KURELAKAN KAU UNTUKNYA SAHABATKU
Oleh Arina Zaida Ilma
Rania Daiza Mila. Itu namaku. Biasa di pangil Iza. Aku adalah seorang remaja yang baru berusia 16 tahun. Aku baru saja menjadi siswi SMA ternama di daerah Cilacap. Di sekolah itu aku mempunyai 3 teman baik, yaitu Safa, Siska, dan Ama. Hubungan kami amat baik, apalagi kami sekelas apalagi baru kenal.
Saat itu aku duduk sebangku dengan Safa di kelas XA. Sedangkan Siska dan Ama duduk di depan kami. Kami sangat kompak, ke sana ke mari selalu bersama layaknya saudara saja. Suatu saat ketika aku dan Safa sedang jalan-jalan mengelilingi koridor sekolah, tiba-tiba Safa melihat anak cowok yang menarik perhatiannya. Ternyata cowok itu Agha, kelas XB. Wow... aku kaget bukan kepalang. Tanpa disadari oleh Safa, ia menyukai pacarku. Hatiku tersentak, ingin memarahinya. Tapi, aku tak bisa melakukannya. Aku hanya bisa diam, dan tak bisa berkata apapun.
“Za, kamu kenapa? Bukankah cowok itu sangat tampan? Andaikan aku bisa jadi pacarnya, sungguh senang diriku... Benar kan Za?,” tanya Safa padaku. Aku tak bisa menjawabnya. Aku hanya bisa tersenyum sengit padanya.
Pulang sekolah, aku dan Safa mampir ke toilet, karena Safa ingin kencing. Aku pun menunggunya di depan toilet. Tiba-tiba terlintas di depanku seorang yang tinggi, gagah, putih dan tampan. Ia Agha. Agha menyapaku layaknya seorang kekasih.
“Hai say, ngapain di sini? Nunggu aku yah? Hehe,” Agha berkata dengan PD nya.
“Ih, apaan say? Ini lagi nunggu temen. Udah, kamu pergi gih? Entar temenku denger lagi?! Nanti kamu sms aku yah? .” Kataku tersenyum manis padanya.
“Iya-iya. See you baby,” kata Agha menebar pesona.
“See you too say,”
Aku dan Agha sudah berpacaran sedari kelas 2 SMP. Dan karenanya, aku berniat untuk melanjutkan SMA disini.
Tak lama, Safa keluar dari toilet dan bertanya padaku.
“Tadi kamu ngomong sama sapa? Kok kayaknya romantis banget?,”
“Enggak tau, tadi ada anak cowok ama cewek disini,” Jawabku menyembunyikan fakta.
***
Sampai rumah, aku pun langsung merauk HP ku untuk segera smsan dengan Agha. Ku buka sms dari Agha, dan ku balas seperti biasanya. Aku menceritakan kepadanya bahwa sahabatku suka dengan Agha. Agha tak menanggapinya dan membiarkannya. Kata Agha, ia tetap mencintaiku.
Semakin hari, Safa semakin terpikat oleh paras Agha yang begitu tampan dan menawan. Ia jatuh hati pada Agha. Aku pun semakin panas dan cemburu. Tapi aku tak rela mengatakan bahwa Agha adalah pacarku sejak SMP. Dengan ketegaran hati, ketika ia meminta nomor HP Agha, aku menyerahkannya. Itu ku lakukan demi sahabatku. Aku tak mau sahabatku terluka karenaku. Toh siapa saja boleh saling menyukai. Bukankah begitu?
Di luar dugaan, ternyata Safa dan Agha sering smsan. Apalagi ku buka inbox HP Agha, banyak pernyataan mengenai pacar, cinta dll. Parahnya, Agha mengaku masih jomblo. Aku langsung lari dan meneteskan airmata kepedihan yang mendalam.
“Kau anggap apa aku ini?!!! Jadi, selama ini kau tak menganggapku pacar!!!,” kataku sebelum meninggalkannya.
Agha pun berusaha mengejarku untuk menenangkan dan menjelaskan padaku. Tapi Agha tak mampu mengejarku karena aku sudah terlanjur jauh meninggalkannya kembali ke rumah mengurung di kamar tercinta.
Ponselku terus berdering, itu mungkin dari Agha. Aku tak meresponnya, malah mematikan ponselku. Aku terlanjur sakit hati pada Agha. Seiring berjalannya waktu, aku menjauhi Agha meskipun ia selalu menghampiriku di sekolah.
Seminggu berlalu, aku masih terbungkam membisu. Dan ku putuskan, untuk mengakhiri hubunganku dengan Agha. Tadinya Agha menyesal tlah berbuat seperti itu padaku, ia tak rela diputuskan olehku. Namun, ini harus ku lakukan. Agha pun semakin mengerti betapa tulusnya cintaku pada Agha. Lalu, ku ceritakan semua kepada Safa, sahabatku. Ia tak menyangka aku merelakan Agha hanya demi dirinya. Ia pun menangis malu padaku seolah ia merasa bersalah padaku. Tapi itu telah berlalu, lupakanlah.
Keyakinanku setelah putus dengan Agha adalah menyatukan cinta Safa pada Agha. Aku menjelaskan pada Agha, bahwa Safa mencintainya. Melalui sms ku yang terakhir, aku memohon pada Agha agar ia jangan pernah menyakiti Safa.
To : Agha
Agha, mungkin ini yang terbaik untuk kita. Jika kamu masih sayang padaku, aku minta kamu menjadi kekasih Safa dan jangan pernah sedikitpun kamu menyakitinya. Thx. This is my last sms Agha. I always love u.
Setelah beberapa hari, mereka pun jadian. Agha tak tega padaku. Ia tahu kini hatiku sedang terluka dan cemburu melihat Agha dan Safa pacaran. Tetapi, itulah kemauanku. Walaupun ia belum mencintai Safa, dan masih mencintaiku. Aku tetap memohon kepadanya untuk mencintai Safa. Semoga apa yang ku lakukan mendapatkan hidayah dan diganti dengan yang lebih baik olehNya. Amin....
“Lebih baik terluka, daripada harus melihat sahabatnya sendiri lebih terluka karenanya”
PROFIL PENULIS
Namaku Arina Zaida Ilma. Seorang remaja yang masih menggeluti dunia pendidikan di SMP. Terlahir di Klaten, 24 Feb 1998. Menulis adalah hobiku. It's enjoy.
FB : Arina Zaida Ilma
Twitter : @Arina_ZaidaIlma
Email : zaidailmaarina@yahoo.co.id
FB : Arina Zaida Ilma
Twitter : @Arina_ZaidaIlma
Email : zaidailmaarina@yahoo.co.id
Baca juga Cerpen Cinta yang lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar