LOVE VOICE
Cerpen Inwor
Pagi yang cerah untuk berolahraga,namun kali ini ada seorang cewe yang memandangi fajar dibalik jendela kamar tempat dia beristirahat. Rara, seorang cewe yang dulunya adalah pemain basket. Kini harinya tidak secerah itu, sejak mag yang yang sering kambuh dia memilih untuk berhenti dan gak mau kenal lagi sama basket. Suara burung beo yang suka sekali meledeknya hingga Rara kesal, burung beo itu milik adiknya Raka. Ibu melahirkan anak kembar cewe dan cowo, mereka hanya selisih 5 menit banyak tetangga yang memuja kemanisan adiknya. Sementara Rara dipuja-puja para kaum adam karena rambutnya yang indah dengan senyum kempot diwajahnya siapa yang tidak akan tahan belum lagi wajahnya yang sendu begitu merona ketika sedang berbicara mereka semua ramah pada siapapun sampai pada suatu hari Rara jatuh sakit dia terkena penyakit Tipes dan DB sekaligus, semuanya begitu cemas tapi hal itu tidak lekas membuat Raka jadi iri karena tidak diperhatikan.
“ Rara.., makan bareng yuk...” Ajak Raka sambil mengaduk-aduk bubur ayam.
“ Kamu makan apa itu?” Tanya Rara kepingin, lalu Raka mendekat sambil menyuapi Rara.
Ibu sedang menyirami kebun kecil didepan rumah, tak lama Ayah pulang dari bekerja karena kena shif malam makanya baru pulang dipagi hari.
“ Ibu, Ayah pulang... kamana anak-anak?” Sapa Ayah membuka gerbang,
“ Itu lagi pada didalem, “ Jawab Ibu, “ Yah.. nanti bajunya taro diember yah.. baju yang bersih sudah ibu siapkan diaas tempat tidur. Sarapan di meja makan oke..”
“ Iya, sayang terimakasih...”
Terlihat dari kejauhan, tetangga yang ngeksis melihat rumah tetangga satu persatu itu memantau keluarga sikembar, dan rumah lainnya.
“ Halo Rara.. Raka,, Ayah bawa sesuatu nih..” Kata Ayah sambil tersenyum melihat kedua anaknya rukun.
“ Hamsters..? ihwow...” Kata Rara sambil melompat dari tempat tidur.
“ EH! Awas tar jatoh jeuh...” Raka cemas.
“ Kamu udah sehat banget apa? Kok lompat-lompat segala..” Tanya Ayah sambil mengelus rambut Rara yang kusut,
Ibu masuk lalu menyisirkan rambut Rara yang terurai. Raka membawa basket lalu berniat main keluar, melihat itu Rara memalingkan wajahnya.
“ Kenapa Ka..? Ayu ikut yuu.. kaka ditanya in loh sama temen-temen..”
Rara hanya diam membisu, lalu ketika akan melangkah menuju kamar tiba-tiba nafasnya terhambat seperti asma tapi dia tidak pernah asma apalagi kumat. Lalu terjatuh disamping Ayah yang sedang duduk minum kopi,
“ Ayah..!!!” Teriak Ibu,
Rara berhasil ditangkap Ayah, hampir saja Rara jatuh. Ibu tersenyum untuk mencairkan suasana melow Rara karena tiba-tiba lemas. Raka langsung menggelindingkan bola basketnya lalu mengambil gitar sambil mengajak Rara keteras belakang rumah.
“ Ra, keteras yu.. aku punya lagu baru loh..” Ajak Raka sambil menuntun Rara.
“ Raka, kamu malu gak punya saudara penyakitan kaya gini,?” Tanya Rara tiba-tiba mengheningkan suasana.
“ Enggalah! Emang kenapa??” Raka heran.
“ Jujur aja lagi... gak apa-apa kok..”
“ Beneran deh!? Apa mau bukti?” Tantang Raka, “ Ayio..main ke alun-alun ?”
Ayah sedikit berisyarat kepada Raka untuk tidak mengajaknya jalan-jalan keluar, Ibu tersenyum kaku. Raka memandangi kedua orangtuanya kemudian menoleh kearah kakanya.
Raka bergumam, “ Seandainya kaka sakit itu karena aku gimana? Tapi udah 3bulan lebih kaka gak main basket? Terus temen-temen ngira dia sombong padahal Cuma gara-gara kondisi fisiknya aja yang naik turun gini. Kapan lagi kalo gak sekarang dia jalan-jalan paling gak ngirup udara aja gitu???”
“ Raka..” Ayah memperingatkan.
“ Ayah...” Panggil Rara tersenyum.
Rara berjalan dengan adiknya pelan-pelan, kebetulan semua temannya sedang kumpul. Ketika keluar dari pintu rumah, Ibu menyuruh Minum susu. Shinta yang melihat Rara keluar rumah langsung.
“ Yeeeey!! Rara keluar, “ Kata Shinta,
“ Rara.. kemana aja kamu gak pernah keliatan” Tanya Tika,
“ Rara main basket lagi yuks..” Ajak Hilda,
“ Temen-temen... Kaka baru mendingan doang nih.. “ Ucap Raka.
“ Apa Ka? Emang sakit apa?” Tanya Hilda.
“ DB sama TIP............!!!!” kata Raka yang kakinya diinjek Rara, “ peees.....”
“Oh...” kata temen-temen sambil berlalu.
Rara memberi isyarat agar jangan terlalu membuka rahasia dia sakit apa. Temen-temen agak bingung. Gak lama dateng Putra, cowo yang sempet nembak Rara yang sampai sekarang belum dijawab sama Rara.
“ Rara...” Panggil Putra.
Rara menjawabnya dengan senyum. Raka sedikit canggung karena dia tau Putra suka sama Rara.
“ Ka.. ayoo jalan...” Ajak Raka
“ Nanti dulu..” Rara sedikit melihat ke Putra,
Putra memakai gelang Rara talisepatu yang berwarna ungu, Putra hanya memanggil dan tidak berkata hanya menunggu Rara memangggilnya.
“ Aku gak akan ngomong sampai kamu yang mulai Ra.. aku akan nunggu, “ Gumam Putra dalam hati.
“ Putra...” Panggil Rara, “ Temenin kita jalan-jalan yu..”
“ Gimana kabar kamu,?” Rara membuka pertanyaan, Raka hanya geleng-geleng ke arah Putra.
“ Baik.. kamu?” Jawabnya singkat.
“ Sama.. kamu kenapa masih pake gelang itu..” Tanya Rara.
Raka mengajak duduk dialun-alun lalu sebelum Putra menjawab, Raka langsung ngerti,
“ Ka,kamu duduk.. Put jagain bentar kaka ku ya, “ Kata Raka sambil memberikan pandangan mata yang penuh arti ke Putra.
“ Hemm... gak apa-apa Raka..” Jawab Rara.
Raka tersenyum kuda lalu berlalu meninggalkan mereka dia bermain basket,
Tiba-tiba saja angin meniup wajah mereka yang sendu, antara Rara yang tersenyum kecil karena bisa bertemu dengan Putra, dengan Putra yang baru tau Rara bukannya menggantungkan prasaannya hanya saja kondisi Rara gak mungkin juga ngebahas ini.
“ Ra..aku boleh gak main kerumah kamu?” Tanya Putra.
“ Boleh kenapa gak pernah main...?” kata Rara
“ Belum dapet izin, hm? Kamu udah makan>?” Putra gakmau bahas tentang perasaannya.
“ Maafin aku ya, gak jawab yang ...”
“ Gak apa-apa kok, aku udah tau jawabannya Ra...” Ucap Putra,
“ Maksudnya...???” Rara bingung,
“ Rumah kita sebelahan kan..” kata Putra.
“ Iya.. terus?”
“ yauda.. hehe..” Kata putra dengan santainya.
Rara bener-bener gak ngerti, lalu hanya menggaruk-garuk rambut. Sambil menahan batuk. Putra memberikan botol minumnya, dari kejauhan ternyata Raka memantau kakanya itu dengan temannya.
“ Aku gak ngerti nih..? bisa kasih penjelasan..??” Tanya Rara.
“ Kamu waktu itu kamu bilang tentang makna indah pada waktunya, aku udah ngerti kok.. kita dari kecil main bareng, dan seandainya Tuhan mengizinkan kita bertemu kembali..” kata Putra sambil menyelendangi Rara dengan sarung tangannya dikepala Rara yang menutupi rambut indahnya, “kamu akan mengerti maksudku..”
“ Putra...” Panggil Sisi dari belakang,
“ Lho? Sisi.. ngapain kamu disini?” Tanya Putra,
“ Nyariin kamu, ayoo main..!!” Katanya sambil menarik Putra pergi.
“ Iya..iya, Rara aku duluan yah..” Kata Putra.
Raka pun menghampiri kakanya yang sedang berfikir.
“ Kenapa ka??” Tanya Raka.
“ Gak apa-apa, itu siapanya Putra ya??” Tanya Rara.
Raka menggelengkan kepalanya sambil menurupi wajah murungnya melihat kakanya seperti orang bingung. Lalu ada tukang es tung-tung lewat. Rara menasang matanya ke es tung-tung itu.
“ Jangan ka.. kamu kan dilarang makan es. “ Kata Raka,
Rara memasang wajah berharap, yang membuat Raka tak tega akhirnya mereka makan es tungtung tersebut, sambil bercanda-canda dibawah pohon rindang.
“ Rara..nanti kalo aku sudah siap aku akan kembali untukmu seutuhnya..” Gumam Putra dari kejauhan.
“ Uta, Sisi mau jajan dong...” Kata Sisi merengek.
“ Ade.. kamu itu udah jajan banyak tadi, kaka gak bawa uang banyak.. nanti aja minta buatin sama mama oke..ayo..pulang..”
“ Ibu, Ayah pulang... kamana anak-anak?” Sapa Ayah membuka gerbang,
“ Itu lagi pada didalem, “ Jawab Ibu, “ Yah.. nanti bajunya taro diember yah.. baju yang bersih sudah ibu siapkan diaas tempat tidur. Sarapan di meja makan oke..”
“ Iya, sayang terimakasih...”
Terlihat dari kejauhan, tetangga yang ngeksis melihat rumah tetangga satu persatu itu memantau keluarga sikembar, dan rumah lainnya.
“ Halo Rara.. Raka,, Ayah bawa sesuatu nih..” Kata Ayah sambil tersenyum melihat kedua anaknya rukun.
“ Hamsters..? ihwow...” Kata Rara sambil melompat dari tempat tidur.
“ EH! Awas tar jatoh jeuh...” Raka cemas.
“ Kamu udah sehat banget apa? Kok lompat-lompat segala..” Tanya Ayah sambil mengelus rambut Rara yang kusut,
Ibu masuk lalu menyisirkan rambut Rara yang terurai. Raka membawa basket lalu berniat main keluar, melihat itu Rara memalingkan wajahnya.
“ Kenapa Ka..? Ayu ikut yuu.. kaka ditanya in loh sama temen-temen..”
Rara hanya diam membisu, lalu ketika akan melangkah menuju kamar tiba-tiba nafasnya terhambat seperti asma tapi dia tidak pernah asma apalagi kumat. Lalu terjatuh disamping Ayah yang sedang duduk minum kopi,
“ Ayah..!!!” Teriak Ibu,
Rara berhasil ditangkap Ayah, hampir saja Rara jatuh. Ibu tersenyum untuk mencairkan suasana melow Rara karena tiba-tiba lemas. Raka langsung menggelindingkan bola basketnya lalu mengambil gitar sambil mengajak Rara keteras belakang rumah.
“ Ra, keteras yu.. aku punya lagu baru loh..” Ajak Raka sambil menuntun Rara.
“ Raka, kamu malu gak punya saudara penyakitan kaya gini,?” Tanya Rara tiba-tiba mengheningkan suasana.
“ Enggalah! Emang kenapa??” Raka heran.
“ Jujur aja lagi... gak apa-apa kok..”
“ Beneran deh!? Apa mau bukti?” Tantang Raka, “ Ayio..main ke alun-alun ?”
Ayah sedikit berisyarat kepada Raka untuk tidak mengajaknya jalan-jalan keluar, Ibu tersenyum kaku. Raka memandangi kedua orangtuanya kemudian menoleh kearah kakanya.
Raka bergumam, “ Seandainya kaka sakit itu karena aku gimana? Tapi udah 3bulan lebih kaka gak main basket? Terus temen-temen ngira dia sombong padahal Cuma gara-gara kondisi fisiknya aja yang naik turun gini. Kapan lagi kalo gak sekarang dia jalan-jalan paling gak ngirup udara aja gitu???”
“ Raka..” Ayah memperingatkan.
“ Ayah...” Panggil Rara tersenyum.
Rara berjalan dengan adiknya pelan-pelan, kebetulan semua temannya sedang kumpul. Ketika keluar dari pintu rumah, Ibu menyuruh Minum susu. Shinta yang melihat Rara keluar rumah langsung.
“ Yeeeey!! Rara keluar, “ Kata Shinta,
“ Rara.. kemana aja kamu gak pernah keliatan” Tanya Tika,
“ Rara main basket lagi yuks..” Ajak Hilda,
“ Temen-temen... Kaka baru mendingan doang nih.. “ Ucap Raka.
“ Apa Ka? Emang sakit apa?” Tanya Hilda.
“ DB sama TIP............!!!!” kata Raka yang kakinya diinjek Rara, “ peees.....”
“Oh...” kata temen-temen sambil berlalu.
Rara memberi isyarat agar jangan terlalu membuka rahasia dia sakit apa. Temen-temen agak bingung. Gak lama dateng Putra, cowo yang sempet nembak Rara yang sampai sekarang belum dijawab sama Rara.
“ Rara...” Panggil Putra.
Rara menjawabnya dengan senyum. Raka sedikit canggung karena dia tau Putra suka sama Rara.
“ Ka.. ayoo jalan...” Ajak Raka
“ Nanti dulu..” Rara sedikit melihat ke Putra,
Putra memakai gelang Rara talisepatu yang berwarna ungu, Putra hanya memanggil dan tidak berkata hanya menunggu Rara memangggilnya.
“ Aku gak akan ngomong sampai kamu yang mulai Ra.. aku akan nunggu, “ Gumam Putra dalam hati.
“ Putra...” Panggil Rara, “ Temenin kita jalan-jalan yu..”
“ Gimana kabar kamu,?” Rara membuka pertanyaan, Raka hanya geleng-geleng ke arah Putra.
“ Baik.. kamu?” Jawabnya singkat.
“ Sama.. kamu kenapa masih pake gelang itu..” Tanya Rara.
Raka mengajak duduk dialun-alun lalu sebelum Putra menjawab, Raka langsung ngerti,
“ Ka,kamu duduk.. Put jagain bentar kaka ku ya, “ Kata Raka sambil memberikan pandangan mata yang penuh arti ke Putra.
“ Hemm... gak apa-apa Raka..” Jawab Rara.
Raka tersenyum kuda lalu berlalu meninggalkan mereka dia bermain basket,
Tiba-tiba saja angin meniup wajah mereka yang sendu, antara Rara yang tersenyum kecil karena bisa bertemu dengan Putra, dengan Putra yang baru tau Rara bukannya menggantungkan prasaannya hanya saja kondisi Rara gak mungkin juga ngebahas ini.
“ Ra..aku boleh gak main kerumah kamu?” Tanya Putra.
“ Boleh kenapa gak pernah main...?” kata Rara
“ Belum dapet izin, hm? Kamu udah makan>?” Putra gakmau bahas tentang perasaannya.
“ Maafin aku ya, gak jawab yang ...”
“ Gak apa-apa kok, aku udah tau jawabannya Ra...” Ucap Putra,
“ Maksudnya...???” Rara bingung,
“ Rumah kita sebelahan kan..” kata Putra.
“ Iya.. terus?”
“ yauda.. hehe..” Kata putra dengan santainya.
Rara bener-bener gak ngerti, lalu hanya menggaruk-garuk rambut. Sambil menahan batuk. Putra memberikan botol minumnya, dari kejauhan ternyata Raka memantau kakanya itu dengan temannya.
“ Aku gak ngerti nih..? bisa kasih penjelasan..??” Tanya Rara.
“ Kamu waktu itu kamu bilang tentang makna indah pada waktunya, aku udah ngerti kok.. kita dari kecil main bareng, dan seandainya Tuhan mengizinkan kita bertemu kembali..” kata Putra sambil menyelendangi Rara dengan sarung tangannya dikepala Rara yang menutupi rambut indahnya, “kamu akan mengerti maksudku..”
“ Putra...” Panggil Sisi dari belakang,
“ Lho? Sisi.. ngapain kamu disini?” Tanya Putra,
“ Nyariin kamu, ayoo main..!!” Katanya sambil menarik Putra pergi.
“ Iya..iya, Rara aku duluan yah..” Kata Putra.
Raka pun menghampiri kakanya yang sedang berfikir.
“ Kenapa ka??” Tanya Raka.
“ Gak apa-apa, itu siapanya Putra ya??” Tanya Rara.
Raka menggelengkan kepalanya sambil menurupi wajah murungnya melihat kakanya seperti orang bingung. Lalu ada tukang es tung-tung lewat. Rara menasang matanya ke es tung-tung itu.
“ Jangan ka.. kamu kan dilarang makan es. “ Kata Raka,
Rara memasang wajah berharap, yang membuat Raka tak tega akhirnya mereka makan es tungtung tersebut, sambil bercanda-canda dibawah pohon rindang.
“ Rara..nanti kalo aku sudah siap aku akan kembali untukmu seutuhnya..” Gumam Putra dari kejauhan.
“ Uta, Sisi mau jajan dong...” Kata Sisi merengek.
“ Ade.. kamu itu udah jajan banyak tadi, kaka gak bawa uang banyak.. nanti aja minta buatin sama mama oke..ayo..pulang..”
PROFIL PENULIS
Nama : Indry Woro
TTL : Tangerang, 27 Agustus 1991
Hal yg disukai : Semua yg mengasikkan
TTL : Tangerang, 27 Agustus 1991
Hal yg disukai : Semua yg mengasikkan
Hal yg dibenci : Bingung,
Musik : all genre
Fb : iwoor27@gmail.com
About Me : Terserahlah, :D
About Me : Terserahlah, :D
Baca juga Cerpen Cinta yang lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar