AKU YANG TERSAKITI
Cerpen Annisa Fauziah
Nisa berlari sekencang-kencangnya di koridor sekolah, Nisa memang ada janji dengan Ardan untuk bertemu di taman setelah pulang sekolah. Tapi karena ada urusan organisasi yang mendadak akhirnya Nisa terlambat. Mudah-mudahan Ardan masih nunggu, harapnya dalam hati. Sesampainya di taman, Nisa melihat Ardan sedang duduk sambil melihat air mancur di depannya.
“Nunggunya kelamaan ya? Maaf ya tadi aku ada urusan mendadak”. Jelas nisa. Disamping itu Ardan hanya tersenyum.
“Ngga apa-apa kok, aku belum lama juga disini.”
“Kok tiba-tiba ngajak janjian mendadak gini, ada apa?” tanya Nisa
“Ada yang mau aku omongin sama kamu Nisa”
“Soal apa?”tanya Nisa lagi
“Aku dapet kesempatan ikut pertukaran pelajar.”
“Wah hebat, pertukaran pelajar dengan sekolah mana ?” Nisa kegirangan mendengar kekasihnya mendapat kesempatan itu. Ardan memang siswa yang selalu mendapat nilai paling bagus disekolahnya, dan pertukaran pelajar itu adalah impian Ardan selain mendapatkan bea siswa untuk melanjutkan kuliahnya nanti setelah ia lulus.
“Tapi Sa__”
“Tapi kenapa ?”
“Pertukaran pelajar itu bukan hanya antar sekolah, tapi antar negara”
“A..apa? kamu serius?” tiba-tiba raut wajah Nisa berubah menjadi sedih.
“Aku tau ini berat buat kita, tapi kamu tau kan ini cita-cita ku dari dulu Sa. Ngga akan lama kok, hanya satu semester”
“Satu semester itu kan 6 bulan. Apa kita bisa ?”
“Kalo kita yakin kenapa ngga, kalo kamu percaya sama aku, kamu pasti bisa. Kamu juga tau kan Sa kalo aku sayang banget sama kamu, aku janji ngga akan macem-macem disana. Tapi kamu juga harus janji sama aku, kalo kamu bakal nunggu aku.” Nisa hanya menunduk tanpa berkata satu patah kata pun.
“Terus kapan kamu berangkat?”
“Besok.” Tak habis rasa kaget Nisa, rasa bahagia yang bercampur kesedihan. Bahagia karena kekasihnya bahagia mendapatkan apa yang telah ia impikan , tapi juga sedih harus berpisah dengan Ardan dalam waktu yang cukup lama.
“Jadi....ini pertemuan terakhir kita?” tanya Nisa sedih
“Bukan yang terakhir Nisa, aku pastiin 6 bulan yang akan datang kita akan bersama-sama lagi. Everything gonna be ok.” Ardan mencoba menegarkan Nisa siang itu. Nisa tak banyak bicara, Nisa sangat percaya kepada Ardan , dia pasti bisa menjaga kesetiaan untuknya.
Cerpen Annisa Fauziah
Nisa berlari sekencang-kencangnya di koridor sekolah, Nisa memang ada janji dengan Ardan untuk bertemu di taman setelah pulang sekolah. Tapi karena ada urusan organisasi yang mendadak akhirnya Nisa terlambat. Mudah-mudahan Ardan masih nunggu, harapnya dalam hati. Sesampainya di taman, Nisa melihat Ardan sedang duduk sambil melihat air mancur di depannya.
“Nunggunya kelamaan ya? Maaf ya tadi aku ada urusan mendadak”. Jelas nisa. Disamping itu Ardan hanya tersenyum.
“Ngga apa-apa kok, aku belum lama juga disini.”
“Kok tiba-tiba ngajak janjian mendadak gini, ada apa?” tanya Nisa
“Ada yang mau aku omongin sama kamu Nisa”
“Soal apa?”tanya Nisa lagi
“Aku dapet kesempatan ikut pertukaran pelajar.”
“Wah hebat, pertukaran pelajar dengan sekolah mana ?” Nisa kegirangan mendengar kekasihnya mendapat kesempatan itu. Ardan memang siswa yang selalu mendapat nilai paling bagus disekolahnya, dan pertukaran pelajar itu adalah impian Ardan selain mendapatkan bea siswa untuk melanjutkan kuliahnya nanti setelah ia lulus.
“Tapi Sa__”
“Tapi kenapa ?”
“Pertukaran pelajar itu bukan hanya antar sekolah, tapi antar negara”
“A..apa? kamu serius?” tiba-tiba raut wajah Nisa berubah menjadi sedih.
“Aku tau ini berat buat kita, tapi kamu tau kan ini cita-cita ku dari dulu Sa. Ngga akan lama kok, hanya satu semester”
“Satu semester itu kan 6 bulan. Apa kita bisa ?”
“Kalo kita yakin kenapa ngga, kalo kamu percaya sama aku, kamu pasti bisa. Kamu juga tau kan Sa kalo aku sayang banget sama kamu, aku janji ngga akan macem-macem disana. Tapi kamu juga harus janji sama aku, kalo kamu bakal nunggu aku.” Nisa hanya menunduk tanpa berkata satu patah kata pun.
“Terus kapan kamu berangkat?”
“Besok.” Tak habis rasa kaget Nisa, rasa bahagia yang bercampur kesedihan. Bahagia karena kekasihnya bahagia mendapatkan apa yang telah ia impikan , tapi juga sedih harus berpisah dengan Ardan dalam waktu yang cukup lama.
“Jadi....ini pertemuan terakhir kita?” tanya Nisa sedih
“Bukan yang terakhir Nisa, aku pastiin 6 bulan yang akan datang kita akan bersama-sama lagi. Everything gonna be ok.” Ardan mencoba menegarkan Nisa siang itu. Nisa tak banyak bicara, Nisa sangat percaya kepada Ardan , dia pasti bisa menjaga kesetiaan untuknya.
***
Hari-hari dilalui Nisa dengan penuh kesabaran dan kesetiaan menunggu kedatangan Ardan. Enam bulan sudah terlewati, hari ini Ardan pulang. Nisa tak sabar menantikan detik-detik kepulangan Ardan. Sudah dipastikan ini pasti menjadi hari yang paling membahagiakan untuknya. Sudah hampir 3 jam Nisa menunggu di bandara. Tapi Nisa tak sedikitpun merasa kelelahan, dilihatnya segerombolan penumpang yang keluar dari pintu bandara, berharap ada ardan di antaranya. Tapi lagi-lagi Ardan tak juga muncul. Dalam hatinya penuh harap-harap cemas. Dalam schedule pesawat yang ia tahu, seharusnya ardan sudah sampai 2 jam dari sejak tadi. Tapi Nisa tetap berfikir positif, Ardan pasti pulang. Nisa meyakinkan dirinya sendiri. Tidak beberapa lama kemudian Nisa melihat Ardan di pintu keluar bandara, Nisa sumringah, cepat-cepat ia menghampiri Ardan. Jalan yang berdesakanpun tak dihiraukannya, bunga mawar merah di tangannya ia bawa dengan hati-hati. Bunga itu untuk Ardan, sebagai ucapan selamat datang kembali dan tanda bahwa ia sangat merindukan Ardan. Baru saja Nisa akan berteriak memanggil Ardan tapi tiba-tiba Nisa melihat Ardan bersama seorang perempuan.
Mereka mengenakan sweater yang sama, dan mereka saling bergenggaman tangan. Belum habis rasa terpukul Nisa, ia melihat wanita yang bersama Ardan adalah Ratih. Ratih adalah teman sekelas Nisa dan mereka adalah sahabat baik. Nisa baru sadar kalo Ratih juga ikut dalam pertukaran pelajar itu, tapi Nisa tak menyangka kalo Ratih akan menjadi begitu dekat dengan Ardan. Padahal Ratih juga tahu kalo Ardan adalah pacar Nisa. Serasa disambar petir melihat kemesraan mereka, tanpa ia sadari bunga mawar di tangannya jatuh ke lantai, air matanya mengalir deras. Nisa merasa seorang diri di tengah-tengah keramaian itu, tubuhnya lunglai lemas seperti tak bertenaga. Bagaimana tidak, Nisa merasa penantiannya selama ini telah sia-sia. Nisa menarik nafas nya dalam-dalam, ia mengahapus semua air mata di pipinya sebelum kemudian mendekati Ardan dan Ratih yang sedang tertawa bahagia.
“Ardan!” panggil Nisa. Ardan dan Ratih menoleh ke belakang, dan mereka sangat terkejut melihatnya. Segera mereka saling melepaskan genggaman tangan mereka yang sedari tadi Nisa perhatikan sepertinya keduanya sudah sangat lengket seperti lem.
“Kenapa Ardan, Ratih kok dilepasin tangannya?” lanjut nisa dengan senyum manisnya yang sok tegar.
“Nisa?? Nis..Nis.. aku bisa jelasin dulu. Kamu jangan marah ya?” ujar Ardan gugup sambil meraih tangan Nisa yang dingin membeku menahan emosi dalam hatinya. Secepat kilat Nisa menghempaskan tangan Ardan.
“Kamu ngga usah repot-repot ngejelasin sama aku. Cuma buang-buang tenaga kamu aja, aku udah liat semua nya dan aku tau apa itu artinya. Makasih ya Ardan , makasih untuk sakit hati ini. Dan kamu Ratih, awalnya aku ngga percaya sama apa yang aku lihat. Tapi sekarang aku cukup tau aja sahabat macam apa kamu ini, yang tega nusuk sahabatnya sendiri dari belakang.” Suara Nisa bergetar menahan marah, tapi ia tetap bisa mengendalikan emosinya. Ratih masih diam dan menundukan kepalanya, Ratih menangis, menangis buaya.
“Aku minta maaf Nisa, aku khilaf. Aku juga ngga tahu kalo ternyata Ardan pun menjadi salah satu siswa terpilih. Setelah tahu kami satu kelas dan menjadi satu tim kami semakin dekat. Sampai akhirnya aku dan ardan lupa kalo______”
“CUKUP!!!!!” bentak Nisa, Nisa tak bisa lagi menahan air matanya. Segera saja pipinya basah.
“Aku ngga mau denger semua itu, apa kamu ngga punya hati Ratih. Untuk apa kamu menceritakan itu semua, belum puas kamu nyakitin aku?” ucap Nisa lantang dengan suara yang tersendat. “semoga kalian bahagia” lanjut nisa dengan lirih dan kemudian pergi menjauh dari Ardan dan Ratih. Ardan dan Ratih masih terpaku melihat kepergian Nisa. Sementara di dalam hati Nisa, ia berharap bahwa Ardan akan mengejarnya, meminta maaf padanya berulang-ulang kali, mempertahankan hubungan mereka dan tentunya Nisa sangat ingin memaafkan kesalahannya. Tapi itu semua hanya harapan ternyata Ardan memang sudah tak menginginkannya lagi. Nisa menangis semakin menjadi-jadi. Terasa sangat menyakitkan peristiwa ini, hari dimana seharusnya menjadi hari terindah malah sebaliknya. Ini adalah hari yang tak akan pernah ia lupakan, walaupun Nisa bukan seorang pendendam, dan sudah pasti ia akan memaafkan kesalahan Ardan dan Ratih.
“Ardan!” panggil Nisa. Ardan dan Ratih menoleh ke belakang, dan mereka sangat terkejut melihatnya. Segera mereka saling melepaskan genggaman tangan mereka yang sedari tadi Nisa perhatikan sepertinya keduanya sudah sangat lengket seperti lem.
“Kenapa Ardan, Ratih kok dilepasin tangannya?” lanjut nisa dengan senyum manisnya yang sok tegar.
“Nisa?? Nis..Nis.. aku bisa jelasin dulu. Kamu jangan marah ya?” ujar Ardan gugup sambil meraih tangan Nisa yang dingin membeku menahan emosi dalam hatinya. Secepat kilat Nisa menghempaskan tangan Ardan.
“Kamu ngga usah repot-repot ngejelasin sama aku. Cuma buang-buang tenaga kamu aja, aku udah liat semua nya dan aku tau apa itu artinya. Makasih ya Ardan , makasih untuk sakit hati ini. Dan kamu Ratih, awalnya aku ngga percaya sama apa yang aku lihat. Tapi sekarang aku cukup tau aja sahabat macam apa kamu ini, yang tega nusuk sahabatnya sendiri dari belakang.” Suara Nisa bergetar menahan marah, tapi ia tetap bisa mengendalikan emosinya. Ratih masih diam dan menundukan kepalanya, Ratih menangis, menangis buaya.
“Aku minta maaf Nisa, aku khilaf. Aku juga ngga tahu kalo ternyata Ardan pun menjadi salah satu siswa terpilih. Setelah tahu kami satu kelas dan menjadi satu tim kami semakin dekat. Sampai akhirnya aku dan ardan lupa kalo______”
“CUKUP!!!!!” bentak Nisa, Nisa tak bisa lagi menahan air matanya. Segera saja pipinya basah.
“Aku ngga mau denger semua itu, apa kamu ngga punya hati Ratih. Untuk apa kamu menceritakan itu semua, belum puas kamu nyakitin aku?” ucap Nisa lantang dengan suara yang tersendat. “semoga kalian bahagia” lanjut nisa dengan lirih dan kemudian pergi menjauh dari Ardan dan Ratih. Ardan dan Ratih masih terpaku melihat kepergian Nisa. Sementara di dalam hati Nisa, ia berharap bahwa Ardan akan mengejarnya, meminta maaf padanya berulang-ulang kali, mempertahankan hubungan mereka dan tentunya Nisa sangat ingin memaafkan kesalahannya. Tapi itu semua hanya harapan ternyata Ardan memang sudah tak menginginkannya lagi. Nisa menangis semakin menjadi-jadi. Terasa sangat menyakitkan peristiwa ini, hari dimana seharusnya menjadi hari terindah malah sebaliknya. Ini adalah hari yang tak akan pernah ia lupakan, walaupun Nisa bukan seorang pendendam, dan sudah pasti ia akan memaafkan kesalahan Ardan dan Ratih.
Tetap saja sampai kapanpun rasa sakitnya akan selalu membekas dan takkan pernah hilang. Disamping itu seperginya Nisa, Ardan dan Ratih malah saling berpandangan dan saling melemparkan senyum. Mereka kembali bergenggaman tangan dan melanjutkan perjalanan yang sempat terhenti. Seperti tak punya hati, keduanya seolah berbahagia diatas penderitaan Nisa. Jika secara kebetulan mereka bertemu, Ratih dan Ardan tidak pernah menampakkan wajah bersalah, seperti tidak terjadi sesuatu. Mereka biasa menyapa nisa. Melihat itu, nisa hanya mampu menarik nafas dan mengelus dadanya. Allah maha Tahu. Selalu itu yang nisa ucapkan dalam hati kecilnya.
Sampai suatu hari nisa mendengar kabar bahwa Ardan dan Ratih putus. Ratih selingkuh dengan Riky, seorang mahasiswi yang lebih kaya dari Ardan . ternyata Ratih itu perempuan matre. Dan Ardan baru menyadarinya setelah beberapa bulan menjalani hubungan dengan Ratih. Sejak saat itu Ardan menyadari bahwa tak ada yang seperti Nisa yang tulus mencintai dia apa adanya. Tapi nasi sudah menjadi bubur, Nisa tak lagi berharap tentang Ardan. Penghianatan itu masih Nisa ingat dan kesempatan untuk Ardan pun telah hilang, sampai kapanpun tak akan ada kesempatan kedua untuk Ardan.
Kini Nisa hidup bersama masa depannya, tak lagi memikirkan hal-hal yang tak perlu, Nisa hanya memiliki satu cita-cita yaitu membuat bangga kedua orangtuanya dengan prestasi sekolah yang semakin meningkat. Sedangkan Ardan hidup dibawah bayang-bayang penyesalan karena telah menyakiti orang yang sangat ia cintai dan lebih memilih mencintai orang yang salah, sementara sampai sekarang Ratih masih hobby menjelajahi cowok-cowok tajir.
TAMAT
PROFIL PENULIS
Nama : Annisa
Email : nisa.sawabi@yahoo.com
FB : Annisa Fauziah Sawabi
Sekolah : kampus UNSAP sumedang
Email : nisa.sawabi@yahoo.com
FB : Annisa Fauziah Sawabi
Sekolah : kampus UNSAP sumedang
Baca juga Cerpen Sedih yang lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar