Jumat, 10 Agustus 2012

Fani, Kau Masih Perempuan - Cerpen Cinta

FANI, KAU MASIH PEREMPUAN
Karya Andi Sudianto

Adakah aku pantas mengimpikannya? Perempuan yang memiliki wajah empat si setiap sisi kepalanya. Dia bisa dengan bebas memindahkan raut wajahnya. Elusif.

Ketika aku melihatnya berhadapan pundak kami berdua sejajar yang kuliahat di raut mukanya kekosongan. Seolah dia tau aku ingin membaca isi kepalanya dari depan. Segera dia menyembunyikan wajahnya. Ketika aku bermain siasat, aku berdiri di belakangnya sembunyi-sembunyi ingin mencuri isi otaknya dari belakang badanya. Tapi apa yang ku dapat. Kosong. Segera dia tau siasatku. Seolah dia tau isi kepalaku sebelum aku mencari isi otaknya. Dialah Fani perempuan yang selalu menghardikan tanda tanya di setiap gerak geriknya.
Satu, dua, tiga, begitu seterusnya sampai aku merasa jengah dengan tindakannya. Tindakan yang menghadirkan tanya-tanya sendiri di kepalaku.

Melihatmu sehari-hari seperti semakin yakin bahwa kamu bukan perempuan yang di ciptakan dari tulang rusuk Adam. Mungkin dari tanah atau mungkin kau memang tidak pernah merasa seperti itu. Entahlah. Pekerjaan yang mayoritas di kerjakan laki-laki semua fasih kau kau kerjakan. Sangat mengesankan bagiku.
Ayahmu seorang wiraswasta sederhana, penjual bebek goreng dipinggiran jalan. Aku selalu lihat kau selalu membantunya. Caramu membantu sungguh unik. Kau lebih suka membawa beras berkilo-kilo di pundakmu dari pada memsak beras tersebut menjadi nasi, lebih suka wara-wiri membeli aneka bumbu dari pada meracik bumbu. lebih suka menata tata letak meja kursi untuk hidangan dari pada menggoreng bebek, lebih suka pekerjaan laki-laki kau kerjakan dari pada perempuan. Fani kau membingungkan. Kepalaku tak cukup untuk bias menafsirkan apa yang telah terpampang di depan mataku.

Hidupmu tergolong kecukupan, Cukup untuk memolesmu menjadi wanita yang feminim angggun gemulai, Tapi kau lebih senang mengenakan, baju dan kaos longar, topi memakainya dengan terbalik, aksesoris laki-laki, kosmetik ah mungkin tak mengenalnya. Semuanya menyembunyikan kecantikanmu.
***

Suatu ketika keadaan memaksa kita terlibat dalm suatu konspirasi. Menjadi seksi hadiah dalam organisasi kepemudaan kampong yaitu tugas dalam mencari hadiah di acara lomba 17’an di desa. Perkara yang akan membongkar siapa dirimu dan apa yang ada di dalam kepalamu.
“Bisakah kita sedikit berbagi Fan, Tolong kau bawakan barang-barang yang sudah kita beli ini aku keberatan membawanya!” kata herman kepada Fani.
“Tidak masalah, biarkan aku saja yang membawa” kataku menyerobot.
“Jangan, dia telah menyuruhku biarkan aku yang membawa. Itu perintahnya, ini hak sekaligus kewajibanku” katanya dengan tegas.
Apa aku punya pilihan untuk menyangah pilihanmu membawa hadiah yang berat itu sedangkan kau adalah gadis yang terpilih untuk mengisi hati ini. Pilihanmu adalah sesuatu yang harus aku perjuangkan, bukankah seperti itu para pujanga-pujanga itu berkata. Aku harus tega sekalipun tak tega melihatmu terlonta-lonta membawanya.
***

Malam itu perihal membungkus kado yang telah kita beli. Semua perempuan muda penghuni desa kita berkumpul membungkus hadiah bersama-sama. Aku, kamu dan para perempuan jenismu.
"Fan bagaimana hadiah seperti ini dapat di beli" kata cewek satu.
"Inikan hadiah murahan Fan" kata cewek satu lainnya.
"bagaimana kau memilihnya Fan, hadiah ini semuanya rosok'an" kata cewek dua lainnya.
"Aku tau apa kesalahanku, maaf" katanya sambil berdiri memalingkan badan melangkah meninggalkan ruangan.
Kau terlihat sangat tak suka dengan perlakuan mereka. Tudahan itu tampak sekali telah menyakitimu.
Aku menyusulmu. Ku lihat dia menundukan wajahnya terlihat tetes demi tetes dari air mata itu terjatuh dari wajah cantikmu. Yang kusaksikan sekarang adalah penderitaan. Sesakit itukah rasanya bagi perempuan cacian itu? Perempuan yang kelihatan kuat tegar kelaki-lakian ternyata rapuh remuk redam saat berbagai kata yang tidak mengenakan kau dengar itu datang mencerca menguras air matanya.
***

Aku lihat, mengerti kenapa kau memilih Herman menjadi suamimu. Kau ibarat sedang membangun istana yang kau butuhkan seorang raja yang memerintahmu dengan tegas. Maka kau pilih Herman yang menyuruh dan memperlakukanmu dengan semena-mena menurutku. Dan kau masih seorang wanita sekalipun kau telah membungkus dirimu rapat-rapat. Hatimu sangat rapuh kau akan menangis ketika hatimu tersakiti.
Tapi entahlah bagaimana dirimu sekarang Herman memberlakukan system poligami dalam istanamu. Kau masih wanita kan tentu air matamu akan benar-benar habis sekarang sekalipun kau bilang “aku kuat, aku tidak apa-apa, inilah takdirku, takdir yang harus kujalani”.
Aku sekarang benar-benar tau siapa dirimu dan apa yang ada dalam kepalamu.

Baca juga Cerpen Cinta yang lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar