikan sorotan cahaya hingga wajahku bersinar seperti bintang yang berkerlap-kerlip menghiasi bintang di malam hari. Bibir ini terasa tidak bosan bergerak kearah kanan dan kiri secara berbarengan. Pagi ini aku berjanji untuk nge-date dengan Mira.Ya, seorang wanita Mira namanya, tapi sempat terlintas di dalam pusaran otakku. Kenapa dia mau kencan dengan ku? padahal dia seorang akhwat yang menjaga hafalannya dan taat beribadah. Sama laki-laki saja jarang bergurau. Ah.. aku tidak mau membuat bengan kusut di kepalaku, yang terpenting adalah aku bisa menjalin hubungan yang lebih dekat dengannya, dan mungkin saja Allah mengirimkan dia sebagai perantara agar aku mendapatkan hidayah, siapa tau dia jodohku. Amin ya Rabb....

Obrolan dalam hatiku berakhir ketika aku sudah sampai di rumah mira dan kami berdua ingin pergi, ya....alasannya mau pergi beli buku. Rasanya pagi itu aku ingin melompat ke angkasa, bahagianya hari ini. Terima kasih Allah, aku janji ya Allah aku akan berubah, berubah dan berubah menjadi lebih baik. Menjadi laki-laki yang normal, laki-laki yang soleh, yang bisa menjadi imam untuk keluarga kecilku nanti. Baru saja kaki ini melangkah beberapa langkah dari rumah Mira, teriakan seorang wanita yang betubuh gemuk, “eh awas hati-hati penyakitnya kumat lho Mir, Wawan memang suka sama cewek  tapi Wawan lebih nafsu kalau  sama cowok, ha...ha...ha....” Sambil tertawa dia mengejekku. Astagfirullah...malu-maluin aja ini orang. Dia ga tau apa kali ya, orang lagi usaha juga...dahiku mengernyit.Sri tetanggaku juga mengetahui kejanggalan yang ada pada diriku. “Sudahlah...tak usah dihiraukan kata-katanya”Sesaat muka ku yang merah dan mataku yang tiba-tiba ingin mengeluarkan bola matanya seperti melihat pisau yang mau menusukku, bahkan seperti jatuh dari jurang ketikanaik arum jeram hingga dihantam arus sungai yang deras namun berubah dengan senyuman, ketika ku mendengar suara lembut dan merdunya Mira. Aku mengangguk dan melanjutkan perjalanan. Hingga tak terasa matahari mulai agak condong ke arah barat dan akhirnya kami pulang.
****

“Hey...Wawan!Jangan main-main sama anak gadis orang”.Bentak Doel. “Tidak Doel, untuk kali ini aku benar-benar ingin berubah. “Aku minta doa mu ya Doel, kau juga kan yang ingin agar aku berubah, yang selalu menasehatiku agar aku jadi laki-laki sejati”, sambil ku tepuk dadaku di hadapannya. Walau terkadang hatiku sering sakit dengan kata-kata Doel yang selalu menasehatiku dengan gaya mahasiswa yang sedang demo di depan Istana negara atau di depan gerbang gedung wakil rakyat. “Tenanglah Doel, aku akan menjadi lebih baik dan menjadi laki-laki yang wajar”.
****

Sebulan hari-hariku bersama Mira, dan hubunganku baik-baik saja dengannya. Yup...sebulan. Dan setelah itu, setelah itu apa yang terjadi. Aku tau peramal mengatakan bahwa kiamat akan terjadi pada tahun 2012, tapi aku yakin berita ini bukan tentang kiamat, tapi rasanya malaikat Isrofil telah meniupkan terompet sangkakala yang menandakan gunung-gunung sedang mengeluh dengan gemuruhnya dan akan berterbangan seperti kapas, isi perut bumi akan keluar memuntahkan  gumpalan dan cairan yang sudah tak tahan berontak ingin keluar, tanah yang ku pijak bergoncang, tapi ini bukan kiamat sesungguhnya seperti kata peramal di televisi. Ini adalah berita buruk untuk ku “bad news”.Ya, kabar buruk untuk masa depanku. Mira, sosok wanita yang soleha yang ku idamkan yang ku harapkan bisa merubahku menjadi laki-laki soleh ternyata dilamar seorang laki-laki pengajar pesantren. “Apa...?dilamar..?” tanya ku kepada keluarganya. Campur aduk, hatiku campur aduk ketika mendengar kabar itu. “Aku benci Mira”! Aku memang salah, karena dari awal aku tidak pernah menyatakan isi hatiku kepada Mira. Tapi....tapi....masa sih dia tidak mengerti?Ya Allah, apakah ini ujian dari Mu? Apakah aku tidak pantas mendapatkan wanita solehah yang ku idamkan? Aku menagis bukan karena aku bukan laki-laki sejati tapi......aku punya hati untuk menangis, aku punya air mata yang bisa aku keluarkan ketika aku sedih, aku cuma makhluk-Mu yang lemah dan tak berdaya menghadapi ini semua.

Ternyata mira ini tidak benar-benar ingin menjadi milik ku. Mira itu cuma ingin Wawan berubah, supaya ga kayak laki-laki berjiwa perempuan. Benci aku ingat wanita itu. Terlintas dipikiranku untuk menelpon Boy, Deni dan teman-teman kencanku yang semua laki-laki yang membuatku happy ketika menghabiskan malam bersama mereka, walu aku tau Allah akan membalas semua yang aku lakukan . “Gue bilang juga apa, semua yang namanya perempuan itu sama, bikin sakit hati laki-laki” cibiran keluar dari bibir tipis Boy.
****

Sebulan setelah itu aku terbaring di Rumah sakit selama satu minggu, hingga aku akhirnya memilih untuk berobat dan memeriksa penyakitku seminggu sekali. Sakit....sakit rasanya. Aku yakin ini adalah balasan dari Allah meskipun aku tidak boleh berprasangka buruk kepada penguasa langit dan bumi, sang sutradara dunia dan akhirat. Beribu ampun ku ucapkan, tasbih, tahlil kepada Mu ya Allah. Mana kawan-kawan ku? Kawan-kawan yang ingin aku sembuh, ya, sembuh jiwanya, sembuh menjadi laki-laki sejati. Doel....., Sri.....terima kasih kalian selalu mengingatkanku. Aku akan selalu mengingat kalian di akhirat sana. Maafkan aku kawan......!*Selesai*

Baca juga Cerpen Cinta atau Cerpen tentang Cinta yang lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar