Selasa, 08 Mei 2012

Cerpen Motivasi - Cinta ISMA

CINTA ISMA
Cerpen Fauziah Mangunsong

“ Ketika ditanya sampai mana kamu mencintai ISMA, maka jawab apa yang akan kalian utarakan? “ tanya salah seorang yang berdiri dihadapan meja diskusi kami. Kabarnya laki – laki yang sedang bertanya pada kami itu adalah salah seorang terpenting dalam organisasi ISMA ini.
Tak ada terdengar suara apapun yang memberi jawaban atas pertanyaan kakak itu. Sampai akhirnya ia buka suara lagi.
“ Ada tanggapan ? ”
“ Saya kak….” Ujar seorang yang berada di belakang bangku Uci.
“ Ok, silahkan !“
“ ISMA menurut saya amat berarti dalam kehidupan saya. Jujur, sejak saya bergabung dalam ISMA sulit rasanya untuk mengatakan bahwa dalam ISMA itu membosankan, menyebalkan, menderita dan sebagainya. Karena pada dasarnya yang saya rasakan dalam ISMA selalu ada rasa kebersamaan, kepedulian,dan kenyamanan. Dan saya mengartikan itu semua sebuah rasa cinta dalam ISMA. Jika ditanya sampai mana saya mencintai ISMA, saya mencintai ISMA seperti saya mencintai diri saya sendiri. Apapun akan saya lakukan demi ISMA “ ujar orang itu dengan pasti yang membuat anak – anak lainnya ikut memahami arti dalam organisasi tersebut.
“ Waw... keren banget ngomongnya “ ujar Uci dalam hati. Ia melirik orang yang dibelakangnya itu. Kelihatannya dia anggota baru.
“ Ada yang lain ?“ tanya pembina itu lagi berhadap ada teman yang lain memberi pendapat.
“ Kak…..! ” seseorang mengajukan tangan ke atas. Azhar namanya yang juga anggota lama. Dia selalu menghindar kalau sudah diajak berfikir. Namun kali ini.....? ia kemudian melanjutkan kata – katanya“ saya mau permisi bentar, boleh ? “
“ Ye......“ keluh kawan – kawan setelah tau maksud Azhar menganjungkan tangannya.
“ Ya silahkan...“ ujar kakak itu.
“..............“ pembicaraan berlanjut hingga dapat kesimpulan dalam forum kali ini. Dan kesimpulan ini disampaikan oleh moderatornya.
“ Jadi begini adik – adik kami sekalian, yang kami harapkan pada kalian, marilah kita bersama – sama mencintai apa – apa yang ada dalam ISMA dan sama – sama menbangun ISMA untuk kedepannya. Bila kita mencintai ISMA seperti kita mencintai kita sendiri, saya yakin kita gak akan pernah membiarkan ISMA ini hancur dengan hasil yang cuma – cuma. Ok..saya rasa cukup sampai di sini........“ acara kemudian ditutup dengan hamdalah.
Semuanya kemudian bubar bakal kembali kegiatan masing – masing. Uci buru – buru menghampiri cewek yang sejak tadi ingin disapanya itu. 

1
Yang tadinya cewek itu hendak keluar dari ruangan itu jadi batal karena mendengar Uci menyapanya.
“ Hai…, kenalin gue Uci. Anggota baru ya ?” sapa ramahnya.
“ Hai..Gue Evi. Ya, gue emang anggota baru di ISMA. Emangnya kenapa ? ” balasnya mengerutkan dahinya. Evi tau Uci anggota lama ISMA. Tapi kenapa Uci menanyakan tentang statusnya di ISMA.
“ Gak papa kok. Gue Cuma baru nyadar aja, kalau di ISMA itu ada juga cewek yang pinter. Ya...kayak loe gini ? “
“ Loe berlebihan deh. Gue liat di ISMA semuanya orang terpelajar.“
“ Emang. Cuma gue salut aja ama loe. Gue jadi pengen belajar dari loe gimana caranya memberi pendapat yang bagus kayak loe. Loe mau gak ajari gue..?“
“ Bukannya gue gak mau, masalahnya gue gak bisa ngajari orang.“
“ Ayolah...“
“ Gue rasa loe sendiri juga udah bisa. Hanya saja loe aja yang gak mau ngeluarin pendapat loe “
“ Ya...kadang apa yang pengen gue omongin udah keduluan ma orang lain. Mau ngomong apa lagi coba ?“
“ Kalau gue nih ya, saat pendapat gue udah keduluan orang lain. Gue tetap ngeluarin pendapat gue itu dengan kata saya sepakat dengannya. Ya…loe tinggal nambah kata – kata yang menurut loe perlu ditambahi dari pendapatnya. Gampangkan !“
“ Bener juga ya..thanks ya masukannya.“
“ Dalam ISMA itu kan mesti saling tolong menolong.” Ujar Evi sambil tersenyum pada Uci. Uci pun ikut tersenyum mendengar kata terakhir Evi.

J J J J J

Tepat di malam terakhir acara pengkaderan tidak dengan forum lagi. Melainkan di tanah lapang yang mana acara api unggun akan dimulai. Dengan suasana santai dan bersahabat. Tidak lagi dengan pembina atau dibina namun kesopan santunan tetap wajib dijaga demi nama baik ISMA.
“ Vi, loe udah tau belum kalau kak Irham dapat beasiswa di Kairo namun ditolaknya karena ia lebih peduli ama ISMA.“ Ujar Uci pada Evi yang berdiri disampingnya sambil menunggu pengarahan.
“ Itu kan kesempatan yang langka banget. Jarang – jarang lho orang dapat beasiswa ke Kairo.“ Komentar Evi.
“ Kawan – kawan ISMA juga ngomong kayak gitu. Makanya gue bangga banget ma dia demi cintanya ke ISMA, dia rela ngorbanin beasiswanya “
“ Jadi, gimana pendapat orangtuanya ?“
“ Yang pasti orangtuanya kecewa bangetlah. Sebab orangtuanya berharap banyak dari kak Irham kalau kuliah di Kairo. Gue dengar sih, dia masih diam – diaman gitu ma ayahnya.“
“ By the way, orang yang namanya kak Irham itu yang mana ?“ ujar Evi santai namun membuat Uci langsung kaget.

2
“ Loe masa’ gak kenal ketua ISMA ?”
“ Ya waktu pengenalan kader gue gak ikut. Kemarin gue sakit trus istirahat di ruang tidur. ”
“ Oh…jadi loe yang sakit itu. Entar deh gue tunjukin yang mana ketuanya. Gue rasa loe udah kenal wajahnya, cuma gak tau aja namanya.”
“ Mungkin….”
Semuanya berkumpul di depan api unggun yang diawali dengan mendengarkan pengarahan dari ketua ISMA. Namun sayangnya ketua sedang ada urusan hingga ia telat hadir. Acara tetap berlangsung meski diwakili wakil ketuanya. Anehnya, Uci malah kelihatan tidak ada semangat. Ia berulang kali menghubungi nomor di hpnya yang bisa ditebak yang ditelponnya tidak ada jawaban.
“ loe kenapa Ci ?” tanya Evi ingin tau.
“ Tadi kak Irham minta gue hubungi bang Umam cuma gak diangkat. Heran ya punya hp tapi kayak hp lagi di langit gak kedengaran.”
“ Emang bang Umam itu lagi dimana ?”
“ Katanya masih di jalan. Mana perut gue gak lagi. Vi, gue minta tolong jagain hp gue bentar. Gue udah gak tahan. Loe hubungi aja terus nomornya..“ tanpa mendengar komentar Evi, Uci langsung menghilang dari dengan cepat.
“ Kalau gue hubungi, gue mau ngomong apa ?“ Evi jadi bingung. Namun gak salah juga dicoba. Ada 3 kali Evi menghubungi nomor dengan nama bang Umam itu, baru terdengar tersambung.
“ Hallo, sapa ini ?” ujar dari bang Umam
“ Hallo, bang Umam ya. Ni temannya Uci.“
“ Ya, ada apa ?“ kedengaran nada bicaranya ketus.
“ Gue mau ngomong apa ?“ ujar Evi dalam hati. Dalam kebingungannya ia kemudian buka suara, “ Tadi kak Irham minta Uci hubungi abang cuma masalahnya Uci lagi ke belakang, dan saya gak tau ada hal apa yang mau disampaikan ?”
“ Sekarang gue mau tanya nama loe sapa ?”
“Evi kak. “
“ Gini Evi, tolong loe aja yang temui kak Irham di ruang panitia. Tunggu ia sampe datang. Karena ada hal yang ingin ia sampaikan“
“ Tapi kak,.......“ kata – katanya langsung dipotong Umam.
“ Gue minta tolong. Bisakan....!“ kedengaran seperti perintah.
“ Bisa kak…” jawab Evi akhirnya.
“ Sekarang ya,...“ Evi mengiakan dan bergegas ke ruang panitia.
Gak enak banget sih, seharusnya Uci yang harus menemui orang yang bernama Irham itu bukan dirinya. Udah gak kenal orangnya, gimana mau menjumpainya, bisa aja nanti salah orang. Nyebelin banget sih………
“ Eh, ngapain dek di sini, bukan kumpul di lapangan ?” ujar kakak yang kebetulan ada di meja tamu itu.
“ Kak, tadi bang Umam pesan supaya saya menunggu kak Irham di sini”
“ Kak Irham ? ” ia yang tadinya jutek melihat Evi, kini tambah dengan wajah tidak senangnya setelah mendengar Evi menyebut nama Irham.
“ Ada urusan apa kamu dengan Irham ?”

3
“ Saya kurang tau kak.“
“ Loe gimana sih, masa’ gak tau urusan apa ? kalau gak jelas perintahnya ngapain loe lakuin. “
“ Aneh banget nih cewek. Usil banget ama urusan orang lain. “ ujar Evi dalam hati.
Karena Evi tak menjawabnya, maka ia langsung menghubungi Umam meminta kebenarannya. Selesai menelpon terlihat wajahnya masih sama namun dengan cepat meninggalkan Evi sendirian. Setengah jam Evi menunggu yang namanya Irham tetap tak datang. Emang ada beberapa orang yang datang, namun langsung berlalu berjalan menuju lapangan.
“ Uci mana sih ? bisa gila gue sendirian di sini nunggu ketua yang gak jelas kayak dia. Setidaknya sebagai ketua beri contoh yang baik donk sama anggotanya bukannya kayak gini.... “ Evi benar – benar bosan, rasanya kesabarannya udah abis, ia lalu bangun dari tempat duduknya bergegas ke lapangan. Namun, langkahnya langsung berhenti, karena seseorang yang berjalan dari lapangan langsung menghampirinya.
“ Ngapain di sini ?“ tanyanya dengan menyelidiki Evi.
“ Gue lagi nunggu orang yang namanya Irham. Namun kayaknya dia emang benar – benar gak bisa hargai waktu orang lain ya. Kebetulan kamu datang, kamu panitia juga kan di sini ? “ masih dengan menjaga kesabarannya.
“ Ya, gue panitia juga.“ Ujar cowok itu santai seperti tidak peduli dengan wajah Evi yang sudah penuh dengan kekesalan.
“ Tolong loe sampein ke ketua Ikatan Sosial Muda Asahan, kalau emang dia gak bisa tepat waktu berjanji dengan orang lain gak usah buat janji. Karena itu bisa bikin orang lain berfikiran kurang baik tentangnya. Gimana dengan anggotanya kalau ketuanya kayak gini !“
“ Loe marah ya ?“ ujarnya mencoba membaca suasana hati Evi.
“ Gue gak marah karena gue gak ada hak untuk marahi anak orang. Yang pasti gue gak suka cara dia buat orang lain sesuka hatinya mentang – mentang ia ketua.” Ujar Evi tegas. “maaf, gue harus kembali ke lapangan. Permisi...” Evi berlalu dari orang itu.
“ Tunggu dulu...! “ ujarnya membuat langkah Evi terhenti. “ Gue minta maaf kalau udah buat loe lama nunggu.“
Evi membalikkan badannya mendengar ia bicara.“ Apa dia yang bernama Irham“ ujar Evi dalam hati. “ loe Irham ?“ tanya Evi meyakinkan
“ Ya, gue M. Irham Fauzi Tanjung ketua organisasi ISMA yang kawan – kawan sering panggil gue dengan sebutan Irham. Gue minta maaf sama loe“
“ Gak lucu dengar ketua minta maaf sama adek kadernya ?“
“ Gue rasa itu bukan masalah karena emang di sini gue emang salah ama loe. Meski pun gue ketua, kalau gue salah, gue wajib minta maaf sama dia “
“ Tapi maaf, gue lagi gak pengen ngomongin ini ama loe walaupun loe ketua ISMA di sini.” Ia melanjutkan langkahnya ke lapangan.
Arah langkahnya malah ke ruang istirahat bukan ke lapangan. Evi merasa sudah tidak mood dengan suasana ini malam. Uci juga gak bisa di hubungi,

4
ia menghilang bagai ditelan bumi. Kenapa suasana hatinya begitu buruk makan ini, seharusnya malam ini menjadi kenangan yang indah untuknya di ISMA. Beda banget dengan ISMA yang ia lihat selama ini.
Sampai di ruang istirahat, ia terduduk lepas di atas lantai yang dialasi dengan tikar. 1 inginnya saat ini, tidur melupakan kejadian malam ini. Sayangnya, matanya tidak dapat diajak kerja sama.
Tiba – tiba saja lampu di ruangan itu mati.
“ Akh.......” Dengan spontan Evi menjerit sekuat – kuatnya karena kaget dan takut. Dengan cepat lari keluar dari ruangan itu.
Tiba – tiba di depan pintu ada sinar cahaya dari beberapa lilin beralas sebentuk bolu bronis. Dan dengan teriakan teman – teman.
“ Selamat ulang tahun......!!!!“
Ya ampun, Evi baru sadar kalau hari ini ulang tahunnya. Benar – benar kejutan yang membahagiakan. Dan ia melihat begitu semangat memberi selamat padanya. Begitu juga dengan cewek yang tadi kelihatan kesal padanya.
“ Selamat ulang tahun ya Evi. Sorry yang tadi, itu cuma canda. Kamu gak marahkan ??“ ujarnya ramah yang Evi tahu namanya kak Rara.
“ Gak marah kok. Thanks ya kak..”
“ Sekarang potong kuenya..!” pinta Azhar yang dari tadi tidak sabar memakan bronis itu.
Evi tidak menyangka kalau anak ISMA ingat dengan ulang tahunnya. Bagaimana pun ia sudah bersalah rasa marahnya yang tidak beralasan tadi. Ini emang malam yang amat membahagiaan bagi Evi seperti harapannya.
Acara api unggun berlanjut kembali sampai batas waktu kewajaran. Di tengah demikian, Evi menghampiri Rara lagi dengan sikap bersahabat.
“ Kak, Evi benar – benar minta maaf ya yang tadi. Kakak gak marah kan ?“
“ Kenapa loe bisa mikir gue marah loe ketemu dia ?“
“ Ya....kakak kan pacarnya kak Irham...??! “
“......“ yang ada Rara tertawa geli mendengar penuturan Evi. Evi menjadi bingung, apa ada kata – katanya yang salah. “ Kamu salah faham Vi, kakak ma Irham itu gak ada hubungan apa – apa selain father kerja di ISMA.“
“ Oh....gitu ya...“ Evi jadi malu tahu tebakannya salah.
“ Ya udah, kakak ke sana dulu ya.“ Rara datang menghampiri kawannya.
Rasanya lega gak ada yang perlu dikhawatirkan lagi. Tunggu dulu, rasanya masih ada satu masalah yang menurut Evi belum selesai. Dimana ia sempat dibuat bete, apa itu bagian dari sandiwara ini.
“ Selamat ulang tahun ya ?” Ujar Irham yang tiba – tiba sudah berada di samping Evi.
“ Terima kasih. ” masih dengan nada jutek.
“ Masih marah dengan yang tadi ?“ tanya Irham namun Evi hanya diam, ia seakan – akan sibuk dengan hp di tangannya. “ Tapi gue rasa gue gak ada salah ama loe, kenapa loe marah ama gue ?“ ujar Irham lagi yang gak banget di telinga Evi.
“ Mungkin kakak bener,ngapain juga gue marah ama kakak yang jelas – jelas gak ada salah. “ tambah Evi dengan santai.
“ Trus…kenapa sikap kamu kayak gitu ?”

5
“ Gue cuma gak suka aja liat kakak telat kayak tadi. Kalau emang gak bisa janji gak usah buat janji.“ Evi langsung menghentikan kata – katanya tahu Irham mengikuti cara bicaranya. “ Gak sopan banget sih ngikuti kata – kata orang lain.“
“ Gue dengerin yang loe bilang kok.“
“ Gak usah ngeles deh.“ Membuat Evi tambah bete aja. Ia kemudian bergegas pergi namun langsung dihalangin Irham.
“ Loe mau kemana ? “
“ Malas gue di sini.“
“ Vi, gue ke sini mau minta maaf ke loe.“
“ Minta maaf tapi kok nambah kesal orang sih…?“
“ Ya sorry, tadi gue cuma canda aja. Jangan dianggap seriuslah.”
“ …….” Evi tetap tak beri komentar.
“ Jadi, mau kan maafin gue kan? ”
“ Ya, gue maafin. Karena dalam ISMA gak boleh ada rasa dendam terhadap orang lain.”
“ Gak cuma di ISMA, di luar ISMA juga.”
“ Iya...“ Evi kemudian berjabat tangan tanda pertemanan dengan Irham.
Pengkaderan kali ini menambah semangat Evi di ISMA. Tak ada cela sedikitpun yang dirasakan Evi di sana. Ingin rasanya lebih dari ini terjun dalam ISMA, besar rasa kekeluargaan yang didapat Evi dari mereka – mereka. Lalu bagaimana dengan kamu ????
THE END

Baca juga Cerpen Motivasi yang lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar