HEY MOM HEY DAD
Karya Faridita
Hey San “ sapaku yang mengejutkan Sandy dari belakang”. Sorry gua telat lagi lo pasti tau kan alasanya. “ jelasku santai serasa tak bersalah. –– Aku Jemmy putra dari seorang jaksa sukses di USA dan ibuku wanita karier yang super sibuk. Kakak laik-laki ku sekarang kuliah di universitas hukum jurusan pengacara. Dan aku bocah kelas 1 SMA yang masih duduk di bangku sekolah bercita-cita menjadi anggota FBI -- ok Jem to do point langsung “ kata Sandy yang ga suka basa basi” ini berkas yang tadi gua print dirumah, mana punya lo ? ku ambil gadget yang ada di dalam saku dalam jaket kulitku. Semua berkasnya ada di dalam sini “ jawabku santai” ok kita mulai semuanya “ ajak Sandy seakan kita menjadi sudah menjadi anggota FBI beneran aja. Apa yang kami bicarakan itu rahasia kami :D , heheh
Tepat jam 04:30 pm aku sampai dirumah. Kegiatan ini selalu aku lakukan setiap hari kecuali waktu2 tertentu untuk menunggu ibuku pulang dan menyapanya “ HEY MOM “ tapi semua sia-sia. Ibuku masuk tanpa melihat kearahku sama sekali. Begitu melepas high heelnya dia menuju ruang kerjanya, laptop di depan dan ponsel di samping. Dia menghabiskan waktunya hanya untuk bekerja dan bekerja. Aku diabaikan, sejak kecil aku diasuh oleh tanteku yang kini sudah tiada. Kakakku dulu diasuh oleh nenek dan kakekku.
Rasanya aku tidak pernah lelah menunggunya setiap hari hanya untuk bilang 2 kata itu. Menyesal atau tidak untuk menunggu aku tetap saja selalu memperhatikannya dari kejauhan. Terkadang aku sering kali melewati ruang kerjanya hanya untuk melihat wajahnya saja.
Hey San “ sapaku yang mengejutkan Sandy dari belakang”. Sorry gua telat lagi lo pasti tau kan alasanya. “ jelasku santai serasa tak bersalah. –– Aku Jemmy putra dari seorang jaksa sukses di USA dan ibuku wanita karier yang super sibuk. Kakak laik-laki ku sekarang kuliah di universitas hukum jurusan pengacara. Dan aku bocah kelas 1 SMA yang masih duduk di bangku sekolah bercita-cita menjadi anggota FBI -- ok Jem to do point langsung “ kata Sandy yang ga suka basa basi” ini berkas yang tadi gua print dirumah, mana punya lo ? ku ambil gadget yang ada di dalam saku dalam jaket kulitku. Semua berkasnya ada di dalam sini “ jawabku santai” ok kita mulai semuanya “ ajak Sandy seakan kita menjadi sudah menjadi anggota FBI beneran aja. Apa yang kami bicarakan itu rahasia kami :D , heheh
Tepat jam 04:30 pm aku sampai dirumah. Kegiatan ini selalu aku lakukan setiap hari kecuali waktu2 tertentu untuk menunggu ibuku pulang dan menyapanya “ HEY MOM “ tapi semua sia-sia. Ibuku masuk tanpa melihat kearahku sama sekali. Begitu melepas high heelnya dia menuju ruang kerjanya, laptop di depan dan ponsel di samping. Dia menghabiskan waktunya hanya untuk bekerja dan bekerja. Aku diabaikan, sejak kecil aku diasuh oleh tanteku yang kini sudah tiada. Kakakku dulu diasuh oleh nenek dan kakekku.
Rasanya aku tidak pernah lelah menunggunya setiap hari hanya untuk bilang 2 kata itu. Menyesal atau tidak untuk menunggu aku tetap saja selalu memperhatikannya dari kejauhan. Terkadang aku sering kali melewati ruang kerjanya hanya untuk melihat wajahnya saja.
Hari ini aku akan mengisi acara yang diadakan oleh sekolahku sebagai seorang pianis Harapan bahwa ibu dan kakakku akan hadir untuk melihatku sangat besar dalam hatiku. Tapi sebenarnya itu tidak akan , padahal aku tau itu. Mereka terlalu sibuk dan aku sendiri.
Seusai perfome aku bicara sepatah 2 patah kata di depan para orang tua murid yang sudah hadir. Bukan itu maksudku sebenarnya, aku berbicara tapi mataku terus mencari , mencari di setiap sudut tersembunyi. Dimana ibuku ? aku ingin bilang “ HEY MOM “. Tapi tak ada, sekian kalinya aku hadir diacara yang seperti ini sendirian.
Setelah 6 bulan di USA , hari ini ayahku pulang hanya sekedar mengambil berkasnya lalu pergi lagi. Tak ada satu orang pun di rumah kecuali aku yang kebetulan ingin pergi latihan futsal sama Sandy. Aku melihat ayahku dengan tatapan penuh rindu, dia tersenyum padaku. Lalu ku coba untuk bilang “ HEY DAD “ tapi ketika mulutku akan mengeluarkan kata-kata itu ponselnya berdering , dia mengangkatnya dan pergi. Akhirnya ku putuskan untuk pergi juga.
Skip ~~
Hey San, gimana kalo abis latihan kita ke nongkrong di mall ? “ tanyaku sambil menutup pintu mobil sesampai di tempat latihan. Ok , gua suka ide lo kali ini “ jawab Sandy spontan yang berada di depanku” .
Latihan pun selesai , aku dan Sandy pun ke mall sesuai rencana. Sesampai di mall mata kami melirik kesana kesini , mencari tempat yang ok buat tongkrongan.
Jem , kesana yuk ! gua laper banget ni belum makan dari siang .
ok “ jawabku” .
Aku dan Sandy suka duduk di meja paling pojok kalo mau makan, biar lebih bebas buat bicarain rencana-rencana kita. Tiba-tiba seorang wether menghampiri kami.
ada yang bisa saya bantu ?
Tentu nona, gua mau pesan pizza jumbo , sphagetti , nasi goreng , sama coca-cola. “ celetuk Sandy “
busset , banyak banget . “ kataku kaget “ , lo bayar sendiri tu. Mbak saya pesan nasi goreng sama minumannya sama . terima kasih “ pintaku ramah “
ok , silakah ditunggu. Terima kasih juga “ jawabnya ramah pula “.
Sambil menunggu makanan datang, ku selipkan tanganku ke saku jacket kulit yang biasa ku pakai lalu ku ambil gadgetku, searching sana searching sini. Aku selalu mendapatkan keasikkan dalam internet. Iseng-iseng ku buka Skype milikku dan aku hanyut dalam pembicaraan dengan salah satu temanku di luar negri. Sementara Sandy , tanpa ku tahu ternyata Sandy sedang memperhatikan seseorang yang tepat berada di belakangku dan berhadapan dengan Sandy. Berkali-kali kulihat Sandy mengerutkan keningnya.
Lo liatin siapa sih San , serius banget ? “ tanyaku heran “
bukannya itu ibu lo Jemm ? “ bukannya menjaawab pertanyaanku dia malah nanya balik dengan terus melihat orang itu tanpa melihatku. Ketika Sandy mengatakan kata “ IBU “ rasanya aku tidak ingin membalikkan badanku untuk melihatnya, toh ibu ga akan melihatku.
Wether yang tadi pun datang , tentunya membawa pesanan kami. Kami melahap makanan kami sepuasnya, setelah itu Sandy mengajakku pulang karna dia ada janji dengan orang lain. Rasanya aku ingin duduk dan tidak berbalik badan, aku ingin tetap berjalan lurus saja. Mau tidak mau aku harus berjalan dan melihat ibuku yang juga melihatku. Ingin rasanya aku menyapa nya dengan kata “ HEY MOM”. Tapi dia tidak menghiraukanku sama sekali. Yasudahlah lagi pula aku sudah terbiasa dengan hal seperti ini.
Setelah mengantar Sandy pulang, aku berencana untuk jalan-jalan sendirian sambil mengendarai mobil. Entah kemana aku pergi , entah kemana jalan ini membawaku. Aku terus mengemudikan mobilku kemana pikiranku tertuju. Tak sadar ternyata aku tertuju ke TPU tempat peristirahatan terakhir tanteku. Entah apa yang aku pikirkan , kaki ku terus menuntunku ke pusara tanteku. Aku terduduk lemas di depan pusaranya, seakan ingin menangis dan di peluknya seperti waktu kecil dulu. Dia ibuku , ibu yang ku kenal slama ini . “ tante , seandainya tante masih ada. Mungkin aku ga seperti ini , setiap hari aku menunngu mama hanya untuk menyapanya. Tapi dia tidak pernah melihatku. “
Airmata membahasi pusara tanteku itu. Hari semakin malam, aku pun pulang kerumah toh besok masih banyak kegiatan. Rumahku lebih sepi dari kuburan itu. Ga ada orang seperti biasa. Naik kekamar , mandi , dan tidur lalu bangun, pergi , pulang, dan begitu begitu saja. Sampai pada suatu hari aku menlanjutkan sekolahku di Germany dan menjadi seorang anggota FBI, penampilan, gaya bahasa , dan sikapku berubah. Impianku selama ini terwujud. Memang sesekali aku melupakan masa lalu namun sesekali aku melihatnya kembali. Ayah ibu dan kakakku kuharap kalian bahagia sepertiku. Selamat tinggal ibu, mungkin tidak akan pernah ada lagi seseorang yang menunggumu disetiap petang. Kini aku bekerja mempertaruhkan nyawaku sendiri, tidak peduli siapa aku dan dari mana aku. Ambisilah yang kini menjadikan aku berbeda.
Seusai perfome aku bicara sepatah 2 patah kata di depan para orang tua murid yang sudah hadir. Bukan itu maksudku sebenarnya, aku berbicara tapi mataku terus mencari , mencari di setiap sudut tersembunyi. Dimana ibuku ? aku ingin bilang “ HEY MOM “. Tapi tak ada, sekian kalinya aku hadir diacara yang seperti ini sendirian.
Setelah 6 bulan di USA , hari ini ayahku pulang hanya sekedar mengambil berkasnya lalu pergi lagi. Tak ada satu orang pun di rumah kecuali aku yang kebetulan ingin pergi latihan futsal sama Sandy. Aku melihat ayahku dengan tatapan penuh rindu, dia tersenyum padaku. Lalu ku coba untuk bilang “ HEY DAD “ tapi ketika mulutku akan mengeluarkan kata-kata itu ponselnya berdering , dia mengangkatnya dan pergi. Akhirnya ku putuskan untuk pergi juga.
Skip ~~
Hey San, gimana kalo abis latihan kita ke nongkrong di mall ? “ tanyaku sambil menutup pintu mobil sesampai di tempat latihan. Ok , gua suka ide lo kali ini “ jawab Sandy spontan yang berada di depanku” .
Latihan pun selesai , aku dan Sandy pun ke mall sesuai rencana. Sesampai di mall mata kami melirik kesana kesini , mencari tempat yang ok buat tongkrongan.
Jem , kesana yuk ! gua laper banget ni belum makan dari siang .
ok “ jawabku” .
Aku dan Sandy suka duduk di meja paling pojok kalo mau makan, biar lebih bebas buat bicarain rencana-rencana kita. Tiba-tiba seorang wether menghampiri kami.
ada yang bisa saya bantu ?
Tentu nona, gua mau pesan pizza jumbo , sphagetti , nasi goreng , sama coca-cola. “ celetuk Sandy “
busset , banyak banget . “ kataku kaget “ , lo bayar sendiri tu. Mbak saya pesan nasi goreng sama minumannya sama . terima kasih “ pintaku ramah “
ok , silakah ditunggu. Terima kasih juga “ jawabnya ramah pula “.
Sambil menunggu makanan datang, ku selipkan tanganku ke saku jacket kulit yang biasa ku pakai lalu ku ambil gadgetku, searching sana searching sini. Aku selalu mendapatkan keasikkan dalam internet. Iseng-iseng ku buka Skype milikku dan aku hanyut dalam pembicaraan dengan salah satu temanku di luar negri. Sementara Sandy , tanpa ku tahu ternyata Sandy sedang memperhatikan seseorang yang tepat berada di belakangku dan berhadapan dengan Sandy. Berkali-kali kulihat Sandy mengerutkan keningnya.
Lo liatin siapa sih San , serius banget ? “ tanyaku heran “
bukannya itu ibu lo Jemm ? “ bukannya menjaawab pertanyaanku dia malah nanya balik dengan terus melihat orang itu tanpa melihatku. Ketika Sandy mengatakan kata “ IBU “ rasanya aku tidak ingin membalikkan badanku untuk melihatnya, toh ibu ga akan melihatku.
Wether yang tadi pun datang , tentunya membawa pesanan kami. Kami melahap makanan kami sepuasnya, setelah itu Sandy mengajakku pulang karna dia ada janji dengan orang lain. Rasanya aku ingin duduk dan tidak berbalik badan, aku ingin tetap berjalan lurus saja. Mau tidak mau aku harus berjalan dan melihat ibuku yang juga melihatku. Ingin rasanya aku menyapa nya dengan kata “ HEY MOM”. Tapi dia tidak menghiraukanku sama sekali. Yasudahlah lagi pula aku sudah terbiasa dengan hal seperti ini.
Setelah mengantar Sandy pulang, aku berencana untuk jalan-jalan sendirian sambil mengendarai mobil. Entah kemana aku pergi , entah kemana jalan ini membawaku. Aku terus mengemudikan mobilku kemana pikiranku tertuju. Tak sadar ternyata aku tertuju ke TPU tempat peristirahatan terakhir tanteku. Entah apa yang aku pikirkan , kaki ku terus menuntunku ke pusara tanteku. Aku terduduk lemas di depan pusaranya, seakan ingin menangis dan di peluknya seperti waktu kecil dulu. Dia ibuku , ibu yang ku kenal slama ini . “ tante , seandainya tante masih ada. Mungkin aku ga seperti ini , setiap hari aku menunngu mama hanya untuk menyapanya. Tapi dia tidak pernah melihatku. “
Airmata membahasi pusara tanteku itu. Hari semakin malam, aku pun pulang kerumah toh besok masih banyak kegiatan. Rumahku lebih sepi dari kuburan itu. Ga ada orang seperti biasa. Naik kekamar , mandi , dan tidur lalu bangun, pergi , pulang, dan begitu begitu saja. Sampai pada suatu hari aku menlanjutkan sekolahku di Germany dan menjadi seorang anggota FBI, penampilan, gaya bahasa , dan sikapku berubah. Impianku selama ini terwujud. Memang sesekali aku melupakan masa lalu namun sesekali aku melihatnya kembali. Ayah ibu dan kakakku kuharap kalian bahagia sepertiku. Selamat tinggal ibu, mungkin tidak akan pernah ada lagi seseorang yang menunggumu disetiap petang. Kini aku bekerja mempertaruhkan nyawaku sendiri, tidak peduli siapa aku dan dari mana aku. Ambisilah yang kini menjadikan aku berbeda.
PROFIL PENULIS
Nama : Faridita
FB : Faridita Akmal
Twitter : farididita
Twitter : farididita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar