Minggu, 12 Agustus 2012

My Love Story - Cerpen Cinta

MY LOVE STORY
Karya Prahadika Maharaning Pratiwi

Suatu saat, cinta itu pernah ada
Dan aku melihat dia pergi
Tanpa sempat aku mencegahnya…

Saat itu, cinta pergi tanpa ku tahu alasan pasti
Dan kini tak kan mungin kembali

Selama ini aku percaya, bahwa cinta adalah hal terkuat yang bisa membuat manusia berubah dalam waktu singkat. Mungkin aku salah satunya, aku bisa berubah sedemikian cepat karena cinta. Karena cinta aku selalu tersenyum, tertawa, dan kadang seperti anak kecil yang selalu ingin diperhatikan. Tapi, jika dihadapkan dengan kenyataan, kekuatan yang selalu dibangga-banggakan dari ‘cinta sejati’ itu, tak akan kunjung muncul.
Cerpen Cinta

Sudah tiga minggu dia tidak memberiku kabar, lewat telfon maupun sms. Padahal biasanya dia selalu telfon maupun sms aku, tapi sekarang jarang banget malah sampai gag pernah sama sekali. Mungkinkah dia sudah jenuh, atau malah udah lupa sama aku? Urrggh, aku udah gag betah diginiin terus. Lagian aku ini bukan boneka, yang bisa kamu mainin, dan kalau jenuh kamu telantarin sesuka hatimu. Aku pengen kayak dulu, diperhatiin kamu terus. ANDI, dimana sih kamu? Kenapa gak pernah kabarin aku? Apa mungkin, kamu udah punya penggantiku? Oohh, rasanya aku ingin berteriak sekeras mungkin, aku udah gag tahan sama sikapmu. Dan sekarang aku butuh kejelasan tentang hubungan kita. Emm, telfon gag ya, telfon gag ya? Aku berfikir sambil memilin-milin rambutku. Dengan ragu-ragu aku ketik nomer telfonnya, lalu suara sambungan pun kudengar disebrang sana.
“Hallo….” dia bicara namun samar-samar ku dengar suara cewek disebrang sana. Aku langsung matikan telfonku, dan badanku kini ku hempaskan ke atas tempat tidur. Sungguh sakit, hati ini bagai tersayat-sayat belati tajam. Kini aku hanya bisa menangis dan trus menangis. Dan penyesalanku datang menghampiri.
ANDI KENAPA KAMU HIANATI AKU? APA SALAHKU? Dan dimana kamu yang dulu, yang slalu ada temani aku? kini hatiku berontak. Kini aku keluarkan semua uneg-uneg yang ku simpan selama ini. Setelah tangisku reda dan emosiku terkendali, aku ambil hp diatas meja. Ku ketik nomer telfonnya, lalu ku tulis pesan singkat untuknya.
To : Andi
PENGHIANAT !!!
From : Andi
Apa maksudmu cyanx? aq gag ngerti.
To : Andi
Hlah, gag usah belaga bego dech… aq dah tau semuanya og, km udh HIANATIN aku.
From : Andi
Maksudmu apa cyanx?

To : Andi
Gag usah panggil cyanx lgi… Alah, udh dech qt udhan ajach. Aq udah MUAK ma km !!!
Setelah message ku terkirim, aku matiin hp ku lalu ku taruh diatas meja. Kini aku pun berfikir sambil membayangkan wajahnya, gag imut cuma manis, jelek sih tapi mempesona, gag tinggi tapi juga gag pendek. Ahhh, bingung…Kenapa sih dulu bisa suka ma dia? Padahal gag ada keistimewaannya tu, malah dia cuma anak ingusan yang belom tau apa-apa. Icchh, aku bego banget sih..sampe mau-maunya dibohongin ma anak kecil, kataku dalam hati.
Sudah satu bulan, aku menyimpan rasa sakit hati ini. Luka yang ia tinggalkan terlalu sulit tuk dilupakan. Ohhh, sungguh aku menyesal telah mengenalnya. Andai saja waktu ini dapat ku putar, aku tak ingin mengenalnya. Wajahnya yang terlihat polos sungguh menipuku. Aku pun kini membencimu, I HATE U.. terkutuk engkau dihatiku.
Namun kini aku sendiri
Tanpa cintamu lagi
Dan kini hanya kebencian yang tersisa
Untukmu, si pembawa luka..
Saat ini aku mencoba melupkannya, dan kembali menatap duniaku yang baru. Meski luka ini masih menyelimuti, namun aku tak ingin terus rapuh hanya karna luka yang pernah dia goreskan. Dan kini aku coba membuka hati untuk yang baru, namun aku tak ingin mengulang luka lama.

Pagi ini mentari seolah tersenyum kepadaku. Mungkinkah dia tau, apa yang ku rasakan kemarin dan aat ini. Sungguh berbeda ! kalau kemarin tak ada seurai senyum dibibirku, namun kali ini aku tersenyum dan trus tersenyum. Karena aku tak ingin mereka berfikir aku lemah dan rapuh karna cinta. Kini ku langkahkan kakiku menuju koridor sekolah, ku lihat temenku Riska duduk melamun di pojok taman. Lalu aku langkahkan kakiku mendekatinya.
“Ehemm…” kataku berdehem. Dan dia kini melihatku dengan ekor matanya, namun dia tak meresponku.
“Wah, kayaknya aku ganggu nich?” pekikku.
“Engga og.” Katanya singkat. Seolah dia berharap aku mundur beberapa langkah dari tempatku berpijak.
“Kenapa kamu Ris? Gag biasanya kamu kayak gini.” Kataku tak bisa menyembunyikan rasa penasaranku.
“Aku gag kenapa-napa og.” Jawabnya singkat namun tak menjawab rasa penasaranku. Aku terdiam sesaat sambil memikirkan sesuatu yang mungkin terjadi dengannya. Mungkinkah ini karna cinta? aku tak tau mengapa kata ini tiba-tiba terlintas dipikiranku.
“Kok ikut diem sih?” tanyanya seolah tau apa yang sedang aku pikirkan.
“Aku lagi mikir kemunngkinan yang terjadi.” kataku terus terang.
“Apa? Sama aku tho?” tanyanya lagi.
“Iya Ris, soalnya aku kuatir kan gag biasanya kamu kayak gini.” jawabku.
“Aku lagi mikirin dia, Ran.” pekik Riska.
“Dia siapa?” tanyaku tak mengerti.
“Vido.” jawabnya singkat namun nafasnya terasa berat.
“Kenapa dengan Vido?” tanyaku hati-hati, seakan takut dia tersinggung.
“Dia tahu Ran, dia tahu kalau aku yang selama ini sms dia.” jawabnya dan kini matanya berkaca-kaca. Aku terdiam sesaat sambil mencerna kata-katanya barusan.
“Ran, aku benar-benar mencintainya.” katanya dan kini dia mulai terisak.
Dia berlari menjauhi ku dan aku pun kini mengejarnya. Lalu aku menenangkannya, setelah tangisnya reda dia menceritakan semua tentang Vido. Aku setengah tak percaya, dia tahu segala hal tentang Vido. Wao, bener-bener amazing, pekikku dalam hati.

Setelah kejadian itu, dia lebih sering cerita tentang ‘Cinta’. Dan kini akulah yang jadi tempat curhatnya. Aku pun slalu mencoba memberikan saran untuknya. Dan suatu saat kami beragument tentang cinta.
“Ran, kalau menurutmu enak punya pacar satu kelas pa beda kelas?” tanyanya.
“Emm, satu kelas donk Ris.’’ jawabku sambil memutar-mutar pulpen kesayanganku.
“Tapi kalau menurutku enakan kalau beda kelas.’’ Jawabnya sambil senyum-senyum sendiri.
“Ich aneh, kok enakan kalau beda kelas sih?” tanyaku tak mengerti.
“Ehemm, pada ngomongin apaan nich?” tanya Opi. Temenku satu ini jail bangett ma cerewet abiss. Hehehe.. pokoknya kalau deket-deket dia bisa jadi pasien RSJ dadakan.
“Ech Ran,dicariin Arif tuh.” Katanya lagi sambil senyum-senyum ala jail.
“Cie,Cie….” timpal Riska.
“Ahhh, kalian ni apa-apaan sich.” kataku malu dan tanpa terasa pipiku memerah.
“Ssstt, dia dateng lho.” Kata Opi. Dan kami pun terdiam sesaat, dan tanpa ku sadari aku menatapnya dengan penuh kekaguman.
Jujur saja, sudah hampir satu bulan ini aku mengenal Arif. Kini aku mulai mengaguminya, dan hampir tiap hari aku sms Arif. Aku akui kalau engga smsan ma dia, rasanya seperti udah satu abad gag ketemu. Dan semakin hari aku makin dekat dengannya.
Dia gag nakal tapi juga gag alim, lumayan pinter, dan diantara cowok sekelasku dia yang paling rajin. Sampe-sampe aku suruh nyapu aja mau. Hehehehe…. Tapi bukan kerja rodi lho, meski ada unsure paksaan dikit.

Di pagi yang indah, dan udara yang sejuk. Seperti hari-hari biasanya, aku berkacak pinggang sambil memegang sapu di depan kelas. Ku nikmati udara sejuk di depan kelas, sambil menunggu temen-temen yang piket bersamaku hari ini. Aku jembreng ke dua mataku, lalu aku melihat lurus kedepan. Hemtz, aku heran kenapa sih jalannya yang aneh itu, justru memikat bangettt. Lalu ku lambaikan tanganku ke arahnya, seakan mengerti dia mempercepat langkahnya.
“Ada apa?’’ tanya Arif polos.
“Da apa, da apa? Piket tau, hemtz…” kataku seraya menyodorkan sapu ke arahnya.
“Gag mau.’’ Katanya keras kepala, seraya membuang muka.
“Ich, cuma disuruh nyapu aja sampe segitunya. KENAPA? Mangnya nyapu tu cuma kerjaan kaum cewek aja?” kataku dengan nada ketidaksukaan.
“Iya, iya mana aku nyapu.” Katanya pasrah.
Aku terus mengamatinya, dan aku takjub melihatnya. Dia ulangi lagi bila dilihatnya masih ada kotoran tersisa. Sungguh aku tak percaya. Ini kucing pa macan sih? pikirku. Aku terus berfikir sambil mencerna kejadian tadi, dia yang tadinya keras kepala bisa jadi senurut ini. Kini aku jadi tambah kagum ma dia, dan sungguh dia itu bener-bener spesial.

Hari demi hari pun ku lewati, dan rasa cintaku ma dia kini semakin dalam. Aku merasakan kalau dia juga punya rasa yang sama seperti ku. Tapi kini aku mulai resah, menunggu sebuah hal yang belum pasti.
“Kapan Rik, dia terus terang ma aku? Jujur saat ini aku mulai resah.” Tanyaku sambil menatapnya, berharap dia akan membantuku.
“Sabar Ran.” Kini dia menatapku iba.
Hari ini aku pulang dengan tangan kosong, ilmu yang tadi ku pelajari di sekolah ku rasa gag ke save di memori otakku. Saat ini badanku terasa lemas, tak ada daya dan seolah nyawa ini melayang. Aku berfikir tanpa henti sampai aku menemukan sebuah solusi. Apa mungkin aku yang harus memulainya? Tapi, mosok cewek yang memulai nyatain cinta. Engga ada salahnya sih, tapi aku gengsi. Karna seumur hidupku aku belum pernah nembak cowok duluan. Ntar dikira aku bukan cewek baik-baik lagi, pikirku sambil sesekali meremas boneka kesayanganku. “Emmm, apa aku pancing-pancing aja ya biyar mau ngaku.’’ Kataku kegirangan.
Malamnya, aku pun sms dia.

To : Arif
Mlm…
Kok belom dibales sih, apa pending ya? pikirku sambil melihat bintang berharap balesannya jatuh dari langit. Saat mataku mulai mengatup, hp ku berbunyi. Dan satu pesan pun diterima.

From : Arif
Jga..Da apa?

To : Arif
Gag da apa-apa og.. 

From : Arif
Beneran ni, gag da apa-apa? Tak kira mo minta no Vido lgi.

To : Arif
Yeee, buat apa klo aku ki..

From : Arif
Sante lho, aku kan cuma brcanda.

To : Arif
BTW, gi up nih?

From : Arif
Gi nonton TV, klo km?

To : Arif
Sama nw.. Tumben gag apel?

From : Arif
Ngapelin siapa? Lha aku aja gag punya pacar.

To : Arif
Hlah tenane? lha gebetan?

From : Arif
Haha, ra duwe aku ki..

To : Arif
Heh, tenane..msok gag da yg km suka?

From : Arif
Aku aja gag tau suka ma siapa.

To : Arif
Aku tau lho.. hehehe

From : Arif
Siapa? Hehehe

To : Arif
Aku.. hehehe

From : Arif
Hehe

To : Arif
Kok malah ngyu, pa bener tebakan ku ki?

From : Arif
H’m

To : Arif
Hehe

From : Arif
Tapi kalau aku ngrokok ma mabuk-mabukan lg gimana?

To : Arif
Klo km emang sayang ma aku, jgn sentuh barang haram itu lagi. Mau kan?

From : Arif
Iya aku mau, tapi bantu aku.
I LOVE U..

To : arif
I LOVE U TOO..
Aku percaya dan yakin dengan cintaku terhadapnya, saat dia mengatakan bahwa dia akan merubah segalanya demi aku.
Mulai saat itu dia mengajariku tentang makna cinta sebenarnya. Cinta itu tak memandang dari segi manapun. Cinta berawal dari kecocokan hati yang saling memberi dan melengkapi.

PROFIL PENULIS
Nama : Prahadika Maharaning Pratiwi
Facebook : Prahadhika Maharaning Pratiwi

Baca juga Cerpen Cinta yang lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar