Senin, 28 Mei 2012

Cerpen Remaja - Pengagum Rahasia

PENGAGUM RAHASIA
Oleh MiiKO

“Siapa namanya?” tanyaku pada salah seorang temanku, sambil menunjuk seorang lelaki yang sedang berolahraga di lapangan. Yang kutahu ia adalah kakak kelasku.
“Yang memakai kaus biru itu? Kak Fachri. Kenapa Ris?”

Senyum penuh arti tak sadar kulakukan, sampai aku sadar Tias menunggu jawabanku.
“Yah? Tidak apa-apa, aku hanya bertanya.”
Beberapa hari setelah UAS selesai, seorang kakak kelas yang baru kuketahui ternyata bernama Fachri muncul dan mencuri perhatianku. Tak perlu waktu lama, aku pun mulai penasaran akan dirinya. Setiap hari kulihat semua status-statusnya yang ia tulis di akun facebooknya dan berusaha untuk memahami dan menjawab setiap pertanyaan yang ia tulis, meski aku tahu itu bukan untukku.

Suatu hari keinginanku untuk dekat dengan Kak Fachri menjadi semakin besar. Tidak, tidak untuk menjadi pacarnya.
“Kirim email saja supaya dia bisa mengenaliku.” ucapku tersenyum dan mulai mengetik dan merangkai kata demi kata. Hari demi hari berlalu dengan indah, Kak Fachri selalu hadir untuk aku kagumi. Entah ini hanya perasaan atau memang benar, ia melihatku di setiap pertemuan yang kubuat tak sengaja ini. Ternyata, ia menyadari kehadiranku, aku begitu gembira! Gembira yang tak dapat kutunjukkan di hadapannya. Sampai suatu hari, temanku memberitahuku bahwa Kak Fachri sedang mendekati Nisa, seorang gadis manis yang sering mendapat perhatian lelaki.

Aku sadar, di sini aku hanya berperan sebagai pengagum rahasia, bukan menjadi tokoh utama dalam kehidupan kak Fachri. Aku pun memutuskan untuk mundur dan melupakan kak Fachri secara perlahan, walaupun kutahu cinta Nisa sudah untuk lelaki di seberang pulau sana.

Di suatu pagi, acara perpisahan untuk kelas 12 yang diadakan di sekolahku digelar. Terbesit di pikiranku untuk bisa berfoto dengan Kak Fachri, tapi ide ini ku tepis jauh-jauh. Sudut mataku mencari-cari kehadirannya saat acara sudah dimulai. Aku berdiri di lantai atas sekolahku saat sebuah suara yang kukenal menggema, ya, itu Kak Fachri di atas panggung sedang bernyanyi seorang diri dan menciptakan momen tak terlupakan untuk acara ini! Kemeja kuning dan jas krem tampak melekat dan sangat serasi di tubuhnya.
Alunan nada yang ia dendangkan sungguh membuatku tersenyum, entah apa makna dari sebuah senyumanku. Aku melihatnya yang tersenyum dan mengenakan pakaian yang sungguh membuatnya semakin tampan.
Acara demi acara berlalu, tapi aku dengan setia menunggu sampai akhir acara saat semua orang sedang sibuk mengabadikan momen bahagia ini. Kulihat banyak teman-temanku mengabadikan momen melalui sebuah pose bersama kakak kelas 12, membuat ide yang tadi kutepis jauh-jauh kini kembali muncul dan memaksaku untuk melakukannya.

Kuajak temanku untuk meminta Kak Fachri tersenyum sekejap bersamaku yang diabadikan oleh satu kali jepretan. Setelah tekadku sudah bulat, kucari Kak Fachri dari ujung ke ujung. Sampai tiba saatnya aku memintanya untuk berfoto denganku. Ini adalah foto yang pertama dan mungkin yang terakhir pula. Aku tak perlu malu untuk mengajaknya berfoto karena memang sudah banyak adik kelasnya yang mengajaknya berfoto bersama. Kak fachri memang kakak kelas yang dikagumi oleh adik-adik kelasnya, ya, termasuk olehku.

Saat aku memintanya untuk berfoto, tak ada sepatah kata dan senyum darinya, tak kuambil pusing asalkan ia bisa tersenyum bersamaku. Satu kali jepretan membutuhkan waktu yang lama karena kegrogianku dan juga temanku. Akhirnya sebuah kenangan dan impian yang dari dulu aku inginkan kudapatkan. Kuucapkan terima kasih padanya dan kuajaknya mengobrol, tidak, ini hanya ada dalam pikiranku dan tak ada maksud untuk mewujudkannya karena aku tak mempunyai keberanian itu.

Foto yang kudapat tak henti-hentinya kuperlihatkan pada semua teman yang aku temui, bahkan dunia pun akan kuberitau, tapi tentu saja aku tak ingin Kak Fachri mengetahui apa yang aku lakukan saat ini. Bahkan aku pun memajang foto ini di layar BlackBerry-ku meskipun foto yang sebenarnya tidak sempurna ini karena aku tersenyum begitu kaku dan Kak Fachri mungin bisa dikatakan tak berekspresi. Menurutku kemungkinan ia terkejut karena secara terang-terangan aku megajaknya berfoto karena kutahu ia mengetahui keberadaanku jauh-jauh hari.

Senyum tak pernah luntur sesudah aku berfoto dengan Kak Fachri. Ketika sebuah masalah menerpa, di saat aku melihat foto itu, aku tersenyum dan siap untuk menyelesaikan masalahku.

Setelah acara perpisahan itu, tiba saatnya pengumuman kelulusan bagi kelas 12 yang berarti perpisahanku dan Kak Fachri semakin dekat. Ia berbaris di jajaran ujung tempat kelasnya. Kuawasi Kak Fachri lewat sudut mataku dari lantai atas sekolahku. Saat semua kakak kelasku bergembira mengetahui mereka menuntaskan pendidikan di almamater tercinta ini, aku pun bahagia sampai ingin rasanya kuteteskan sebutir air dari mataku dan tentu saja ingin kuucapkan selamat dan doa-doaku pada Kak Fachri.

Aku tak tau apakah aku akan berjumpa dengannya lagi jika tidak disekolah. Mungkin ia akan merantau jauh dari sekolah seperti yang dilakukan banyak orang. Entahlah, aku merasa Kak Fachri special buatku meski ia tak melakukan suatu hal khusus buatku.

Inilah akhir cerita dari seorang gadis remaja bernama Risa, iya itu aku. Yang gagal untuk mewujudkan keinginannya mendekati kakak kelasnya karena keterbatasan waktu dan juga keterbatasan ruang yang mempengaruhi kelancaran hubungan ini. Karena dari sebuah pertemuan, akan terlahir pula sebuah perpisahan yang mungkin tak seorang pun rela untuk bertemu dengannya. Mungkin Tuhan belum mengizinkannya, mungkin tidak untuk sekarang. Tapi aku percaya ada rencana indah Tuhan dibalik ini semua.

TAMAT

PROFIL PENULIS
Nama:Miiko
TTL:Kuningan,19Agustus1996
Email: asri.agustin@yahoo.com 

Baca juga Cerpen Remaja yang lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar