Cuplikan Dialog Naskah Drama Cabik Karya Muh. Ibrahim Ilyas Sebagai Berikut:
LELAKI
Suara itukah yang kau tunggu?
SUARA
Ting! (Beberapa saat sunyi)
LELAKI
Suara itukah yang kautunggu?
PEREMPUAN
(Tidak mengubah posisi, Ia tersenyum. Nada bicaranya seperti orang tengah berhitung)
Kelam menyimpan api. Api membakar percik sepi. kemana pun kita sembunyi, malam akan sampai ke pagi
LELAKI
(Merasa tidak dipedulikan. Ia mulai marah)
Suara itukah yang kautunggu?
PEREMPUAN
(Wajahnya berubah. Ia tersenyum, nada bicaranya seperti orang tengah menghitung)
Kelam menyimpan api. Api membakar percik sepi. kemana pun kita sembunyi, malam akan sampai ke pagi
LELAKI
(Merasa sia-sia)
Suara itukah yang kau tunggu?
PEREMPUAN
(Mulai bersemangat, tetap bagaikan tengah menghitung)
Kelam menimpan api. Api….
LELAKI
(Mulai tersiksa)
Hentikan!
PEREMPUAN
(Menghela napas panjang)
KElam menyimpan api. Api….
LELAKI
Kumohon hentikan!
PEREMPUAN
(Semangatnya bertambah)
Risauku menemukan sejarah dalam warna merah, berkali memerih mata. Aku mesti bertahan untuk tidak menyerah, terperangkap di kotak sempit yang kakinya tak seimbang; bangku peradaban yang kuwarisi
LELAKI
(Tersiksa)
Demi kebersamaan yang pernah kita jalan, hentikanlah….
PEREMPUAN
KElam menyimpan api. Mimpi turun jadi gerimis. Aku tidak bisa menangis
LELAKI
(Makin tersiksa)
Aku mohon kau berhenti
PEREMPUAN
(Makin bersemangat)
Berkali kumencoba mengatur komposisi warna. Selalu aku merasa kekurangan warna hijau. Lukisan-lukisanku didominasi warna coklat. Dan ketika senja turun jadi malam, kolektor mana yang memedulikan kekelaman?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar