Jumat, 10 Agustus 2012

Hanya Hujan - Cerpen Sedih

HANYA HUJAN
Karya Tita Yunia Witarti

Malam ini tak seperti malam-malam kemarin, kemarin masih terdengar suaranya yang begitu latang namun penuh kasih sayang, dan kemarin masih kulihat senyum manisnya yang begi tulus pada ku, tapi malam ini tak ada lagi suaranya, tak kulihat lagi senyum manisnya. Malam ini begitu sepi, yang ada hanya kenangan, tapi Aku berharap malam besok bisa seperti malam kemarin lagi, penuh dangan canda, tawa, dan nasihatnya. Tak terpikirkan olehku bahwa Ia akan tega meninggalkan Aku demi orang lain, padahal Dia begitu menyayangi ku dan Ibuku tapi semenjak bertemu dengan orang itu, Dia melupakan ku bahkan sampai tega meninggalkan Aku dan Ibuku.

Terdengar suara ketukan pintu dari luar kamarku dan membuatku tersadar dari lamunanku, ku bangangkit dari tempat tidurku dan melangkah menuju pintu itu, ku buka dan ternyata dibalik pintu ada seorang wanita yang telah melahirkan Aku dan merawatku, dan Dia pun tersenyum padaku. Ia pun masuk ke kamarku dan duduk di tempat tidur, Aku pun mengikutinya dan duduk disebelahnya.
“ Nad besok ibu mau ke Bogor, kamu tinggal sama nenek dulu yah.” Kata ibuku
“ Ia mah.” Jawab ku, sebenarnya hati tak mengijinkan ibuku untuk pergi tapi harus bagaimana lagi, toh ibu pergi untuk kera.

Tangan ibu membelai rambutku, dan saat itu aku pun ingin sekali meniteskan air mata namun ku tak mampu, karena aku tak ingin memperlihatkan kesedihan ku dihadapan ibu. Ibu memberikan sebuah map ke padaku dan ku buka map itu di dalam map itu ada dua lembar kertas lalu aku pun membaca tulisan yang ada dalam kertas itu. Setelah membaca itu rasanya aku ingin merobek-robek kertas itu dan ingin rasanya menangis sekencang-kencangnya, tapi aku tahu ini sudah kesepakatan ibu dengan ayah, aku tak bisa membetah keinginan mereka, aku tak mau batin ibu tersiksa dan aku juga ga mau jika ayah pulang dan membuat ibu menangis.
“ Tadi paman kamu yang mengantarkan ini, mungkin ini yang terbaik bagi kita, ya sudah sekarang kamu istirahat, ini sudah malam. !” kata ibu, aku hanya mengangguk, lalu ibu pun beranjak pergi keluar dari kamarku, dan menutup pintu itu, aku pun menuju pintu dan menguncinya, aku berlari ketempat tidur dan menjatuhkan badaku ke kasur aku tak kuat lagi menahan air mata yang sejak tadi aku tahan.
“ Ya Allah sebenarnya aku tak mau kedua orang tua ku berpisah, tapi aku tak mampu berbuat apa-apa, mungkin benar apa yang di katakana mamah bahwa ini yang terbaik, tapi itu untuk mereka dan tidak bagi diri aku, aku tak bisa hidup tanpa mereka.” Kataku

Pagi harinya ibu mengetuk pintu dan membangunkan aku, aku pun terbangun dan membuka pintu, ibuku kelihatan rapih dan sudah membawa tas besar yang di isi baju-bajunya.
“ Nad ibu pergi dulu yah, jaga dirimu baik-baik dan sekolah yang benar.” Kata ibu ku
“ Iah mah, mamah juga hati-hati di jalan, dan jika sudah sampai jangan lupa telopon Nad yah mah.” Kata ku, lalu aku pun mencium tangannya dan ibuku membelai rambutku dan mencium pipiku. Kulihat matanya yang penuh kasih sayang dan ada genangan air dimatanya. Lalu ibuku pun menuju keluar dan aku pun mengikutinya dari belakang, sesampai di luar ibu pun memangil tukang ojeg untuk mengantarkan nya ke terminal, ibu pun pergi meninggalkan aku dan lambaian tangannya membuat air mata ini jatuh kepipiku,,, aku pun berlari ke dalam rumah, dan rasanya semua tubuhku mulai lemas aku pun terjatuh, aku keluarkan semua beban dihati, aku menangis sekencang-kencangnya.
“ Kenapa harus begini, aku tak menginginkan semua ini terjadi, tuhan kenapa kau tega pisahkan aku dengan kedua orang tuaku.” Tariak aku,,

Susana di luar sangat mendung dan tak lama kemudian hujan pun turun, Aku pun pergi keluar dan ku berjalan di derasnya hujan, air mataku terus mengalir tampa henti, tiba-tiba sebuah sepada motor berhenti dihadapanku, dan menghentikan langkah ku. Aku tak mengenali dia karena wajahnya tertutupi helm dan dia pun mengunakan jas huja. Dia menarik aku ke bawah pohon yang dekat dengan jalan itu, lalu dia membuka helmnya, ternyata Dia adalah Naila sahabatku.
“ Apa yang sedang kamu lakukan, ini hujan gede banget Nad.” Kata Naila, Dia pun melihat wajahku.
“ Kamu nangis Nad ?” Tanya Naila kepadaku. Ku usap air mataku.
“ Engga Nai, ini Cuma air hujan.” Aku pun berbohong padanya, karena Aku tak mau Dia tahu kalau Aku punya masalah.

“ Oh gitu yah, emang Aku bisa Kamu bohongi, Nad kita tuh berteman udah lama, Aku tahu yang mana air hujan dan mana air mata, dan Aku tahu muka Kamu yang sedang bahagia dan Sedang sedih, kenapa sih kamu selalu bohong kepada Aku, atau Kamu ga menganggap Aku sebagai sahabatmu lagi.”
“ Bukan gitu Nai, Aku cuman ga mau kalau kamu terbebani oleh masalah ku, Aku tahu kalau Kamu sedang punya masalah sama pacar Kamu.” Kata ku
“ Memang Aku lagi ada masalah tapi, setidaknya Kamu cerita sama Aku, apa masalah mu, Aku udah terbuka sama Kamu mengenai masalah Aku sama pacarku, sekarang Aku mau Kamu juga terbuka kepada Aku mengenai masalah mu, coba cerita siapa tahu aku bisa bantu kamu.” Kata Naila kepadaku, Aku pun tak kuat menahan air mata ini dan aku pun menangis di pundak Naila. Aku pun mencoba bercerita tentang masalahku
“ Nai, Mamah dan Ayah Aku bercerai.” Kata ku pada Naila.
“ Nad yang bener.” Kata Naila dengan terkejut, dia pun langsung duduk di bawah pohon itu dan aku pun duduk disampingnya.
“ Iah Nai, dan tadi pagi Ibu pergi ke Bogor untuk bekerja.”
“ Kenapa bisa bercerai Nad ? memang Kamu ga melarang mereka ?” Tanya Naila
“ Aku mau melarang meraka, tapi Mamah selalu bilang pada ku, kalau aku melarang mereka bercerai itu artinya Mamah…..” Belum Aku beres cerita tiba-tiba sebuah sepeda motor berhenti di hadapan kita kemudian orang yang mengemudi itu turun dan menarik tangan Naila, ternyata itu Andre pacarnya Naila.
“ Nai, ikut Aku kalau mau masalah kita selesai.” Ajak Andre kepada Naila
“ Tapi Dre.” Naila menatap aku
“ Pergi lah Nai, bereskan dulu masalahmu, masalah Aku biar aku yang menyelesaikanya sendiri.” Kata ku pada Naila
“ Tapi Kamu.”
“ Sudah lah Nai, Aku ga papa ko. “
“ Bener kamu ga papa ?”
“Iah pergilah.” Naila pun pergi bersama Andre.
Hujan pun belum berhenti malah semakin deras. Aku pun kembali berjalan. Entah kepada siapa lagi Aku akan bercerita tentang semua perasaanku, semua tlah meninggalkan Aku untuk kepentingan mereka. Sekarang ku sendiri dan hanya hujan yang menemani kesedihanku.

PROFIL PENULIS
Nama :Tita Yunia Witarti
Tempat/tanggal lahir : 10 juni 1992
Hobi : baca cerpen dan Novel
Alamat Facebook : chitayunita_92@yahoo.com

Baca juga Cerpen Sedih yang lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar