Rabu, 23 Mei 2012

Cerpen Cinta Remaja - Kisah Cinta di Putih Abu-abu

KISAH CINTA DI PUTIH ABU – ABU
Oleh Azizah

Disuatu kota, ada seorang gadis cilik bernama Bintang. Orangnya baik, lucu, pengertian, suka bercanda, dan tidak egois. Bintang memiliki 2 orang sahabat yang bernama Febby dan Maya. Mereka bertiga sudah bersahabat sejak kecil. Mereka selalu kompak, kemanapun mereka pergi selalu bertiga. Mereka sangat bahagia memiliki sahabat yang bias saling pengertian.

Namun, kebahagiaan mereka tidak selama seperti yang mereka harapkan. Karena Bintang dan keluarganya harus pindah ke desa tempat neneknya tinggal. Malam terakhir Bintang bersama 2 sahabatnya itu, ia putuskan untuk tidur bersama mereka untuk yang terakhir kalinya. Pagi harinya, Bintang sudah harus pergi meninggalkan sahabat, teman, dan rumahnya itu. Air mata terus mengalir dari mata sahabat dan teman – temannya melepas kepergian Bintang. Bintang pun ikut menangis tanpa henti.

Samapai dirumah barunya, Bintang merasa kesepian. Meskipun ia telah punya banyak teman baru, tapi dia belum bias menemukan orang yang tepat untuk dijadikan sebagai sahabatnya disitu. Enam tahun sudah Bintang tinggal di desa. Kini ia duduk di kelas 2 SMP, tapi tetap saj dia masih belum menemukan seorang shabat. Dia merasa iri melihat persahabatan teman – temannyayang bias berkumpul dengan sahabat mereka. Tapi dari semua temannya, Bintang paling iri dengan persahabatan antara Bulan dan Nia, dua orang yang lebih tua satu tahun darinya.

Bulan memiliki nasib yang hamper sama dengan Bintang, ternyata dia juga anak pindahan. Tapi dia beruntung karena sudah menemukan seorang sahabat. Sampai akhirnya Bulan dan Nia pun melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Kali ini, mereka tidak satu sekolah lagi. Karena Nia memutuskan untuk melajutkan ke SMK yang ada di Temanggung, sedangkan Bulan melanjutkan sekolahnya ke SMA yang ada disekitarnya.

Waktu terus bejalan. Kini Bintang sudah duduk di kelas 3 SMP. Semenjak Nia pergi, Bintang dan Bulan menjadi akrab. Tiba saatnya Bintang melanjutkan sekolahnya kejenjang selanjutnya, siapa sangka ternyata Bintang bersekolah disekolah yang sama dengan Bulan. Bulan menjadi kakak kelasnya Bintang. Sejak saat itu, mereka menjadi semakin akrab dan akhirnya Bintangpun meminta Bulan untuk menjadi sahabatnya, merekapun menjadi sahabat. Banyak teman – teman Bintang dan Bulan yang mengira bahwa mereka kakak beradik, padahal tidak.

Waktu berjalan begitu cepat. Ulangan umum semester satu pun sudah berlalu. Kini tinggal menunggu waktu penerimaan raport pada hari Sabtu besok. Pada hari penerimaan raport nanti akan diadakan PenSi yang diikuti oleh para siswa.
“Bin, besok kamu naik motor sendiri kan? Aku bareng ya?” Pinta Bulan.
“Emm, ya insya Allah, emangnya kenapa mbak? Biasanya kan mbak naik motor sendiri?” Tanya Bintang.
“Besok motornya mau dipakai bapak ku.” Jelas Bulan
“Owh, ya besok Insya Allah aku kerumahmu, biasanya aku berangkat jam setengah tujuh.” Jawab Bintang
“OK! Beneran ya?! Kalai nggak dating aku nggak berangkat lho.” Sahut Bulan.
“Iya iya, insya Allah.” Jawab Bintang santai

Keesokan harinya Bintang menghampiri Bulan. Ternyata Bulan sudah menunggu di depan rumahnya. Sesampainya disekolah, Bulan tetap bersam Bintang. Karena teman – temannya belum ada yang datang. Sambil menunggu, mereka bercerita.
“Dimas nanti jadi tampil nggak ya?” Tanya Bintang.

Dimas adalah teman satu kelasnya Bintang. Dia banyak disukai oleh cewek.
“Emangnya Dimas mau tampil?” Bulan baik bertanya.
“Nggak tau juga sih, tapi kemarin tu kayaknya dia yang maju akustik.” Jelas Bintang.
“Nah tu Dimas, tanya aja. Dimas!!” Panggil Bulan.
“Apa mbak?” Tanya Dimas.
“Nanti kamu tampil nggak?” Sahut Bulan.
“Iya, insya Allah.” Jawab Dimas.
“Owh, ya udah, latihan sana! Haha.” Jawab Bulan.

Setelah Dimas pergi, Bulan bicara pada Bintang.
“Tuh, dengerkan Bin? Dimas tampil. Haha.” Goda Bulan
“iya, iya, aku dah denger kok.” Jawab Bintang.
PenSi pun dimulai, Bintang dan Bulan terus saja smsan tentang Dimas. Bulan terus - terusan memuji Dimas dalam sms itu, dia bilang Dimas itu orangnya lucu dan juga imut. Bintang seperti tidak terima, dia tidak suka Bulan memuji Dimas didepannya. Awalnya, Bintang ingin cerita pada Bulan kalau sebenarnya ia menyukai Dimas. Namun ia tidak jadi cerita, karena ia punya firasat kalau nantinya Bulan juga akan suka dengan Dimas.

Seiring berjalannya waktu, firasatnya Bintangpun menjadi nyata. Setelah PenSi itu, Bulan menjadi suka dengan Dimas. Sebenarnya Bintang sudah tahu sebelum Bulan cerita padanya.
“Eh, Dimas tu orangnya lucu ya?!" Tanya Bulan.
“Nggak ah biasa aja, masih lucuan juga aku, haha.” Canda Bintang.
“Nggak ah, lucuan dialah daripada kamu.” Balas Bulan.
“ya ya ya, up to you lah.” Jawab Bintang.
“Eh, kalu dikelas dia dekat sama siapa teman ceweknya?” Tanya Bulan.
“Emm . . . . , kalau nggak sama Pita ya sama Della. Emangnya kenapa sih mbak kok dari tadi bahas Dimas terus?” Tanya Bintang sedikit judes.
“Nggak papa sih, Cuma mau tahu aja. Emang Dimas tu orangnya gimana sih?” tanya

Bulan.
“Ya gitulah mbak. Kenapa nanya sama aku sih? Emangnya aku siapanya dia? Udahan ah, dari tadi cuman bahas Dimas terus, bahas yang lain kenapa?” jawab Bintang sewot.
“Emangnya kenapa? Kok kamu jadi sewot gtu? Jangan- jangan kamu suka ya sama Dimas?” goda Bulan.
“Apa?! Aku suka sama dia? Kamu paling yang suka sama dia!?” jawab Bintang.
“Ennggak kok….” Jawab Bulan ragu – ragu.
“Alah, udahlah mbak ngaku aja, sikapmu tu dah kelihatan kalau kamu suka sama dia. Iya kan? Ngaku!!” Paksa Bintang.
“Emm . . . . , kayaknya sih gitu. Menurutmu gimana?” tanya Bulan.

Mendengar jawaban Bulan itu, hati Bintang terasa sakit, dadanya menjadi sesak. Bintang kaget, ternyata dugaannya selama ini benar. Dia terdiam sejenak lalu menjawab pertanyaan Bulan tadi.
“Sebenarnya aku kaget, masak iya mbak bias suka sama adik kelas? Kalau menurutku, jangan sama dia mbak, aku nggak rela kmu sam dia, karena dia tu nggak pantes dapetin orang sebaik kamu mbak.” Jawab Bintang.
“Yang namanya cinta itu nggak kenal usia, lagian kenapa kamu bilang dia nggak pantes dapetin aku?” tanya Bulan penasaran.
“Karena dia tu nggak sebaik yang mbak pikirkan. Dia tu nakal mbak, kamu belum tahu siapa dia yang sebenarnya mbak.” Jawab Bintang.
“Nggak baiknya gimana? Nakalnya tu kayak apa?” Tanya Bulan lagi.
“Ya gitulah mbak. Ah terserahlah, yang jelas aku dah ngasih tau ke kamu, jadi jangan salahin aku kalau suatu hari nanti mbak sakit hati dan menyesal karena dah suka sama dia.” Jawab Bintang.
Ternyata Bulan tidak mendengarkan Bintang. Sampai akhirnya, dia tau siapa Dimas sebenarnya. Dan benarlah apa yang dibilang Bintang padanya. Meskipun dia sedikit kecewa, tapi Bulan tetap menyimpan perasaan pada Dimas. Tiga bulan lamanya Bulan menyimpan perasaannya itu. Lama – kelamaan sikapnya itu membuat Dimas tahu kalau dia suka padanya. Tapi dia tetap cuek dengannya. Bulan dan Dimas sering sms-an. Tapi tidak lama, mereka tidak sms – smsan lagi. Bulan kesal, karena Dimas nggak nyambung kalau diajak smsan.

Perasaan Bulan ke Dimas begitu dalam. Sebegitu dalamnya hingga membuat teman sekelasnya Bulan tidak tega melihat perjuangannya itu. Akhirnya, suatu hari Nandya, teman sekelasnya Bulan mengancam Bulan.
“Kalau kamu nggak mau bilang ke orangnya, nanti aku yang akan bilang ke dia lho!” paksa Nandya.
“Eh, jangan, aku yang malu tau nggak?” Pinta Bulan.
“Ya makanya ngomong dong!” Paksa Nandya.
“Nggak mau ah.” Jawab Bulan.

Saat pulang sekolah, Nandya dan pacarnya menghadang Dimas didepan UKS.
“Eh, kamu mau nggak jadi pacarnya Bulan?” Tanya Nandya.
“Ha?! Emm, ma’af mbak.” Jawab Dimas sambil menggelengkan kepalanya dan pergi.

Kemudian Nandya pergi menemui Bulan.
“Eh, aku udah nembakin orangnya, tapi dia nggak mau.” Kata Nandya.
“Ah…..!!kamu tu nyebelin banget sih? Aku jadi malu tau!” Balas Bulan.

Malam harinya, Bulan bertemu dengan Bintang, Bulan bercerita tentang apa yang dia alami.
“Eh kamu tau nggak? Masak tadi tu Nandya nembakin Dimas buat aku.” Kata Bulan.
“Ha?! Wah nekat banget sih mbak Nandya tu! Terus gimana?” tanya Bintang.
“Ya aku malu lah. Tadi tu Nandya bialng ke aku, kalau aku nggak mau bilang ke Dimas, dia yang ngomong ke Dimas. Tapi kan aku nggak mau nembak dia, aku cuma mau dia tahu aja.” Jelas Bulan.
“Wah kok gitu? Kalau aku jadi kamu, mending aku ngomong sendiri aja, kan Cuma mau ngomong doang kan? Nggak pengen nembak dia kan? Lagian kayaknya dia dah tau kok kalau kamu suka sama dia.” Jawab Bintang.
“HAAA……!!! Aku pengen nangis.” Jawab Bulan.
“Kalau mau nangis, nangis aja mbak, aku temenin kok, ya biar kamu juga sedikit lega.” Sahut Bintang.
“Aku pengen nangis, tapi nggak bias nangis. Air mataku nggak mau keluar. Dadaku rasanya sesak banget.” Jelas Bulan.
“Saranku, mending mbak ngomong deh ke dia, biar perasaan mbak tu sedikit lega.” Sahut Bintang.
“Haaaa….! Tapi Nandya dah nembakin dia untuk aku, ya aku malu lah.” Lanjut Bulan.
“Ya justru karena itu, makanya mbak tu ngomong, sekalian jelasin ke dia kalau mbak tu nggak mau nembak dia.” Jawab Bintang.

Bulan terdiam memikirkan hal itu.
“Ya udahlah mbak, pikirkan aja dulu baik – baik. Tapi mending sekarang kita tidur dulu.”: Lanjut Bintang.
Bulan masih belum bias tidur. Dia masih bingung untuk memilih antara ngomong atau nggak ngomong ke Dimas. Sebanarnya, Bintang juga belum bias tidur. Dia hanya pura – pura tidur untuk mengelabui Bulan. Dalam ketenangan itu, Bintangpun sebenarnya ingin menangis. Dia sadar bahwa perasaan Bulan ke Dimas itu lebih besar daripada perasaannya pada Dimas. Dadanya terasa sesak, hatinya sakiiit . . . . banget. Ingin rasanya dia menagis dan menjerit sekencang mungkin, namun semua itu ia tahan.
Akhirnya dia memutuskan untuk melupakan Dimas. Dia nggak mau nanti persahabatannya dengan Bulan rusak cuman gara – gara seorang cowok. Keesokan harinya, ternyata Bulan mengikuti sarannya Bintang. Dia bilang ke Dimas bahwa dia suka padanya, melalui SMS.

Dia juga jelasin kalau apa yang dilakukan Nandya kemarin bukan karena disuruh olehnya. Dimas menghargai perasaan Bulan terhadapnya, dia menjawab SMS dari Bulan dengan sopan. Perasaan Bulan kini sudah sedikit lega.
“Bin, aku udah bilang ke dia.” Kata Bulan.
“Serius mbak?! Kapan? Terus dia jawab apa?” Tanya Bintang.
“Seriuslah. Tadi, orangnya jawab kalau suka tu nggak papa yang penting nggak dosa aja. Kan aku nggak nembak dia, cuman ngungkapin aja, hehe.” Jelas Bulan.
“Haha! Baguslah, gimana perasaanmu sekarang?” tanya Bulan lagi.
“Ya udah sedikit lega sih, hehe. Makasih ya” jawab Bulan.
“Makasih buat apa mbak?” tanya Bintang bingung.
“Makasih dah mau dengerin curhatanku, hehe.” Jawab Bulan.
“Owh, ya sama – sama mbak, mau curhat yang lain juga boleh, kita kan sahabat. Hehe” jawab Bintang.

Dua bulan berlalu, namun Bulan masih menjaga perasaannya pada Dimas, meskipun hubungan mereka tanpa status. Berbeda dengan Bintang yang memang sudah berniat untuk melupakan Dimas. Dan benarlah, sekarang Bintang tidak lagi suka dengannya, justru kini dia menjadi benci pada Dimas. Karena dia tega menggantung perasaan sahabatnya yang begitu dalam padanya dan membiarkan sahabatnya itu menaruh harapan padanya.
“Kasihan mbak Bulan. Perasaan yang begitu dalam itu nggak dibalas dengan indah oleh Dimas. Tapi mau giman lagi? Perasaan setiap orang itu berbeda – beda. Walaupun aku nggak suka dengan Dimas, aku nggak bias memaksa mbak bulan untuk nggak suka juga dengan Dimas. Begitu pula dengan Dimas, walaupun mbak Bulan menyikainya, mbak Bulan nggak bias memaksa Dimas untuk menyikainya juga. Biarlah semua berjalan seperti air. Kita lihat aja besok gimana kelanjutannya setelah ulanagn umum kenaikan kelas ini, haha…..! Kata Bintang dalam hati.

Setelah ulangan kenaikan kelas, akhirnya Dimaspun menjadi suka dengan Bulan, dan apa yang menjadi harapan Bulan pun menjadi nyata. Penantiannya tak sia - sia.

The End

PROFIL PENULIS
Nama : Azizah Kusuma Astuti
Alamat: Sapen, Umbulmartani ngemplak Sleman
Add fb: azizah kusuma
Terimakasih ya bagi semua yang udah mau baca cerpen buatanku, semoga nggak menyesal.
Cerpen ini berdasarkan cerita nyata lho, haha....

Baca juga Cerpen Cinta dan Cerpen Remaja yang lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar