Minggu, 27 Mei 2012

Cerpen Sosial - Saksi Bisu

SAKSI BISU
Oleh Martha Friska Sirait

Malam itu tepatnya disaat semua orang sedang terlelap dalam mimpi dan terbaring lelap dalam selimut hangat mereka masing-masing, terlihat ada seorang anak sedang berjalan ditengah gelapnya malam sembari memegang sebuah boneka anjing yang sudah lusuh dan koyak. Anak tersebut terus berjalan tanpa henti meskipun tapak kakinya sudah lepuh terkikis oleh panas jalan tadi pagi. Dia tidak tahu arah tujuan dan tidak tahu arah untuk pulang, sebab tidak ada lagi seseorang yang bisa dia datangi saat itu juga.
Hingga suatu ketika disaat dirinya berhenti di bawah lampu jalan yang redup, tiba-tiba ia merasa hawa dingin yang mengikutinya tidak lagi bersamanya. Ia terdiam dan menutup matanya sesaat untuk merasakan udara yang tadi terus bersamanya. Sama seperti angin malam yang berhembus cepat, tiba-tiba sesuatu menghampiri dirinya dan membungkam mulutnya hingga dia tak lagi bisa merasakan jari-jarinya sendiri.
“ Apa yang harus kita perbuat dengan anak ini ?”
“ Aku tidah tahu, bos hanya menyuruhku untuk membawanya kemari ”

Tru..tru..tru..., tiba-tiba terdengar bunyi handphone dari salah salah satu pria tersebut.
“ Hallo, iya bos... baik bos”
“ Kita disuruh untuk mengantar anak ini kesuatu tempat”
“ Kau tau tempatnya ?”
“ Ya, tidak terlalu jauh dari sini. Lekas angkas anak itu”
“ Baik ”.

Hembusan angin yang kecil dengan aroma kue yang begitu wangi telah membuat mata anak itu terbuka. Ia menoleh kearah kanannya dan melihat sesuatu yang ia kenal. Spike. Yah, itu adalah boneka anjing kesayangannya yang selalu ia bawa kemanapun ia pergi. Lalu ia bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan keluar dari pintu tanpa merasa keanehan sedikitpun tentang tempat itu.
“ Kau sudah bangun ? ”
 
Anak itu hanya mengangguk sekali
“Siapa nama mu, Nak?” sambil memegang pipi anak itu dengan lembut. Namun tak ada jawaban dari bibir kecil anak itu.
“Baiklah, kalau kamu belum mau mengasih tahu nama kamu, tapi ada baiknya kamu ikut bersama teman-temanmu untuk sarapan”.

Lalu wanita itu memegang tangan anak itu dan membawanya duduk dimeja makan dimana disana sudah banyak anak-anak yang seperti dia sedang menunggu sarapan mereka.
“ Nah, anak-anak sekalian sekarang kalian kedatangan teman baru, tapi dia belum mau memberitahu kita siapa namanya. Kira-kira siapa dari kalian yang berkenan untuk berkenalan dengannya ?”
“ Tidak perlu ! ”

Tiba-tiba kalimat itu keluar dari mulut anak itu
“ Sora, itu namaku. Jadi kalian tidak perlu memperkenalkan diri padaku”. Dengan tenang ia langsung meninggalkan tempat makan itu.
“ Sora, tidak baik berkata seperti itu kepada teman-temanmu, kamu harus sopan dengan mereka”

Anak itu menghentikan sejenak langkah kaki kecilnya kemudian membalikkan badannya dan menatap wanita itu.
“ Mereka bukan teman-temanku, mereka hanya anak-anak yang kebetulan bernasib sama denganku yang dipertemukan ditempat ini. Lagipula aku tidak ingin mengenal mereka”.
Secara tiba-tiba wanita itu terdiam membisu, matanya tak bisa digerakkan, mulutnya diam seperti dikunci dan tubuhnya tak mampu untuk bergerak. Seakan-akan anak itu telah memberikan sihir jahat padanya yang membuat dirinya merasa takut dan tak mampu untuk melepaskannya.Tok..tok..tok.., terdengar seseorang dari luar pintu sedang mengetuk pintu. Tok..tok..tok...Tok..tok..tok..., suara itu terdengar lagi, namun tidak ada jawaban satupun dari dalam kamar tersebut.

Tok...tok..tok..tok...tok..., suara ketukan itu semakin kencang terdengar namun tetap saja tak ada jawaban dari dalam kamar. Hingga tiba-tiba suara ketukan itupun berhenti. Seseorang yang berada dalam kamar tersebut melangkah kearah pintu dan mencoba melihat keluar, apakah orang yang mengetuk tadi sudah pergi atau belum. Saat dia yakin bahwa tidak ada lagi orang diluar, maka dia membalikkan badannya dam mencoba kembali ketempat tidurnya. Namun disaat ia berbalik, sesuatu mengejutkannya.
“Aaahhh...”

Suara teriakan itu bersamaan keluar dari mulut anak itu dan seseorang yang terlihat dari balik jendela. Dengan cepat anak itu membuka kaca jendela dan menarik orang itu kedalam.
“ Aduh..aduh.., pelan-pelan dong ! ”
“ Sedang apa kamu ?”
“ Aku tadi mengetuk pintu kamarmu, tapi kamu tidak menjawab. Maka dari itu aku mencoba memeriksamu dari jendela mana tahu terjadi apa-apa dengan mu”.
“Aku tidak apa-apa, sekarang pergilah”
“ Tunggu, ada yang ingin aku katakan kepadamu”
“ Aku tidak mau dengar”
“ Ini yang terakhir” sambil memasang wajah yang memelas.
“ Katakan dengan cepat !” sambil bertolak pinggang dan menatapnya dengan sinis.
“ Aku Lee, senang bertemu denganmu”
“ Kamu hanya ingin mengatakan itu ?”
“ Iya, tapi ada hal yang lebih penting yang ingin aku tanyakan”
“Apa ?”
“ Kata-katamu yang tadi pagi saat di ruang makan apakah kamu serius mengatakannya ?”
“ Tidak”
“ Terus kenapa kamu mengatakannya ?”

Dengan perlahan Sora mendekati Lee dan mengendus-endus tubuhnya.
“ Kamu bau !”
“ Apa ? memang hubungannya dengan aku apa ?
“Entahlah. Waktumu telah habis, sekarang keluarlah”
Haripun telah berlalu, meskipun Sora melalui hari-hari dengan anak-anak seusianya di tempat itu, namun sifatnya tidak berubah. Pola fikirnya masih terlihat seperti orang dewasa dan sangat cerdik. Suatu hari ketika disaat dia sedang keluar untuk menghirup udara malam, dengan tidak sengaja ia melihat dua orang pria sedang berdiri dibawah pohon beringin sambil merokok. Mereka terlihat sedang menunggu seseorang ditempat itu. Karena penasaran, ia mendekati tempat itu dan mengintip mereka dari kejahuan.

Dengan memusatkan pandangan matanya kearah orang itu dan menajamkan pendengarannya, ia mulai berfikir dan memutar otaknya untuk mengetahui keanehan itu. Dengan terkejut ia tidak mempercayai sesuatu yang telah ia lihat. Setelah beberapa lama mengamati mereka, ia langsung kembali ketempat kediamannya.
“ Dari mana saja kamu ?”
“ Menghirup udara malam”
“ Kamu tahu peraturan disinikan ?”

Tapi pertanyaan itu tak digubris oleh Sora sedikitpun. Ia hanya memainkan matanya dengan melirik kekiri, kekanan, kebawah dan keatas. Dan sesekali ia mengorek kupingnya hingga membut geli dirinya sendiri. Karena merasa kesal atas sikap Sora, Lee langsung menekan kedua pipi Sora dengan ujung jari telunjuk dan jempolnya.
“ Jangan pernah mempermainkan aku!”

Tapi dengan kuatnya, Sora langsung menepis tangan Lee hingga terlepas dari pipinya.
“Aku tidak pernah sedikitpun takut kepadamu !” sambil memainkan telunjuknya kearah wajah Lee, kemudian ia berlalu dengan tenangnya.

Keesokan harinya seperti biasa anak-anak selalu bekerja sama untuk membereskan rumah. Semua begitu semangat ketika mengerjakan tugas mereka masing-masing. Namun disaat semua anak sedang bekerja tiba-tiba Lee menghampiri Sora dan menyapanya.
“ Hai, mengenai hal semalam aku minta maaf”
“Tidak perlu, aku sudah tidak mempermasalahkan itu lagi. Sekarang pergilah !”
“Mengapa kamu begitu bersikap sinis padaku ? padahal kita sama”
“Tidak, aku bukan manusia sepertimu. Jadi pergilah dari hadapanku !”

Malam begitu indah ketika langit menyelimuti bumi dengan penuh bintang-bintang. Dan kunang-kunang bertaburan menghiasi sunyinya malam itu. Tapi itu tidak dapat ia lihat karena tubuhnya tengah terbalut tali yang telah terikat kuat disekujur tubuhnya. Bibirnya lebab sebab terkena pukulan yang keras, serta keningnya yang bercucuran darah akibat terkena pukulan dari balok kayu yang mengenainya.
“Sejauh mana kamu mengetahui masalah ini ?”
“Apa berarti yang aku ketahui itu adalah benar ?”

Tanpa pandang bulu, pria itu langsung memukul wajahnya dan menendangnya sampai terpental jauh kebelakang.
“Dasar tak berguna !”
“Lalu bagaimana dengan mereka, kau juga tidak menganggap mereka tidak berguna sementara kau mengambil organ tubuh mereka dan menikmatinya”
“Kau juga akan bernasib sama dengan mereka, jadi tunggulah giliranmu”
Setelah pria itu meninggalkan Sora sendirian, maka dengan cepat Sora langsung pengeluarkan pisau silet dari mulutnya dan melemparkannya mendekati tangannya agar bisa mengambilnya. Gerakan kecil yang cepat dari tangannya membuat tali itu terputus dan terlepas dari ikatan yang membelenggunya. Dengan bergegas Sora langsung kabur dari tempat itu dan keluar mencari teman-teman yang lain. Namun tak satupun anak-anak lain ditemukannya.
Lalu ia mencoba keluar dari rumah itu, sesaat ingin membuka pintu ia melihat sesuatu dibalik pintu kamar ruangan mother, yang tidak lain adalah ibu asuh mereka sendiri. Dengan perlahan ia mendekati ruangan itu. Tangannya telah bersiap untuk membuka pintu itu dan dengan berani ia langsung memasuki ruangan itu. Sekujur tubuhnya menjadi kaku dan matanya tidak mampu untuk berpaling dari pandangannya karena kakinya seakan-akan telah terpegang kuat oleh sesuatu untuk tidak bisa pergi dari tempat itu. Sesaat ia ingin muntah dan menutup mulutnya dengan tangannya.

Dan tanpa sadar ia menitikkan air mata dan tersungkur kelantai setelah dia tak mampu lagi untuk berdiri. Dengan mata kepalanya sendiri, ia melihat tubuh dari teman-temannya telah termutilasi dengan sadis dan semua organ-organ tubuh mereka berserakan diseluruh lantai itu. Ia tidak percaya, namun dengan memberanikan diri ia mendekati mereka dan mencoba untuk mengenalinya agar bisa mengetahui siapa saja yang belum menjadi korban dari pria jahat itu.
“ Hanya dia, aku sudah menduganya”
“Kau benar !”

Meskipun terkejut, dengan cepat Sora langsung menjaga jarak dan mengambil pisau yang ada di lantai kamar itu.
“Kenapa Lee, Bukannya kau sayang pada mereka?”
“Mereka bukan siapa-siapa buatku”
Dan tanpa membutuhkan banyak waktu, Lee langsung menerkam Sora layaknya serigala yang hendak menangkap mangsanya. Namun hal itu sudah diperhitungkan oleh Sora, maka dengan cepat ia menahan serangan dari Lee dan menendang tubuhnya hingga tersungkur kebawah. Tapi tendangan itu tak bertahan lama, Lee langsung bisa bangkit lagi dan mengambil pisau dari balik bajunya dan mencoba untuk menikam Sora. Perkelahianpun terjadi dengan sengit, beberapa tusukan mengenai tubuh Sora, tapi perkelahian itu seimbang dengan tertusuknya Lee dari mata pisau Sora.

Mereka sudah seperti kerasukan setan yang saling terus menyerang untuk saling membunuh satu dengan yang lain. Saling mempertahankan diri dengan menangkis semua tusukan pada mereka dengan tubuh-tubuh bangkai dari teman-teman mereka sendiri. Namun sudah menjadi kodrat seorang wanita dimana tenaga pria jauh lebih unggul dibanding kekuatan wanita. Sora akhirnya tertusuk di bagian perut kirinya dan tersungkur jatuh kelantai. Lee merasa puas dan membiarkan Sora tetap dilantai. Lalu Lee mengunci kamar itu dan menyiram seluruh rumah itu dengan minyak lampu.
“Lee, apa yang terjadi padamu?”
“Wanita itu ternyata sedikit kuat”
“Lalu, apa yang terjadi?”
“Tenang saja Mother, dia sudah aku bereskan”
“Bos, mobil sudah saya siapkan. Sekarang kita sudah bisa bergerak”
“Lee, pergilah dengan mereka, aku akan menyusulmu nanti”
“Baik Mother”

Setelah mobil mereka bergerak, Mother pergi kesuatu tempat untuk mengambil semua organ-organ tubuh anak-anak itu untuk dijualnya kepada orang lain. Tapi begitu terkejutnya dia ketika semua koper yang berisi organ tubuh tersebut tidak ada.
“Kau mencari ini?”
“Kau ?”

Tapi tanpa mengulangi kesalahan yang sama, Sora langsung mengunci pintu tempat Mother berada. Dia mengambil alih semua organ tubuh itu dan membawanya keluar.
“Hei, anak brengsek, keluarkan aku dari sini!”

Dengan cepat Sora langssung meninggalkan tempat itu. Hanya berselang waktu sepuluh menit, Lee dan komplotannya kembali kerumah itu untuk melepaskan Mother. Sesaat mereka akan keluar, tiba-tiba mobil polisi telah mengepung mereka. Dan akhirnya mereka tertangkap.
“Dari mana komandan tau kalau disini ada tindakan kriminal?”
“Seseorang mengirimku surat, didalam surat itu dikatakan bahwa dirumah ini akan menjadi rumah penjahat. Dan jika saja kita mengabaikannya, kita akan menyesal meski pada dasarnya kita telah kehilangan banyak nyawa anak-anak tidak berdosa”.
“Lalu siapa pengirimnya?”
“Aku tidak tahu, yang pasti Tuhan sedang mengirimkan bantuannya kepada kita untuk mengungkapkan kasus yang telah kita selidiki selama ini”.
Setelah kejadian itu berlalu, tidak seorangpun dikatakan selamat dalam peristiwa itu. Namun hanya Dialah yang Maha tahu semuanya, termasuk keberadaan anak itu.
 
PROFIL PENULIS
Namaku Martha Friska Sirait, 
Lahir di Medan pada tanggal 01 Maret 1991.
Sekarang aku berkuliah di Universitas HKBP Nommensen Medan dan mengambil jurusan FKIP Bahasa Indonesia.
Alamat facebook saya conansirait@ymail.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar