BEST FRIEND
Karya Putri Mustadziyah
Sahabat…
Duniaku kini tiada ceria hilang entah kemana
Detik-detik yang kulalui penuh duri
Bilakah segalanya akan berakhir
Kedamaian kan muncul kembali
Mengapa tangisan itu
Masih terdengar lagi
Ada dan tiada siapa peduli
Sahabatku…
Bersamalah dengan ujian tuhan
Berpijah kealphaan kepahitan
Yang kau lalui pasti berakhir
Kedamaian kan muncul kembali
Tangisan itu masih terdengar lagi
Tiada... siapa peduli
Dimana nilai kemanusiaan
Sebagai hamba tuhan
Hadirlah kedamaian kami memerlukan
Dibumi yang tlah gersang
Tumbuh pohon nan subur
Tangisan itu masih terdengar lagi
Tiada siapa peduli
Dimana nilai kemanusiaan
Sebagai hamba tuhan
Hadirlah kedamaian kami memerlukan
Ini puisi yang ku buat tadi malam untuk tugas bahasa indonesiaku hari ini. Aku mendapatkan urutan nomer 5 untuk membacakan puisi yang kubuat ini. Puisi ini cukup sederhana. Ku membuatnya pun tanpa berfikir, rasanya tangan ini tanpa diperintah untuk menulis. Ku hanya membayangkan sahabat tercintaku, andra. Dia inspirasiku dalam puisi ini.
Duniaku kini tiada ceria hilang entah kemana
Detik-detik yang kulalui penuh duri
Bilakah segalanya akan berakhir
Kedamaian kan muncul kembali
Mengapa tangisan itu
Masih terdengar lagi
Ada dan tiada siapa peduli
Sahabatku…
Bersamalah dengan ujian tuhan
Berpijah kealphaan kepahitan
Yang kau lalui pasti berakhir
Kedamaian kan muncul kembali
Tangisan itu masih terdengar lagi
Tiada... siapa peduli
Dimana nilai kemanusiaan
Sebagai hamba tuhan
Hadirlah kedamaian kami memerlukan
Dibumi yang tlah gersang
Tumbuh pohon nan subur
Tangisan itu masih terdengar lagi
Tiada siapa peduli
Dimana nilai kemanusiaan
Sebagai hamba tuhan
Hadirlah kedamaian kami memerlukan
Ini puisi yang ku buat tadi malam untuk tugas bahasa indonesiaku hari ini. Aku mendapatkan urutan nomer 5 untuk membacakan puisi yang kubuat ini. Puisi ini cukup sederhana. Ku membuatnya pun tanpa berfikir, rasanya tangan ini tanpa diperintah untuk menulis. Ku hanya membayangkan sahabat tercintaku, andra. Dia inspirasiku dalam puisi ini.
Sekarang giliranku untuk membacakan puisi ini. Aku pasti bisa ! kamu sudah berlatih, Fira ! Fira pasti bisa ! semangatku dalam hati. Hatiku berdegup kencang, coba ku tenagkan hatiku. Kuambil nafas panjang, dan kuhembuskan pelan-pelan. Aku bisa !
Ku mulai bacakan puisiku kata demi kata, baris demi baris, bait demi bait. Akhirnya, “hadirlah kedamaian, kami memerlukan…” setelah baris terakhir ku bacakan, tak kusangka ! semua orang di kelas ini bertepuk tangan dengan semangat.
Aku berhasil ! terima kasih Allah… kau telah bantu aku. Setelah itu, bu Rani, guru bahasa Indonesia, memberikan nilai pada bukuku. Lalu, ku duduk di samping andra di bangku tengah.
“selamat ya fir ! kamu hebat banget tadi !” puji andra
“ya ndra, sekarang giliranmu kan ?”
“iya, doakan aku ya !”
---sahabat---
Lelahnya hari ini… aku baru pertama kali ini jalan kaki dari sekolah ke rumah. Kakak yang biasanya menjemputku hari ini tak menjemputku, dia baru pulang jam 3 sore nanti. Bunda sedang ngajar, pulangnya jam 3 sore juga. Ayah kerja, baru pulang nanti jam 5 sore. Akhirnya, ku putuskan untuk jalan kaki dari pada nunggu 3 jam, lebih baik jalan dulu.
Aku berhasil ! terima kasih Allah… kau telah bantu aku. Setelah itu, bu Rani, guru bahasa Indonesia, memberikan nilai pada bukuku. Lalu, ku duduk di samping andra di bangku tengah.
“selamat ya fir ! kamu hebat banget tadi !” puji andra
“ya ndra, sekarang giliranmu kan ?”
“iya, doakan aku ya !”
---sahabat---
Lelahnya hari ini… aku baru pertama kali ini jalan kaki dari sekolah ke rumah. Kakak yang biasanya menjemputku hari ini tak menjemputku, dia baru pulang jam 3 sore nanti. Bunda sedang ngajar, pulangnya jam 3 sore juga. Ayah kerja, baru pulang nanti jam 5 sore. Akhirnya, ku putuskan untuk jalan kaki dari pada nunggu 3 jam, lebih baik jalan dulu.
Aku mengganti seragam kebanggaan kelas 7-4 akselerasi yang khas. Lalu, ku pergi ke dapur untuk makan siang. Bik inah sudah menyiapkan lunchku di meja makan depan kursi makan kesayanganku. Yummy… menu hari ini sop dengan sosis kesukaanku, lalu ada ayam goreng yang yummy, tak lupa sambal kecapnya dong… makan siang yang menyenangkan perutku.
Penantianku tak kunjung selesai, berapa lama lagi aku harus menunggu ? kakak, bunda, ayah tak kunjung pulang. Tiba-tiba ada suara orang yang mengetok pintu. Sepertinya itu mereka ! pikirku.
Ku buka pintunya. Ternyata, andra toh… kirain kakak atau bunda. Kataku dalam hati.
“masuk ndra… ada apa kemari ?” kupersilahkan andra masuk dan duduk di ruang tamu yang sederhana ini.
“umm… aku cuman pingin bilang sesuatu…”
“apa itu ? kamu mau ngomong apa ndra ?” tanyaku penasaran.
“aku… akan pergi…” kata andra. Tanpa sadar, butir-butir bening ini menetes.
“kamu serius ? kamu… kamu… bercanda kan, ndra ? jawab ndra… jawab…!”
“aku serius… besok aku akan terbang ke Australia jam 10 pagi. Sepertinya aku akan lama disana, aku akan study di sana hingga aku lulus kuliah. Maafkan aku sahabat, aku baru memberi tahumu sekarang. Padahal, kabar ini kuterima sekitar 1 bulan lalu.” Kata andra sambil meneteskan air matanya.
“aku tidak bisa berbuat banyak, aku juga tidak mungkin mencegah kemaumanmu. Hati-hati sahabat, ku kan merindukan masa-masa saat kita bersama dulu.”
Andra berpamitan dulu padaku. Karena mungkin esok aku tak bisa mengantarnya ke bandara. Diandra Rosyadah… Shafira Al-farafirah selalu merindukanmu… cepat kembali… hati-hati disana. Semoga, kau dan keluargamu disana baik-baik saja ya ?
---sahabat---
9 tahun kemudian…
Sekarang, aku sukses menjadi seorang penulis terkenal. 23 buku kumpulan cerpen, 30 novel telah ku terbitkan. 99 episode cerita bersambung ku paparkan di blog kesayanganku.
Semua bangga dengan prestasiku ini, tapi… 1 hal yang kurang, ini yang sangat penting dari semuanya. Rasanya, takkan lengkap tanpanya. Seperti, ada sesuatu yang kurang. Bagaikan masakan yang sangat hambar. Tak ada rasanya…
Penantianku tak kunjung selesai, berapa lama lagi aku harus menunggu ? kakak, bunda, ayah tak kunjung pulang. Tiba-tiba ada suara orang yang mengetok pintu. Sepertinya itu mereka ! pikirku.
Ku buka pintunya. Ternyata, andra toh… kirain kakak atau bunda. Kataku dalam hati.
“masuk ndra… ada apa kemari ?” kupersilahkan andra masuk dan duduk di ruang tamu yang sederhana ini.
“umm… aku cuman pingin bilang sesuatu…”
“apa itu ? kamu mau ngomong apa ndra ?” tanyaku penasaran.
“aku… akan pergi…” kata andra. Tanpa sadar, butir-butir bening ini menetes.
“kamu serius ? kamu… kamu… bercanda kan, ndra ? jawab ndra… jawab…!”
“aku serius… besok aku akan terbang ke Australia jam 10 pagi. Sepertinya aku akan lama disana, aku akan study di sana hingga aku lulus kuliah. Maafkan aku sahabat, aku baru memberi tahumu sekarang. Padahal, kabar ini kuterima sekitar 1 bulan lalu.” Kata andra sambil meneteskan air matanya.
“aku tidak bisa berbuat banyak, aku juga tidak mungkin mencegah kemaumanmu. Hati-hati sahabat, ku kan merindukan masa-masa saat kita bersama dulu.”
Andra berpamitan dulu padaku. Karena mungkin esok aku tak bisa mengantarnya ke bandara. Diandra Rosyadah… Shafira Al-farafirah selalu merindukanmu… cepat kembali… hati-hati disana. Semoga, kau dan keluargamu disana baik-baik saja ya ?
---sahabat---
9 tahun kemudian…
Sekarang, aku sukses menjadi seorang penulis terkenal. 23 buku kumpulan cerpen, 30 novel telah ku terbitkan. 99 episode cerita bersambung ku paparkan di blog kesayanganku.
Semua bangga dengan prestasiku ini, tapi… 1 hal yang kurang, ini yang sangat penting dari semuanya. Rasanya, takkan lengkap tanpanya. Seperti, ada sesuatu yang kurang. Bagaikan masakan yang sangat hambar. Tak ada rasanya…
Aku merindukan dia…
Dia yang menyemangatiku dari awal ku mulai menulis. Dia inspirasiku saat aku pertama kali membuat puisi. Ingin rasanya bertemu dengannya. Tapi, dia pergi jauh… jauh sekali. Jauh dariku.
Bangku SMP ku lewati hanya 1 tahun bersamanya. Bangku SMA aku hampa. Tak ada dia di sisiku. Sama sekali tak ada. Bangku kuliah tak kunjung ku bertemu dengannya. Semester 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 tak juga ku bertemu. Sekarang, hingga lulus kuliah, aku mendapat gelar itu, menerbitkan beberapa buku, dia belum ada di sisiku.
Dia yang menyemangatiku dari awal ku mulai menulis. Dia inspirasiku saat aku pertama kali membuat puisi. Ingin rasanya bertemu dengannya. Tapi, dia pergi jauh… jauh sekali. Jauh dariku.
Bangku SMP ku lewati hanya 1 tahun bersamanya. Bangku SMA aku hampa. Tak ada dia di sisiku. Sama sekali tak ada. Bangku kuliah tak kunjung ku bertemu dengannya. Semester 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 tak juga ku bertemu. Sekarang, hingga lulus kuliah, aku mendapat gelar itu, menerbitkan beberapa buku, dia belum ada di sisiku.
Kemana kau ? kemana kau inspirasiku ? aku menantimu disini. Sendiri. Ku tetap menantimu, kawan. Dalam heningku, ku bersenandung.
“ku akan menanti, meski harus penantian panjang. Ku akan tetap setia menunggumu, ku tau kau akan kembali… biarlah waktuku, habis oleh penantian ini. Hingga kau percaya betapa besar, sayangku padamu. Kau lah sahabatku…”
Sahabat, ku kan tetap menunggumu…
Diandra Rosyadah…
Aku merindukanmu…
---sahabat---
Beberapa lama kemudian, seperti ada yang meanggilku. Aku juga seperti mengenal suara ini. Ku sudah lama tak mendengar suara ini. Suaranya asing, tapi, ku sangat kenal suara ini.
Ku alihkan pandanganku ke depan rumahku tersayang… berdiri seorang wanita cantik yang memanggil-manggil namaku. Dia sangat ku kenal, meskipun wajahnya banyak berubah.
Ya, itu andra…! Diandra Rosyadah ! ku berlari ke depan rumahku, memeluk andra yang sangat ku rindukan.
“andra… aku kangen kamu.” Kataku sambil melepas pelukannya.
“aku juga fir, aku denger kamu udah nerbitkan banyak sekali buku. Mau liat dong…!” pintanya.
“iya… tapi, sebelumnya aku mau tanya satu hal. Kita tetap sahabat kan ? jangan tinggalkanku lagi ya ?”
“pasti kita tetap sahabat. Dan aku janji takkan meninggalkan kamu lagi.”
“janji ?”
“janji ! best friend forever, sahabatku !!!”
“best friend forever !” Ku nyanyikan sebuah lagu untuknya.
“Di saat ku termenung
Kau datang bawa ceria
Di saat ku bahagia Kau jaga penuh hatiku
Apapun kisahku Kamu ada untukku
Hanya kaulah sahabat sejatiku
Kita kan Selalu bersama Dalam suka duka
Berbagi segalanya tak terpisahkan
Hanya kau yang ada di hatiku
Kita kan selalu bersama
Menggapai semua cita
Dan meraih dunia
Walau badai menghadang
Tak akan kita terluka
You are my best friend forever.”[Idziey Digne].
“ku akan menanti, meski harus penantian panjang. Ku akan tetap setia menunggumu, ku tau kau akan kembali… biarlah waktuku, habis oleh penantian ini. Hingga kau percaya betapa besar, sayangku padamu. Kau lah sahabatku…”
Sahabat, ku kan tetap menunggumu…
Diandra Rosyadah…
Aku merindukanmu…
---sahabat---
Beberapa lama kemudian, seperti ada yang meanggilku. Aku juga seperti mengenal suara ini. Ku sudah lama tak mendengar suara ini. Suaranya asing, tapi, ku sangat kenal suara ini.
Ku alihkan pandanganku ke depan rumahku tersayang… berdiri seorang wanita cantik yang memanggil-manggil namaku. Dia sangat ku kenal, meskipun wajahnya banyak berubah.
Ya, itu andra…! Diandra Rosyadah ! ku berlari ke depan rumahku, memeluk andra yang sangat ku rindukan.
“andra… aku kangen kamu.” Kataku sambil melepas pelukannya.
“aku juga fir, aku denger kamu udah nerbitkan banyak sekali buku. Mau liat dong…!” pintanya.
“iya… tapi, sebelumnya aku mau tanya satu hal. Kita tetap sahabat kan ? jangan tinggalkanku lagi ya ?”
“pasti kita tetap sahabat. Dan aku janji takkan meninggalkan kamu lagi.”
“janji ?”
“janji ! best friend forever, sahabatku !!!”
“best friend forever !” Ku nyanyikan sebuah lagu untuknya.
“Di saat ku termenung
Kau datang bawa ceria
Di saat ku bahagia Kau jaga penuh hatiku
Apapun kisahku Kamu ada untukku
Hanya kaulah sahabat sejatiku
Kita kan Selalu bersama Dalam suka duka
Berbagi segalanya tak terpisahkan
Hanya kau yang ada di hatiku
Kita kan selalu bersama
Menggapai semua cita
Dan meraih dunia
Walau badai menghadang
Tak akan kita terluka
You are my best friend forever.”[Idziey Digne].
Baca juga Cerpen Persahabatan yang lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar