MELEPASKAN SELIMUT DAN MEMBUANGNYA
Aku tak pernah lagi memberikan kesempatan tukang cukur memegang pisau, apalagi di dekat leherku.
Bukan hanya dari tukang cukur. Dari setiap sudut, 360 derajat memancar ancaman. Di mana-mana ada bahaya. Coba apa jaminannya, kalau kita pesan makanan di restoran, koki restoran itu tidak memasukkan racun tikus ke dalam makanan? Kita tidak tahu siapa yang memasak di belakang sana. Kita tidak bisa nyelonong ke belakang dan melihat mereka memasukkan bumbu ke dalam masakan, setiap kali mau makan. Bisa saja mereka itu koki-koki gila. Seorang pembunuh. Atau musuh kita yang menyamar jadi koki. Dengan gampang ia memasukkan baygon atau air accu bekas, lalu cuci tangan. Sementara satu atau dua jam kemudian kita akan kaku dilarikan ke gawat-darurat, tapi tak tertolong lagi.
Dan jaminan apa yang ada di jalan raya, yang dapat menjamin mobil yang datang dari arah depan atau belakang kita, tidak akan menggilas kita? Jaminan apa yang dapat kita andalkan, bus yang kita tumpangi tidak akan dibelokkan oleh supir masuk ke dalam jurang? Jaminan apa yang dapat kita andalkan, dokter-dokter bukannya memberikan obat penyembuh, tapi ramuan kimia yang justru merangsang kanker ganas di tubuh kita? Jaminan apa yang bisa menjamin kita aman di dalam rumah. Bahwa kabel listrik tidak akan putus lalu menyengat kita yang sedang enak-enak tidur. Di mana-mana, baik di rumah, di jalan raya, di sekolah, di kantor, bahkan di wc, selalu ada bahaya mengintai. Kita hidup tanpa perlindungan. Kita harus melindungi diri kita.
Aku mulai sakit karena pikiran-pikiran itu.
Aku begitu cemas. Aku sudah memvonis orang lain adalah pembunuh. Kehidupan adalah ranjau. Dunia adalah gelanggang pembantaian.
Jalan satu-satunya adalah mengasingkan diri. Aku memperkecil hubunganku dengan siapa saja. Aku berusaha menyendiri dan juga mempersenjatai diri dengan rasa awas, was-was dan curiga terhadap segalanya.
SEBUAH KURUNGAN BESAR TURUN. MASUK KE DALAM KURUNGAN
Bahkan aku mencurigai diriku sendiri.
MEMBORGOL TANGANNYA
Siapa yang dapat menjamin, bahwa aku dapat dipercaya? Karena aku terdiri dari otak, rasa serta emosi. Kalau emosi sudah meluap, rasa akan terbakar dan otak bisa lumpuh. Dalam keadaan begitu, aku bukan manusia lagi, tapi binatang. Robot calon pembunuh!'
Setiap waktu aku dapat menjadi jagal orang lain dalam setiap kesempatan. Karena siapa dapat menjamin, aku tidak akan meraih pisau makan di restoran dan menusukkannya ke lambung orang makan yang ada di sebelahku yang matanya begitu menjijikkan. Siapa yang dapat menjamin aku tidak akan berteriak bohong, bangsat, anjing, lonte dan sebagainya dalam sebuah pertemuan resmi, ketika seorang walikota dihadiahi kehormatan sebagai Putra Terbaik? Siapa yang dapat menjamin, aku tidak akan merebut pistol di pinggang seorang polisi di jalan, lalu menembakan sampai pelurunya habis, ke atas kepala siapa saja yang kebetulan lewat?
Download Naskah Monolog Bahaya Karya Putu Wijaya : Disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar