Senin, 17 September 2012

Cerpen Cinta - Izinkan Aku Menggelar Sajadah Bersamamu

IZINKAN AKU MENGGELAR SAJADAH BERSAMAMU
Karya Shepti Rizky Amrina Rosada

Dingin masih menyelumuti suasana pagi, tampak kabut-kabut masih membasahi dedaunan. Disaat orang-orang masih terlelap dalam tidurnya aku terbangun dalam suasana hening segera aku bergegas mengambil air wudhu dan bersiap-siap untuk menunaikan solat tahajjud. Usai solat aku mulai memanjatkan dzikirku membaca sebuah lantunan ayat suci al-quran tak disengaja air mataku mengalir saat terlintas bayangan masa lalu yang sangat dibenci oleh sang khaliq, perbuatanku yang begitu kotor, malu dan menjijikkan saat dengan mudahnya aku di bujuk rayu oleh seorang pria tanpa ada rasa bersalah sedikitpun. Doa demi doa ku panjatkan seraya memohon ampun kepada ilahi atas perbuatan zinah yang pernah ku lakukan. Rasanya begitu malu aku kepada diriku sendiri atas perbuatan yang selama ini ku lakukan.

Waktu menunjukkan pukul 05.00, aku bersiap-siap untuk mandi dan menunaikan solat subuh. namaku koriq hasanah salsabillah Aku seorang mahasiswa jurusan hukum di salah satu perguruan tinggi di Palembang.
Segera aku menyiapkan alat-alat yang akan dibawa ke tempat kuliah ku, saat ini aku sedang menyelesaikan skripsi terakhirku. Saat semuanya telah selesai aku lakukan, aku langsung bergegas pergi dan menunggu sebuah bis di depan rumahku.
“assalamualikum ukhty, maaf saya terlambat datang.” Sapa ku.
“waalaikum salam, gak papa riq, rapat juga belum dimulai.” Ucap firdha teman sekampus ku sekaligus teman dekat ku.
“hari ini kita akan ditugaskan dimana ?” tanyaku terhadap firdha.
“saya juga belum tau, tapi yang saya dengar kita akan ditujukan ke sebuah desa terpecil.” Jawab firdha.

Sekitar 10 menit barulah dosen datang, ia lalu memberikan pengarahan terhadap mahasiswa yang akan menyelesaikan skripsi, tak salah lagi koriq di tunjukkan pergi ke luar kota yang tempatnya sangat terpencil dari kota palembang.
“mulai besok kalian telah melakukan skripsi, lakukanlah dengan sebaik mungkin agar kalian mendapatkan nilai yang memuaskan, pengarahan cukup sampai disini.. akhir kata saya ucapakan terimakasih wassalmualaiku wr.wb.” ucap dosen
“koriq, hari ini majelis taqlim kumpul tidak ?” tanya firdha
“iya kumpul, seperti biasanya pulang kampus kita langsung ke masjid darussalam,kita juga akan membahas tentang anggota yang semakin hari semakin berkurang.” Jawabku kepada fiirdha
Aku juga aktif di beberapa organisasi islam, mulai dari baksos, majelis taqlim,pengajian dan ikatan remaja masjid semua itu ku lakukan beberapa bulan yang lalu. Maklum, dulu aku wanita yang tak bermoral yang selalu direndahkan kaum pria dan tak punya harga diri namun semua itu berubah saat pria bajingan menodaiku melakukan hal yang buruk terhadap tubuhku. Hatiku mulai tergerak saat mendengar sebuah lantunan ayat suci al-quran yang dibacakan di sebuah masjid di dekat rumahku. Aku malu terhadap diriku sendiri, dengan pakaian yang tertutup dan kerudung yang aku kenakan tidak sesuai dengan akhlakku selama ini, akhirnya aku mulai belajar utuk menjadi seorang wanita sholehah.
Sore itu aku pergi ke sebuah majelis taqlim yang telah dijanjikan bersama temanku firdha , disana semua anggota telah berkumpul. Diawali dengan bacaan ayat suci al-quran yang membuka acara pada hari itu dan dilanjutkan dengan sedikit penyegar rohani, seorang ustadz yang masih belia mungkin usianya baru berumur 22 tahun. Karena anggota mejelis taqlim banyak yang masih berusia remaja dan banyak wanita ketimbang lelaki yang mengikuti organisasi itu.
Ustadz yang bernama hasan pun mengangkat dakwah bertema “wanita sholehahbidadari syurga” ia berceramah bahwasanya wanita yang mampu menjalankan puasa, solat lama lima waktu, dan taat kepada suaminya kelak ia adalah bidadari syurga dan wajib dikatakan sbg wanita sholehah.

Aku lalu mengamati dengan saksama apa yang dikatakan ustadz hasan, seorang wanita yang bergelar bidadari syurga. Hatiku ikut terbecak kagum akankah aku pantas diberi gelar seorang wanita shalehah sedangkan tubuhku telah ternodai ? air mataku tiba-tiba menetes lagi dan mencoba kuhapus tetesan air mata itu.
Disaat majelis taqlim telah selesai, aku sempat berkumpul sebentar untuk membahas anggota-anggota majelis taqlim lainnya.
“assalamualaikum ukhty, apakah al-quran ini milikmu ?” tanya pria yang berada dibelakangku
“iya benar, itu alquran saya.” jawabku
“tadi al-quran anda ketinggalan diatas sajadah itu” ucap pria itu lagi sambil menunjuk kearah sajadah yang ada di barisan jamaah akhwat.
“terimakasih akhy.”

Lalu pria itu duduk sambil mengambil sebuah tasbih di sela-sela saku celananya, aku memperhatikan dengan saksama apa yang dilakukan oleh lelaki itu, ia sempat berkhalwat dan megagungkan nama allah dengan sangat khusyuk.
“subhanallah, lelaki itu membuatku kagum dengan dakwahnyanya yang membuat hatiku sangat tenang, apakah aku boleh mengenalnya ya allah ?” batinku bertanya
Ukhty koriq, ada apa dengan engkau, apa yang kau perhatikan daritadi ?”
Aku lalu tersentak kaget saat salah satu anggota majelis taqlim menegurku .“ tidak ada apa-apa kok ukhty, mari kita lanjutkan lagi pembahasan hari ini.”
Malam telah tiba aku masih saja terpikirkan oleh sosok ikhwan itu, yang membuat hatiku tergugah
“ ya allah cukup aku mengagumi dalam diamku, tak ingin lagi terjerumus dalam lubang syetan yang membuat kami akan lupa denganmu, jika memang dia jodohku maka satukanlah hati kami agar cinta kami terpaut dalam cintamu, jangan biarkan cintaku melebihi cinta hakikimu, dan jika dia bukan jodohku maka jauhkanlah dia dari ingatanku agar aku tidak bertambah kecewa…” kataku memanjatkan doa kepada sang rabbi.

Pagi hari aku mulai bersiap-siap untuk pergi kedaerah yang ditujukan oleh dosen untuk menyelesaikan tugas skripsi terakhirku. Aku pergi dengan biasanya menggunakan angkutan umum yang sering kunaiki. Waktu yang di tempuh dari rumahku sangat jauh, menghabiskan waktu 4jam , sesudah itu aku harus berjalan kaki dulu untuk bisa sampai kekampung itu, kira-kira membutuhkan waktu satu setengah jam dengan jalan bebatuan dan becek membuat seluruh tubuhku terkena lumpur.
Tak lama kemudian akhirnya aku sampai di desa yang bernama sukma jaya, tampak anak-anak kecil sedang asyik bermain, kampung itu begitu nyaman dan ramai dihuni anak-anak kecil yang begitu periang. Aku berhenti di salah satu rumah warga dan mencoba bertanya.
“assalamuaikum pak, apa benar ini desa sukma jaya ?”
“iya benar neng, ada apa ya ?”
“begini pak saya datang dari kota, saya ditujukan ke daerah ini untuk menyelesaikan skripsi saya, apa boleh saya menginap sehari saja dirumah bapak, karena saya masih mencari kosan didaerah ini ?”
“Ohh...dengan senang hati bisa nerima anda disini, mari silakan masuk “ tawar bapak yang bernama zaenal terhadap saya.

Aku lalu segera masuk dan terlihat didalam rumah itu hanya tinggal seorang wanita separuh baya dan satu anak perempuan berusia remaja yang masih duduk di bangku sekolah menengah atas.
“begini neng , di desa ini tidak ada tempat penginapan atau kossan yang disewakan, lebih baik anda menginap saja dirumah kami sampai akhir tugas skripsi anda selesai.” ujar bapak zaenal yang ditemani oleh istrinya.
“saya mengucapkan banyak terimakasih kepada bapak dan ibu atas tumpangan yang diberikan kepada saya, semoga kebaikan kalian dibalas oleh allah.” Ujarku.
“oh iya perkenalkan ini anak kami satu-satunya namanya asiah fatma.” ucap ibu bernama rohima saat anaknya menyiapkan hidangan kepada saya.
“saya koriq.” balasku tersenyum sembari berjabat tangan
“nak koriq bisa tidur sama asiah, tapi maaf jika tempatnya kurang nyaman, ya memang beginilah keadaan rumah kami” ucap iburohima.“
“gak papa bu, saya sudah cukup senang bisa diberi tempat tidur malam ini.”

Aku lalu diantar asiah kekamarnya, meski rumah itu kecil dan hanya terbuat dari bambu namun begitu asri saat di injak dan barang tertata rapi disetiap ruangannya, Keluarganya pun ramah dan juga taat beragama .
“mbak koriq boleh istirahat dulu, pasti mbak koriq kecapekan karena perjalanan dari kota ke desa ini cukup jauh, saya permisi keluar sebentar karena ada keperluan” ujar asiah sembari tersenyum kepadaku
“oh iya sudah, silakan jika asiah ingin keluar” balasku tersenyum
Disore harinya aku duduk diruang teras sambil memandangi pemandangan yang ada didesa , begitu sejuk dan nyaman , dan juga anak-anak yang tengah bermain dengan riangnya sambil menyanyikan lagu-lagu kesukaan mereka, membuat saya begitu betah tinggal didaerah ini.
“beginilah mbak desa kami, jika sore hari banyak anak-anak yang bermain ditengah lapangan jika pagi hari muncul giliran yang tua pergi kesawah.” ujar asiah mengagetkanku yang muncul tiba-tiba.
“saya sungguh senang bisa tinggal di kampung ini sah, baru kali ini saya tinggal di derah sejuk yang belum pernah saya dapatkan di kota.” ucapku terhadap asiah.

Aku pun meminta asiah untuk menemaniku jalan-jalan sejenak ke desa sukma jaya. Tak sengaja saat wajahku mengarah ke sebuah masjid aku melihat sosok ikhwan yang aku kenal, tak salah lagi dia ustadz yang berada di majelis taqlim kemarin. Aku pun memerhatikkan pandanganku ke dalam masjid itu melihat hasan yang sedang mengajarkan murid-murid mengaji.
“ada apa mbak ? apakah mbak kenal dengan lelaki itu ?” Tanya asiah terhadap ku.
“oh tidak…” jawab ku pura-pura tidak mengenalnya.
“apakah asiah kenal dengan lelaki itu ?” tanyaku balik.
“ya saya kenal dengan lelaki itu, dia seorang pria yang taat beragama dan sangat dermawan meski dia dikalangan orang terpandang namun hatinya begitu lembut bagai sutera. dia sering datang ke masjid untuk ikut solat berjamaah, sering kali saya lihat ia selalu membawa tasbih membaca al-quran. Dia juga yang mengajarkan anak-anak disini mengaji tanpa meminta imbalan sedikitpun, maklum jika menyuruh untuk membayar anak-anak dikampung ini tidak sanggup karena mereka banyak dilahirkan dikalangan terbawah. Dia juga mengajarkan anak-anak yang tak mampu sekolah untuk belajar membaca dan menghitung, saat ini dia sedang kuliah di universitas IAIN jurusan tarbiyah, dan saat pulang kuliah hasan bekerja sebagai kuli panggul, dia tak ingin membebankan orang tuanya meski mereka masih sanggup membiiayakan kuliahnya.” Jelas asiah
“oh… tapi apakah asiah tau tentang hubungan asmaranya?
“kalo itu saya kurang tau mbak, tapi kemarin orang tuanya sempat menjodohkan hasan dengan seorang wanita yang juga berada di kalangan atas, dia cantik dan sholehah, namun sayang perjodohan itu ditolak oleh hasan alasannya belum saat yang tepat unutk menikah.” jelas asiah lagi.
Akupun diam sajenak dan masih terus memperhatikan kedalam masjid. Asiah lalu mengajakku pulang karena sebentar lagi maghrib datang. Sungguh benar-benar begitu lembut hati seorang hasan , rasanya bahagia sekali jika memiliki seorang suami sepertinya…” gumamku saat berada dijalan.
Dan sesampai dirumah adzan maghrib berkumandang, keluarga pak zaenal telah bersiap-siap untuk melakukan solat berjamaah begitu juga dengan ku, keluarga pak zaenal begitu harmonis ia sangat memperhatikan keluarga dan agamanya. Aku merasa keluarga ini seperti keluarga ku sendiri. Usai solat asiah mengajakku pergi kemasjid untuk melakukan pengajian.
Sesampai dimasjid aku bertemu lagi dengan pria itu, dia sedang terhanyut dalam doanya, selalu saja al-quran dan tasbih sebagai pegangannya. Dan pengajian dimulai. Ustadz hasan dengan suara merdunya membacakan ayat suci allah, dengan tilawatil yang begitu mengharukan. Lagi-lagi air mataku menetes saat mendengar ayat al—quran dibacakan dengan begiru merdunya, barukali ini aku mendengar bacaan yang sangat menggetarkan hatiku. kemudian hasan memulai acara itu dengan dakwahnya.

Dan saat pengajian selesai, aku memberanikan diri untuk bertanya
“assalamualikum akhy, anda yang kemarin berada di masjid Darussalam bukan ?”
“iya betul, eh anda yang kemarin saya sapa kan ? ada tugas apa kemari ukhty ?” Tanya hasan terhadapku.
“saya ada tugas kuliah, kebetulan dosen menunjukkan saya ke desa ini, apakah rumah akhy berada didekat sini ?” tanyaku lagi.
“iya, rumah saya tidak jauh dari sini, ukhty boleh main kerumahku jika ada waktu.” jawab hasan. Tiba-tiba percakapan terpotong saat asiah memanggilku.
“mbak koriq sudah malam, apakah mbak koriq belum ingin pulang ?”
“iya asiah, tunggu sebentar lagi, akhy hasan saya permisi dulu ingin pulang terimakasih atas waktunya, assalamualikum” ucapku sembari pergi dari hadapan hasan.
“waalaikum salam” balas hasan.

Dan saat malam tiba , masih saja aku memikirkan sosok hasan yang begitu lembut, tepat di penghujung malam aku bangun, segera kulangkahkan kakiku mengambil air wudhu, dzikir dan doa selalu kupanjatkan kepada allah, disitu aku berdoa mengharapkan sosok lelaki yang mampu membawa ku dijalan-Nya.
Keseokan harinya aku menemani asiah pergi berbelanja di pasar terdekat, terlihat saat dipinggir jalan aku melihat sosok hasan yang sedang membawa sayuran diatas punggungannya. Aku lalu menghampirinya.
“assalamualaikum akhy hasan, sedang apa kau disini, mengapa kau membawa begitu banyak sayuran ?”
“waalaikum salam ukhty, aku bekerja disini saat pulang kuliah, tapi kebetulan kuliah ku sedang cuti jadi dari pagi aku harus disini” jelas hasan.

Mendengar penjelasan dari hasan aku tercengang kaget , masih ada sosok lelaki sepertinya.
“malam ini apakah anda akan pergi ke pengajian ?” tanya hasan.
“iya akhy, saya pasti datang.” jawabku.
Malam harinya aku lalu pergi ke masjid tanpa di temani firdha, karena ia sedang sibuk menyelesaikan tuga sekolahnya.
Sesampai dimasjid kulihat lagi hasan duduk di barisan paling depan jamaah ikhwan tampak ku lihat air mata hasan mengalir begitu deras dengan sholawatan yang keluar dari mulutnya. Saat adzan isya berkumandang hasan tersadar dan mulai bangkit dari tempat duduknya kini ia menjadi imam untuk solat kami. Daritadi mataku tak berkedip sama sekali melihat sikap hasan, anak muda yang begitu taat dengan agamanya.

Setelah solat usai, aku bergegas pulang namun kulihat hasan tampak sedang berbincang-bincang dengan pengurus masjid, saat itu hasan memanggilku.
“ ada apa akhy hasan kau memanggilku ?”
“begini ukhty koriq, saya meminta bantuan anda untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan baksos, kali ini saya sedang mencari dana untuk panti sosial di salah satu desa ini , apakah ukhty koriq bersedia ?” Tanya hasan.
“iya akhy saya bersedia kebetulan dikota, saya juga ketua dari organisasi baksos, kira-kira kapan kita akan kesana akhy ?”
“terimakasih atas bantuannya ukhty, besok pagi kita akan berangkat ke panti sosial itu“ ujar hasan.
Di malam sepertiga terakhir aku bangun, segera air wudhu ku basuh ke seluruh tubuhku sebagian hati dan pikiranku berkecamuk, tak henti-henti nya terlafadzkan oleh lisanku, dan dipenghujung malam dalam doaku terhanyut . “ya rabbi, jika boleh izinkan aku menggelar sajadah bersamanya, membangun sebuah ikatan suci karena mu, untuk menemaniku berjihad dijalanmu ya allah” lalu ku lanjutkan dzikirku dengan penuh penghayatan.
hingga datangnya pagi aku menunggu hasan dan beberapa rekan lainnya dimasjid, tak beberapa lama hasan dan salah satu temannya muncul, aku segera membantu barang-barang yang akan kami bawa untuk menuju panti sosial, asiah juga ikut bersamaku. dengan mobil angkut yang kami sewa kami bergegas pergi, tak cukup jauh waktu yang akan ditempuh dengan perbatasan sawah dan perkebunan kami pun sampai di panti sosial al-karamah.

Keadaan disana begitu memprihatinkan, tempat yang dihuni sudah tak layak , bangunannya juga sudah rapuh. Aku dan hasan berdiri tepat didepan panti melihat seluruh lingkungan yang sangat buruk.
“masih ada orang-orang yang tidak memperhatikan orang kecil” ucap hasan singkat

Aku hanya terdiam memperhatikan hasan yang sangat begitu peduli dengan orang-orang kecil padahal dia sendiri juga sedang kesusahan .
“akhy telah lama mengikuti kegiatan ini?” tanyaku kepada hasan.
“ya begitulah ukhty, kira-kira sudah 3 tahun yang lalu, saya membantu memberi dana terhadap orang-orang kalangan bawah semampu dan sebisa saya, aku ingin seperti khalifah umar bin abdul aziz dan khalifah umar bin khattab yang dermawan dan bijaksana dalam memimpin rakyatnya , dan juga keadilan beliau dalam memimpin, meski saya bukan pemimpin namun saya tak segan-segan memberi harta karena allah, saya juga bersedia mempertaruhkan nyawa saya untuk berjihad dijalan allah dan membela agama ku islam.”

Subhanallah, aku tercenung diam mendengar pernyataan hasan begtiu mulia hatinya, ternyata zaman sekarang masih ada sosok anak muda yang mempunyai pemikiran terhadap negeri ini.
“subhanallah akhy, begitu mulianya hatimu kau sudah tampak seperti kahalifah umar bin abdul aziz dan khalifah umar bin khattab.” Pujiku.
“tidak juga ukhty koriq, aku dan beliau masih jauh bedanya, kalau ukhty koriq sendiri sudah berapa lama mengikuti organisasi ini ?”
“baru 3 bulan yang lalu akhy.” Jawabku.
“ohh, ternyata baru ukhty mengikuti kegiatan ini tapi sudah diangkat menjadi ketua, ukhty sungguh hebat” ujar hasan.
“iya akhy, maklum saya dulu wanita yang tak bermoral tak punya harga diri selalu di injak-injak oleh kaum pria aku bukanlah wanita suci lagi, namun saat itu aku sadar bahwa hal yang kulakukan adalah perbuatan zinah dan sangat dibenci allah apalagi kerudung yang ku kenakan tidak sesuai dengan apa yang kulakukan saat itu, ilmu agama yang kupelajari juga tidak pernah ku amalkan, aku malu dengan diriku sendiri aku malu dengan allah, aku tak tahu apakah allah telah mengampuni semua dosaku, tak ku bayangkan jika nantinya neraka jahannam melilit tubuhku, aku ingin menjadi seorang wanita shalehah akhy.” jelasku yang tak sengaja butiran-butiran air mataku menetes
“jadi ukhty koriq dulu adalah wanita tak bermoral ? ukhty, allah maha pengampun bagi umatnya yang sungguh ingin bertaubat padanya, dosa ukhty pasti akan diampuni oleh allah.”
“tapi apakah aku pantas disebut seorang wanita sholehah, sedangkan tubuhku telah ternodai ?”
“ukhty, engkau sudah tidak lagi berbuat hal yang seperti itu, bukankah yang disebut wanita shalehah juga wanita yang taat kepada suami dan agamanya, sungguh uhkty kau telah menjadi wanita shalehah kau telah benar-benar sudah berada dijalan illahi.”
“terimakasih hasan atas nasihat yang kau berikan, dan jika allah mengizinkan aku ingin menjadi istrimu, aku ingin menjadi anak-anak darimu kelak, aku juga ingin seperti bunda siti khadijah yang setia menemani rasulullah dalam dakwah dan jihadnya, aku ingin menemanimu berjuang dijalan allah.”

Hasan terdiam sejenak, mungkin ia terkejut atas perkataanku yang membuatnya bingung.
“maksud anda apa ukhty ?” Tanya hasan.
“aku ingin menikah denganmu karena allah akhy hasan.” Jawabku.
“apakah ucapanmu tidak main-main ukhty koriq ?”
“insya allah ucapanku benar akhy, aku ingin kau menjadi imamku didunia dan akhirat bersamamu dalam menggapai jannahnya.”
“tapi ukhty, penghasilanku belum tetap , aku hanyalah seorang kuli panggul dipasar aku juga masih meneruskan pendidikanku, tidak mungkin aku selalu meminta uang dari penghasilan usahamu.”
“kalau untuk dijalan allah aku ikhlas hartaku habis untuk memperjuangkan agamaku.” Ucapku.
“baiklah, tawaran ukhty aku terima semata-semata karena allah, aku siap menjadi imammu hingga ke jannahnya , atas izin allah besok aku melamarmu, kita berunding bersama orang tuaku.” ujar hasan.
Hari yang di tunggu datang juga. Kedua orang tua hasan pun merrestui pernikahan mereka. Dengan acara yang sangat sederhana . Acara pernikahan berlangsung dengan khidmat, tak disadar tetesan butir air mata jatuh dari mata firdha menahan haru pernikahan mereka.

PROFIL PENULIS
Nama: Septi Rizky Amrina Rosada
Tempat, Tanggal Lahir: 06 September 1995
Asl Sekolah: SMK Negeri 5 Palembang
Alamat Facebook: http://facebook.com/sheptirhinariien

Baca juga Cerpen Cinta yang lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar