Selasa, 08 Mei 2012

Cerpen Remaja - Ulang Tahun

ULANG TAHUN
Cerpen Fauziah Mangunsong

Rinda sudah merencanakan ulang tahunnya yang ke-17 ini bakal mengadakan pesta besar – besaran, namun orang tuanya menolak untuk mengadakan pesta seperti itu. Ibunya lebih senang kalau acaranya diisi dengan pengajian bersama teman – teman Rinda. Tepatnya di ulang tahunnya ia sengaja kabur dari rumah dan hasilnya ibunya shok mendengar berita itu hingga ibunya kena serangan jantung dan meninggal waktu itu juga.

Kejadian itu terjadi setahun yang lalu. Kini Rinda tidak pernah mau mengingat yang namanya ulang tahun. Bahkan sejenis pestapun ia tidak tertarik. Ia selalu menyesal bila mengingat peristiwa yang mengebabkan ibunya meninggal. Namun kesedihan ini ia lebih memilih untuk menyimpannya sendiri bahkan sekalipun dengan sahabatnya. Bedanya kini ia menjadi orang yang penyendiri. Ia lebih suka sendirian apapun yang ia lakukan, orang lain ambil pusingpun ia tak peduli.

Di sekolah sedang mengadakan ekskul yang mana berupa Bela diri. Semua murid pada sibuk mengikuti kegiatan itu baik pria maupun wanita. Sedikit aneh sih..kok sampe bejibunnya orang – orang ikut. Ternyata, pelatihnya seorang biaragawan yang lagi naik daunnya di dunia entertainment.

Saat Rinda sedang serunya membaca di pinggir lapangan basket, tiba – tiba lemparan bola menghampiri kepala Rinda dari belakang.
“ Aw….” Teriak Rinda kesakitan. Ia langsung menutup bukunya dan mencari tahu siapa yang berani main – main dengannya. Ia melihat seorang laki – laki berdiri tegap namun ia bukan anak sekolah, sebab ia mengenakan baju kaos olah raga yang tidak pernah murid pakai. Rinda mengambil bola itu kemudian membuangkannya lebih jauh dari lapangan. Tanpa berkata apa – apa Rinda duduk kembali kebangkunya dan membaca kembali komiknya.
“ Begitu caranya mengembalikan bola ke lapangan? ” ujar orang itu sambil berdiri di samping Rinda.
“ Kalau loe gak senang ambil aja sendiri” cuek, terus membaca.
“ Ini jam belajar. Keluar dari kelas tanpa permisi pada ibu bapak guru dan duduk santai di taman, membaca komik lagi”
“ Di kelas gak ada guru.”

Laki – laki itu tak menjawab. Ia langsung pergi dari lapangan tanpa mengambil bolanya yang sudah jauh letaknya. Tak berapa lama kemudian, Rinda dapat panggilan ke kantor. Ternyata orang tadi mengadukannya sebab ia juga ada di ruangan itu saat Rinda masuk.
“ Benar kamu tidak masuk kelas tadi?” tanya BP.
“ Gurunya gak datang pak. Apa salah saya keluar untuk istirahat sejenak di luar?” jawab Rinda santai tanpa melirik orang itu sedikitpun.
“ Rinda…! Apa yang kamu lakukan itu kurang baik. Kalau semua siswa melakukan yang sama sepertimu itu akan berakibat patal. Jadi saja minta kamu jangan mengulang itu lagi.“
“ Terima kasih Pak atas masukannya“ balas Rinda menurut.
“ Ya sudah kamu boleh keluar. Ingat langsung masuk ke kelas“
Rinda mengangguk kemudian ia keluar dari ruangan itu. Dalam hati Rinda berkata, “ Jadi benar ia si mulut ember“

Pulang sekolah Rinda berdiri di sudut kelas sambil memeriksa isi tasnya mana tau ada yang kurang. Tak sengaja ia mendengar anak – anak bilang si guru bela diri yag baru itu sedang menunjukkan kehebatannya dengan menantang preman sekolah siang ini di lapangan basket. Hari ini ditiadakan latihan. Anak – anak pada sibuk mendatangi tempat itu. Semua guru telah pulang pantas ia berani berantam.
“ Kalau kamu bisa mengalah saya kamu boleh keluarkan saya dari sekolah ini. Tapi kalau saya menang kamu tidak boleh lagi buat masalah di sekolah ini.“ Ujar Hafiz pada Boy.
“ Ok, sapa takut“
Ternyata perjanjian itu di atas hitam putih dengan disaksikan banyak orang. Rinda yang hanya iseng melihatnya perkelahian itu. Ketika ia melihat Hafiz. ia baru tau kalau yang tadi di sekolah laki – laki yang dijumpainya itu adalah orang yang sama.
Di tengah – tengah pertandingan Hafiz tak sengaja melihat Rinda berdiri diantara siswa – siswi yang sibuk menyaksikan pertandingan itu. Awalnya ia kurang percaya ada Rinda, saat demikian Boy meninju pipinya dan tak sempat menghindarinya. Keluar darah segar dari sudut bibirnya. Kemudian sejenak ia konsentrasi pada lawan ia langsung tak memberi kesempatan pada Boy untuk menyerang hingga ia berhasil menghajar Boy.
Ketika Melihat Boy sudah tak berdaya Hafiz menghentikan pertandingan dan Hafiz dinyatakan menang. Sorak anak – anak langsung kedengaran senang Hadiz tidak jadi dikeluarkan. Namun Hafiz kehilangan sosok Rinda yang tadi terus menatapnya datar tanpa mengandung arti.

Sampai di rumah, Hafiz duduk santai di pinggir kolam renang. Ia benar – benar penasaran dengan siswa yang ditemuinya itu. Memang ia dengar dari murid – murid kalau Rinda itu sulit dimasuki dunianya. Tapi kenapa? tak ada yang tahu. Sementara itu, malam ini ada parti di rumah Boy untuk awal pertemanannya dengan Hafiz. Buru – buru Hafiz bergegas untuk berangkat.
di lain sisi, Rinda sedang asyik naik sepeda jalan – jalan sore sendirian di sekitar taman umum. Sesaat ia istirahat di bawah pohon. Ia melihat ada seorang ibu sedang memarahi anaknya karena tidak dibolehkan beli es cream. Langsung saja Rinda mendekati anak itu.
“ Buk, anaknya kenapa?“ sapa Rinda ramah.
“ Ini lho nak…dia minta es cream tapi ibu baru kecolongan uang. Ni aja ibu udah bingung.”

Kelihatannya ibu ini gak bohong. Kemudian Rinda membujuk anak itu. Namanya Ridho umur 8 tahun duduk di kelas 3 SD. Rinda kemudian mengajak Ridho beli es cream. Ia langsung senang, kegembiraannya langsung terpancar dari wajahnya. Bahkan mereka sempat bercanda gurau sambil menikmati es cream. Tak jauh dari mereka Hafiz tak sengaja melihat Rinda di Taman itu. Sesaat ia menghentikan motornya dan memperhatikan mereka. Kesuntukan Rinda hilang sejenak yang dari tadi memenuhi isi kepalanya.
“ Kak! kakak baik deh.“ Ujar Ridho.
“ Benarkah? Kamu jangan nakal sama orang tua ya! Gak boleh membantah apa kata orang tua.”
“ Ih kakak ngomongnya kayak guru aja deh” sungut Ridho.

Rinda tak menjawabnya. Kemudian ia pamit pada mereka tak lupa ibu itu meminta maaf dan berterima kasih pada Rinda. Ia sedikit bete saat Ridho bilang ia kayak guru, entah kenapa ia jadi ingat sama Hafiz yang tidak ia sukai itu. Sampai di pinggir jalan datang segerombolan anak muda mengendarai motor dengan ugal – ugalan. Rinda mendadak berhenti karena dihalangi mereka. Kemudian Rinda dilingkari mereka. Rinda ketakutan juga karena tak ada seorang pun yang lewat.
“ Ya Allah tolong aku. Bantu aku untuk keluar dari mereka – mereka ini.“ Ujar Rinda dalam hati. Di saat demikian, tiba – tiba Hafiz datang dan mendekati Rinda.
“ Eh...sebaiknya loe pergi karena gue gak ada urusan ama loe.“ Ujar salah satu dari mereka pada Rinda.
“ Dia adik gue. Punya masalah apa loe ama dia?” Ujar Hafiz
“ Gue rasa gak enak kita berantem di tengah jala kayak gini. Gimana kalau kita cari jalan tengahnya.”

Ujar laki – laki yang kayaknya bos dari geng mereka.
“ loe maunya gimana?” balas Hafiz.
“ kita balapan motor. Kalau loe menang loe boleh bawa adik loe ini tanpa hambatan apa pun.”
“Ok!” balas Hafiz. Entah apa yang ada di fikiran Hafiz. Apa dia mau menunjukkan lagi kehebatannya atau menjadi sok pahlawan kesiangan. Rinda kemudian angkat bicara.
“ Loe gak perlu ikut campur, ini bukan urusan loe. Kalau pun loe maksa untuk Bantu gue gak mau berterima kasih ama loe.”

Hafiz tak menjawabnya namun ia langsung menatap Rinda dan berkata “ kalau gue berhasil loe gak bisa ungkiri loe punya utang ke gue.“ senyumnya tipis. Rinda tak menjawab tiba – tiba anak buahnya langsung memegangi Rinda.
“ Jangan sentuh dia!” protes Hafiz marah.
“ Loe tenang aja, ini Cuma jaminan aja supaya dia gak kabur.”
“ Kalau sampai dia kenapa – kenapa, gue pastikan kalian semua gak akan selamat.” Ancam Hafiz.
Pertandingan pun dimulai. Awalnya Rinda anggap remeh keahlian yang dimiliki Hafiz, yang dia tahu Hafiz ahlinya di bidang bela diri bukan balapan motor itu pun dari anak yang suka gosip. Hingga lama juga baru mereka dua muncul. Hafiz tentunya yang paling terdepan. Dia lalu berjabatan tangan tanda tak ada kedendaman antara keduanya.

Begitu Rinda dilepaskan mereka, ia langsung mengambil sepedanya dan meninggalkan tempat itu. Begitu Hafiz bersalaman ia sudah kehilangan jejak Rinda. Benar – benar aneh. Ketika masuk kelas Rinda langsung dapat kabar kalau Hafiz jatuh sakit karena kena tusukan anak – anak berandal kemarin. Saat pulang sekolah, ia dapat informasi Hafiz di rawat di Rumah Sakit. Entah kenapa Rinda datang menjenguknya. Ia melihat Hafiz terbaring di tempat tidur. Dengan santai ia masuk ke dalam. Saat itu Hafiz terbangun dan melihat Rinda sudah ada di hadapannya.
“ Hai....?“ sapa Hafiz sedikit agak lemas.
“ Kenapa di sini?” Tanya Rinda kangsung tanpa menjawab sapaan Hafiz.
“ Kemarin, aku fikir mereka gak bawa pisau. Lalu...ya kayak kamu lihat“
“ BUKK.....!“ Rinda langsung menumbuk wajah Hafiz. hafiz sempat kaget hendak membalasnya, namun langsung terhenti ketika sadar di depannya wanita bukan musuhnya.
“ Gue kan udah bilang jangan ikut campur. Sekarang loe liat keadaan loe. Kalau loe sampe mati gimana?“ ujar Rinda amat marah.
“ ........“ Hafiz sempat bingung, ada dengan Rinda. Kenapa ia menghawatirkan keadaannya. “ Hei...ada apa denganmu. Aku gak papa“ balas Hafiz.
“ Aku gak akan maafin loe kalau sampai loe kayak gini lagi.“ Ujarnya ketus.

Saat demikian dokter datang dan berkata waktunya minum obat. Namun, Hafiz tak langsung meminumnya hingga dokter itu keluar.
“ Boleh minta tolong. Tolong buangkan obat ini ke tong sampah“
“ Dibuang?” Rinda bingung obat yang ada di tangannya hendak dibuang. “Eh....loe harus minum ini obat biar loe cepat sembuh“
“ Gue Cuma luka kecil. Gak perlu minum obat.“ Sebenarnya bukan itu alasannya tapi karena ia takut makan obat.
“ Gak bisa. Loe harus minum sekarang.“ Rinda memberikannya pada Hafiz.
“ Enggak Rin, Gue gak mau“ Rinda memaksa memasukkan obat ke mulut Hafiz. karena Hafiz gak suka.
“ Emang siapa sih loe maksa gue minum obat?“ teriak Hafiz marah.
“ BUKK.....“ untuk kedua kalikannya Rinda menumbuk

wajah Hafiz.“ Ini sebagai tanda terima kasih gue karena loe udah nolong gue. Maka dari itu loe harus sembuh.“
“Gila ni cewek, bisa habis gue kalau di pukul terus – terusan. Gak tau apa rasanya sakit. Lagi pula gue kan lagi sakit.” Ujar Hafiz dalam hati.
“ Rasanya pahit Rin, gue gak suka. jangan paksa gue” ujar Hafiz akhirnya mengakui kelemahannya.
“ Loe bisa minum madukan usai makan obat?”
“ Tapi.....“ pembicaraan Hafiz langsung terhenti karena obatnya langsung dimasukkan semuanya ke mulutnya. Hendak dimuntahkan, Rinda langsung menuangkan minuman kemulutnya. Dalam sekejap obat itu habis.
“ Madu.....madu....!“ jerit Hafiz.
“......“ Rinda malah tertawa melihat tingkah Hafiz kayak anak – anak.“ Gak ada madu. Ini supaya loe biasa makan obat.“ Balas Rinda langsung pergi.

Hafiz langsung menahan tangan Rinda hingga ia terhenti. Kemudian ia menariknya hingga jatuh ke badannya.“ Mau kemana?“
“ Apa – apaan sih?“ tawanya hilang, kini ia yang marah.
“ Gue... ambilkan madu atau bibir loe yang jadi madunya.“
“ Lepasin…….” Menarik paksa tangannya hingga lepas. Kemudian tanpa berkata apa – apa langsung keluar dari kamar rawat Hafiz.
Ketika Rinda sudah tidak ada Hafiz baru sadar apa yang dilakukannya tadi tidak seperti biasanya. Ada apa dengan Hafiz, kenapa ia menurut pada Rinda yang jelas – jelas bukan siapa – siapanya. Aneh....!

Saat berada di sekolah, kini masih belajar namun kepala Rinda mendadak sakit. Kemudian ia permisi ke ruang UKS. Sambil melangkah kepalanya berat banget. Tak sadar badannya jatuh, untung ditahan seseorang. Namun, Rinda tak jelas orang itu siapa. Ketika ia sadar, di hadapannya sudah ada beberapa anak petugas UKS dan guru. Tak tinggal Hafiz.
“ Syukurlah kamu sudah sadar.“ Ujar guru itu.
“ Kepala saya pusing buk“ ujar Rinda. Ia kemudian diberi minum.
“ Perut kamu kosong makanya kamu masuk angin. Tadi pak Hafiz yang membawa kamu ke UKS. Berterima kasihlah pada bapak ini.“
“ Buk, kepala saya masih sakit. Apa ada obat?” Rinda mengalihkan pembicaraan.
“ sebentar ya diambilkan” jawab bu guru.
“ Karena Rinda sudah sadar saya pamit dulu bu“ ujar Hafiz.
“ Ya.... silahkan pak“
Seminggu kemudian...........

Tasya mendatangi tempat duduk Rinda. Ia ingin mengajak Rinda ke pesta ulang tahun Boy. Namun, dengan cepat Rinda menolaknya.
“ Eh udah bagus ya gue ngajak loe ke pesta Boy. Jangan sok mahal deh loe ama gue.”
“ Eh loe budek ya. Guekan udah bilang gak mau. Ngotot banget sih loe.“ Rinda langsung keluar.
“ Mau kemana loe?“ Tasya menarik rambut Rinda yang panjang.
“ Akh…….” Teriak Rinda kesakitan. Tentu Rinda tak terima ia langsung membalas menjambak rambut Tasya. Alhasil mereka jadi masuk BP karena buat keributan di kelas. Akhirnya ia mendapat peringatan dari kepala sekolah untuk ke 3 kalikannya.
“ Kepada seluruh murid di wajibkan untuk menghadiri pesta ulang tahun kepala sekolah di Hotel Indah. Acaranya akan di langsungkan dalam belayar selama 3 hari 3 malam di kapal.“ Pengumuman ini membuat seluruh murid semangat 45 menghadiri acara itu. Bagi yang tidak datang akan dikenakan saksi sebab dianggap menghina kepala sekolah. Aneh sih dengar peraturan itu, Cuma mau gimana lagi.

Ketika acaranya dimulai setelah di absen ada beberapa murid yang tidak hadir berbagai alasan. Parahnya Rinda tidak hadir tanpa keterangan apapun.
“ Katakan pada Rinda kalau sampai di kapal ia juga tidak datang, maka dengan terpaksa ia saya skor selama sebulan. Dan kamu juga akan punya urusan dengan saya.“ ujar kepala sekolah pada guru BP.
“ Saya akan usahankan pak.“ Balas beliau.
Hafiz yang mendengarnya jadi merasa kasihan kepada guru BP itu. Guru itu bisa dikeluarkan hanya karena masalah sepele kayak gini. Ia langsung keluar dari gedung Hotel itu.

Rinda dengan santai membuka pintu karena ada tamu. Tapi, herannya dia ketika tahu ternyata Hafiz yang datang ke rumahnya malam – malam Begini. Ia lalu mempersilahkan Hafiz duduk di kursi yang berada di teras rumahnya.
“ Aku gak menganggu kamukan?“ tanya Hafiz basa – basi.
“ Sedikit mengganggu. Kenapa loe tiba – tiba datang ke rumah gue?“ balas Rinda jutek. Tak ada bedanya di sekolah dengan di rumah.
“ Hari ini pak kepala sekolah memberi saksi pada guru Bpmu karena kamu tidak hadir di ulang tahunnya. Kenapa?“
“ Gue gak tertarik yang mananya ulang tahun. Kalau tidak ada lagi sebaiknya loe pulang karena gue mau istirahat.“ Rinda berdiri bersiap – siap hendak masuk.
“ Bapak Budi ( guru BP) akan dikeluarkan kalau kamu tidak datang ke kapal besok.“
“ Eh...loe fikir gue peduli apa. Gak alasannya gara – gara murid tidak hadir guru dipecat.”
“ Aku rasa kamu lebih mengenal kepala sekolah ketimbang saya. Saya menyampaikan ini supaya kamu ada sedikit rasa kasihan kepada beliau. Kamu bisa bayangkan gimana kalau sampai ia dikeluarkan dari kerjaannya. Lalu bagaimana dengan anak dan istrinya.“
“ Kerjaan gue banyak gak cuma itu aja. Gue tetap gakkan datang, camkan itu“ Rinda kemudian masuk ke dalam rumahnya dan menutup pintunya.

Sebelum Hafiz pulang, di pagar ia berjumpa dengan Ayahnya Rinda. Beliau kemudian mengajak Hafiz masuk ke dalam rumahnya. Berbeda dengan Rinda, orang tuanya sangat ramah dan sopan padanya. Tak berapa lama kemudian Hafiz mohon diri. Ayahnya lalu menemui Rinda di kamarnya.
“ Kenapa kamu tidak mau datang ke acara kepala sekolahmu?“ tanya papa
“ Pa, Rinda rasa papa juga tau alasannya“ balas Rinda.
“ Rinda....! papa gak akan maksa kamu untuk hadir ke pesta itu. Namun, papa cuma pengen kamu tau Pak Budi akan menderita kalau sampai ia dipecat. Istrinya...akan sedih kalau anak – anak tidak lagi mendapat pasilitas seperti sebelumnya bahkan untuk sekolah anak – anaknya pun akan terancam. Pikirkan Rinda perasaan anak – anaknya....“ ujar ayahnya kemudian beliau keluar. Sungguh ini pilihan sulit buat Rinda. Ia benar – benar bingung.

Esoknya di kapal semua murid sudah bersiap – siap untuk berangkat. Absen nama dimulai.
“ Gue yakin habislah pak Budi kali ini.“ Ujar Boy senang. Siapa yang tak tahu kalau Rinda gak bakalan datang.

Hafiz pun khawatir kalau sampai Rinda gak datang. Dari tadi ia terus berdiri di pinggir kapal sambil melihat – lihat ke arah pintu masuk. Tasya dengan bangganya ikut acara ini. Paling tidak ia mempunyai banyak kesempatan untuk berduaan dengan Hafiz.
“ Rinda datang!!!“ Teriak anak – anak pada heboh.
Hafiz langsung melihat ke pintu dan benar ia benar – benar datang. Namun, ada sedikit keanehan, dari wajahnya kelihatan ada kejanggalan. Kejadian itu tak lama sebab ia sudah masuk ke dalam kapal. Rinda memasuki ruangan yang merupakan kamarnya selama di kapal nantinya.

Seharian ia tidak keluar dari kamarnya sampai – sampai dikunjungi salah satu murid untuk mengajaknya keluar mengikuti peraturan – peraturan yang akan disampaikan kepala sekolah. Dengan terpaksa ia keluar juga. Sampai di ruangan yang luar itu, semua teman – temannya pada memperhatikannya dari ujung kaki hingga ujung rambut.
“ Ok. Saya mulai aja pengumunannya karena kalian sudah pada kumpul semua. Entar malam diwajibkan semua murid untuk memberikan sebuah pertunjukan di hari ulang tahun saya berupa hadiah untuk saya ...bla…..bla…..bla……” begitu panjang ceritanya sehingga bosan menunggunya.
Usai pengumuman, semua murid bubar kembali ke aktivitas masing – masing. Hafiz langsung menghalangi langkah Rinda ketika hendak menuju ke kamarnya. “ Bisa kita bicara?“ tanya Hafiz.
“ Tidak bisa. Gue masih ada kerjaan“ langsung masuk.

Hafiz dengan nekadnya memegang tangan Rinda. Kaget Rinda di buatnya. Dengan cepat ia menarik tangannya. Namun, Hafiz tidak melepaskannya.
“ Eh.... jangan loe fikir loe bisa seenaknya ngatur – ngatur gue mentang – mentang loe pelatih di sini ya“ .
“ Loe jangan lupa, gue juga seperti guru loe di sini walau gue Cuma pelatih anak – anak.“ Ujar Hafiz tegas.
“ Loe bukan guru gue, jadi jangan bersikaf seperti guru sama gue. Oh.... gue lupa, loe aktor yang suka cari muka itu ya?“ sindir Rinda mengejek. Ia terus menarik tangannya dari genggaman Hafiz yang tak lepas – lepas. Tak membalas kata – kata Rinda, namun ia langsung menarik Rinda masuk keruangan Rinda lalu mengunci pintunya.
“ Apa ini sikap seorang pembimbing dengan lancang masuk ke kamar murid cewek.“ Bentak Rinda dengan paksa menarik tangannya hingga lepas.
“ Loe lupa gue bukan guru loe. Sekarang kita berdua di ruangan yang sama. Bisa kita bicara?“ tanya Hafiz yang masih berdiri dihadapan Rinda yang tak bisa bergerak gara – gara Hafiz menantang tatapan matanya.
“ Katakan!“ ujar Rinda buang muka.
“ Gue Cuma pengen ngucapin makasih ama loe karena udah mau datang. Itu artinya loe masih mikirin perasaan guru loe.“ Ujarnya santai.
“ Gue datang karna………” pembicaraan Rinda langsung dipotong hafiz
“ Gue gak butuh alasan loe. Karena gue Cuma mau bilang itu.” Kemudian Hafiz beranjak dari Rinda dan membuka kunci pintu.
“ Loe udah berbuat kurang ajar ama gue. Dan harus loe tau gue....gak akan keluar nanti malam“ Hafiz langsung keluar tanpa mengomentari kata – kata Rinda. “ Brengsek....!“ jerit Rinda. Ia merasa direndahkan diperlakukan seperti tadi. “ Dia fikir dia sapa pegang – pegang gue.“
Malamnya........

Tepat jam 7, Hafiz tak menemui Rinda. Ini akan bermasalah besar pada Pak Budi. Ia langsung pergi ke ruangan Rinda. Namun di tengah perjalanannya ia berjumpa Tasya.
“ Pak mau kemana? Bukannya acaranya udah di mulai!“ Tanya tasya yang sudah berpenampilan abis. Kebetulan jumpa di sini, langsung bisa bicara berdua tanpa gangguan orang lain.
“ ya… kelihatannya kamu udah siap. Kamu cantik malam ini” balas Hafiz sejenak. Ini supaya Tasya tidak tersinggung.
“ Kalau gitu....yuk pak kita sama – sama ke sana.“
“ O....Maaf Tasya. Saya masih ada urusan penting yang harus saya selesaikan. Kamu duluan aja entar saya nyusul. Udah dulu ya” Hafiz langsung pergi.
“ Ada urusan apa sih. Inikan bukan tujuan ke ruangan Pak Hafiz. Jangan – jangan ada sesuatu hal yang rahasia.“ Diam – diam Tasya mengikuti langkahnya.
“ Rinda......open the door!“ ujar Hafiz menunggu di pintu Rinda. Tak berapa lama Rinda membukakan pintunya karena sudah sekian kali Hafiz mengetuk pintunya. Ia melihat Hafiz sudah rapi dengan jas hitam yang ia kenakan. Tentu aja ia kelihatan lebih tampan dari biasanya. Namun, ini takkan merubah keputusan Rinda. Ia kemudian berdiri tegak tepat dihadapan Hafiz dan berkata “ Sebaiknya loe pergi. Karena percuma loe di sini lama – lama. Gue gak akan ikut.“
“ Loe harus ikut demi kebaikan Pak Budi.“
“ Loe gak bisa maksa gue.”

Hafiz menerebos masuk ke dalam tak perduli dengan larangan Rinda “ Sekarang buruan loe ganti baju, gue tunggu di sini“ ia duduk di tempat tidurnya.
“ Gue minta loe keluar dari kamar gue sebelum gue teriakin ada maling.”
“ Loe mau ngancam gue. Gini aja kita bertarung kalau gue menang loe harus ikut sama gue jadi pasangan gue… oh ya, gue lupa loekan gak bisa bela diri.”
“ Ok, gue trima tantangan loe. Tapi kalau gue menang, gue minta sama loe jangan lagi berdiri di hadapan gue.”
“ Ok”

Awalnya, Rinda membuat ancang – ancangan. Diluar info Hafiz Rinda sudah mengikuti bela diri sejak SD. Namun ia hentikan ketika meninggal orang tuanya. Saat Rinda mengeluarkan pukulannya, hafiz dengan cepat mengelak. Ia hapal banget gerakan itu , Hafiz membalasnya dengan sebuah rangkulan di bahu Rinda. Rinda langsung menyingkirkan tangan Hafiz hingga mereka berjauhan.
“ Gerakanmu boleh juga.“ Komentar Hafiz.
“ Kenapa? Loe takut?“
“ Sangat takut.“ Hafiz langsung menyerang. Entah bagaimana caranya hafiz bila melipat kedua tangan Rinda dibelakang badannya Rinda.
“ Aukk....“ teriak Rinda kesakitan.
“ Sekarang bagaimana?“ tanya Hafiz.
“ Loe menang“ ujar Rinda. Hafiz langsung melepaskannya.

Di luar Tasya cemburunya minta ampun. Apa lagi saat mereka bedua di kamar entah apa yang dilakukan mereka ia tidak tahu. Tak berapa lama mereka keluar dengan bergandengan tangan. Ia tambah gila cemburunya. Gimana bisa Rinda secantik itu, bersama Hafiz lagi.
“ Gue lakuin ini karena terpaksa. Loe ingat itu.“
“ Gue gak minta komentar loe“

Sampai di pesta itu, muka Rinda berubah jadi merah padam. Perasaannya jadi tak tenang ketika dengan suasana pesta. Ia kemudian ingat akan pestanya setahun yang membuat ia dapat kabar orang tuanya meninggal.
“ Pergi bawa gue dari sini.Please………!” ujar Rinda berat karena menahan tangisnya.
Hafiz sempat kaget juga, ada apa dengan Rinda. Namun, ia langsung membawa Rinda keluar dari ruangan itu. Sampai di luar, langsung Rinda menangis sejadi – jadinya. Hafiz membiarkan Rinda menangis sepuasnya walau dalam hatinya telah tersimpan seribu tanya kenapa?

Lama kemudian.......hujan turun namun Rinda tidak juga pergi dari bibir pagar kapal itu. Walau tinggal isak tangisnya masih ada, ia belum juga buka suara. Hafiz tak sabar juga, ia khawatir Rinda jatuh sakit karena kena hujan malam. Ia lalu mendekati Rinda.
“ Ayo…. Masuk.”
“ Pergi loe. Biarin gue sendiri. Loe sekarang udah puaskan buat gue kayak gini.” Teriak Rinda kasar dan kini tangisnya tambah.
“ Apa maksud loe..gue gak ngelakuin apa – apa ke loe“ bantah Hafiz.
“ Apa loe bilang...??“ sesaat Rinda diam menghela air matanya yang kini telah bercampur dengan air mata.“ Loe sengajakan ngingatin gue ama kematian mama gue.“
“ Apa?“
“ Jangan pura – pura gak tau. Loe udah taukan dari papa gue. Perlu gue ulangin lagi kalau gue yang buat mama gue meninggal. Biar loe puas ketawain gue. Gue udah tau sejak awal loe dekatin gue, sok perhatin. Tapi dibelakang loe ketawain gue……”

Jadi ini masalahnya yang buat ia benci sama Ulang Tahun. Papanya hanya mengatakan bahwa Rinda sangat membenci yang namanya Ulang Tahun karena suatu sebab. Awalnya emang Hafiz penasaran bagaimana reaksi Rinda ketika berada di pesta. Namun, ia tidak menginginkan hal seperti ini.
“ kenapa loe diam?” Tanya Rinda. “ bingung gimana gue tau semua isi hati loe?” tiba – tiba tangis Rinda berhenti karena baru sadar dari tadi teman – temannya sudah mendengarkan teriak – teriakannya yang ia tujukan pada Hafiz. Hafiz pun kaget ketika tau Semua temannya sudah berada di belakang mereka.
“ Sekarang loe bener – bener puas berhasil ngerjain gue“ ujar Rinda pelan. Hanya Hafiz yang dengar karena Hafiz berdiri di sampingnya. Air matanya kini telah habis tak keluar lagi.
“ Apa yang kalian lakukan di sini?“ tanya kepala sekolah dengan curiga.
“ Apa yang kami lakukan saya rasa Bapak tahu tanpa saya katakan“ balas Hafiz dengan lancar.
“ Yah Bapak... Kenapa dipotong. Kitakan pengen tahu gimana kelanjutannya.“ Ujar anak – anak.
“ Benarkah. Baiklah, lanjutkan!“ ujar kepsek.
“ Kalian fikir ini cerita sinetron?“ protes Rinda pada anak – anak.
“ Rin, Pak Hafizkan belum jawab tentang apa yang kamu tuduhkan padanya.“ Ujar guru Bahasa Indonesia si tukang usil urusan muridnya.

Rinda mengalihkan pandangan ke Hafiz yang terdiam. “ Jadi loe mau mengelak dari kenyataan?“ tanya Rinda lagi ia masuk dalam permainan Hafiz.
“ Loe salah. Gue sama sekali gak tau tentang kematian Ibu loe. Dan gue gak minta loe menangis di depan orang – orang seolah – olah gue yang paksa loe.”
“ ………….” Dalam hati Rinda benar – benar gak percaya Hafiz sanggup bicara seperti.
“ Gue pengen membuat loe bisa kembali seperti yang dulu, yang selalu perduli pada orang lain, ceria saat bersama teman – teman loe………….”
“ Cukup! Sejak kapan loe mata – matai gue?”
“ Tak semua yang kita fikirkan itu selalu tahu waktunya kapan kita melakukannya.” Balas Hafiz pa
“ Gak usah loe banyak ngomong!”
“ Rinda,! dia gurumu. Bagaimana pun juga dia bukan sebayamu.” Ujar kepsek yang mendengar kata – kata Rinda pada Hafiz.
“ Gue gak pernah punya guru yang berani kurang ajar ama anak didiknya.“
“ sekarang gini aja. Kita bukan berada di sekolah, anggap aja kita dua orang yang tidak saling kenal. Gue akan buktikan sama loe kalau gue seorang pecundang. Sekarang katakan apa yang harus gue lakukan untuk buktikan kalau gue gak bersalah.“
“ Ok... Gue mau loe terjun ke sungai. Apa loe berani?“ Rinda berkata demikian sebab ia yakin bagaimana pun hebatnya seseorang tidak akan berani terjun ke sungai sedalam itu.
“........“ Hafiz melihat ke bawah. Ini benar – benar gila.
“ Udahlah, gue udah tau loe gak akan ngelakuinnya.“ Lalu mendekati Hafiz. “ Loe fikir gue bodah“
“ Gue bakal ngelakuinnya. Tapi, gue ada syarat.”
“ Oh ya, gue jamin gue akan ngelakuin apa pun mau loe kalau loe berhasil ngelakuinnya.”
“ Kalau gue berhasil, loe harus mau kissing ama gue di hadapan semua orang yang ada di sini.” Ujar Hafiz menantang Rinda.
Rinda terdiam mendengarnya. Kenapa sekarang malah dia yang dirugikan. Sial...Tapi kemungkinan besar Rinda yang menang. “ Gue terima syarat loe“

Ini adalah peristiwa yang besar dalam sekolah. Namun banyak anak – anak berharaf Hafiz gagal sebab semua orang tau siapa sih yang nolak tawaran Hafiz. Semua berkumpul di pinggir kapal melihat Hafiz bersiap – siap untuk terjun ke sungai.
“ Pak, Bapak gak perlu terjun ka sana hanya karena untuk kissing ama dia. Saya juga mau kasih tanpa ngelakuin apa – apa.“ Ujar Tasya menggoda pada Hafiz.
“ Aku terlanjur buat kesepakatan dengan Rinda. Maaf ya“

Syaratnya, selama 15 menit Hafiz harus berendam di bawah. Bila gagal ia akan dinyatakan salah. Ketika masuk, semua orang was – was takut akan Hafiz tenggelam. Namun syukurnya ia tidak apa – apa. Berlangsung 10 menit sudah, namun Hafiz kelihatan amat kedinginan. Ia terus bertahan hingga 15 menit berlangsung. Semua orang – orang pada sibuk membantunya naik ke kapal. Ia langsung diberi selimut dan diberi air teh hangat untuk mengembalikan suhu tubuhnya.
“ Hafiz...! loe gak papa kan?“ Tasya langsung menerobos Hafiz memeluknya. Orang – orang pada kaget melihatnya. Tak disangka, Tasya langsung kissing Hafiz.
“ Apa – apaan kamu?“ Hafiz langsung mendorong tubuh Tasya darinya.
“ Fiz, gue tuh khawatir ama loe...“ ujar Tasya sederhana perasaannya juga senang sebab berhail mencium Hafiz.
“ Dasar cewek gatal…” anak – anak berkomentar.
“ Eh… loe gak sadar ya. Yang harusnya ngelakuin itu Rinda bukan loe. Gimana sih?” bantah yang satu lagi.

Hafiz melihat reaksi Rinda yang santai amat. Ia tetap berdiri di pinggir kapal memandangnya terus. ketika ia melangkah mendekati Hafiz, semua teman – temannya memberi jalan untuknya. Hafiz berdiri ketika Rinda sudah berdiri di hadapannya.
“ Gue akui loe emang hebat. Selamat!!”
“ Gue cuma pengen tunjukin ke loe, kalau gue gak salah.”
“ So... Gue rasa Tasya udah berikan hadiah yang loe ajukan tadi, gue rasa gue gak perlu lagi kissing with you.“
“ Perjanjian tetap perjanjian. Tasya gak ada dalam perjanjian“ sesaat Rinda terdiam karena ia bingung bilang apa untuk menghindari kesepakatan itu” Atau loe yang takut karena gak pernah” ujar Hafiz lagi.
“ Loe ngejek gue?” Rinda tersinggung.
“ Kenapa harus marah. Sekarang gini, kalau loe masih pengen di bilang orang yang jujur. Sekarang buktikan ke gue!“ Hafiz menantang Rinda.
“ It’s ok. Tapi mulai sekarang gue gak akan lupa atas kurang ajarnya loe ke gue.“ Ujar Rinda.

Kelihatan dari wajahnya Hafiz senang mendengarnya. Ia kemudian melangkah beberapa langkah lebih dekat pada Rinda. Lalu berlahan ia merangkul pinggang Rinda hingga merapat ke tubuhnya.
“ Asal loe tau, gue ngelakuin ini karena gue terlanjur cinta ama loe.“ Bisiknya di wajah Rinda. Kaget juga Rinda mendengarnya. Namun, kediaman itu tak berlangsung lama karena Hafiz langsung mendekati wajah Rinda dan menciumnya. Teman – temannya pada melongo meihat pemandangan langka itu.
“ Ini tidak mungkin“ ujar Tasya tidak terima. Namun kalau sudah terjadi apa mau dikata.
“ Romantis!“ ujar salah satu guru tersanjung melihatnya.
Sebelum Hafiz lebih lama lagi, Rinda langsung mendorongnya, tak tinggal dengan senyumnya ia menatap Rinda. Mendadak ada kabar Tasya pingsan di kamarnya karena mencoba bunuh diri. Semuanya jadi sibuk melihat ke kamar Tasya.
Ini sungguh kutukan buat Rinda. Ia merasa Tasya bunuh diri karena Rinda datang ke pesta ini. Langsung saja ia lari ke kamarnya. Akhirnya pesta ini disudahi karena Tasya harus cepat dibawa ke Rumah Sakit. Usai beres – beres barang, Hafiz keluar dari ruangannya tak sengaja ia juga melihat Rinda berjalan menuju tangga keluar kapal. Ia tampak santai dan menganggap gak ada masalah. Padahal dalam hati Rinda ia sangat khawatir dengan keadaan Tasya.

Siang ini ia berniat pergi ke Rumah Sakit menjenguk Tasya. Ketika ia ke toko bunga, ia juga berjumpa dengan Hafiz yang sedang membeli bunga juga. Ketika pembayaran Hafiz menyapanya.
“ Mau jenguk Tasya ya?“ sapanya
“ Ya.....“ balasnya jutek.
“ Gue juga mau ke sana. Gimana kalau kita sama – sama ke sana.”
“ Gak usah. Gue gak mau Tasya bunuh diri untuk kedua kalinya gara – gara lihat kita berdua.”
“ Dia bunuh diri karena keinginannya bukan cemburu karena lihat kita berduaan.”
“ Loe gak ngerti juga ya orang lain perhatian ama loe. Seharusnya loe itu bisa lihat kesungguhan Tasya suka ama loe.”
“ Gak bisa karena gue udah tempatin hati gue sama seseorang.”
“…………” Rinda terdiam mendengarnya,, apa ini menyindirnya.
“ Sayangnya orang itu yang belum memahami perasaan gue. Mungkin kalau gue gak ada, baru ia tau kalau gue sangat sayang ama dia.” Hafiz memandang Rinda tanpa henti. Rinda langsung mengalihkan pandangan, ia kemudian berkata “ Aku harus pergi“
“ Kalau memang kita gak ada hubungan apa – apa, kenapa kamu takut untuk berangkat sama - sama?“
“ .............“ Rinda langsung pergi.

Sampai di rumah sakit, Rinda langsung ke ruangan Tasya. Gak taunya Tasya ramah banget ama dia diluar perkiraan Rinda.
“ Thanks ya udah mau jenguk aku. Kenapa gak sama kak Hafiz? Aku dengar dia juga mau datang”
“ Aku gak tau dia mau ke sini“ pura – pura Rinda.
“ Kamu beruntung ya dicintai sama kak Hafiz. kamu tau gak, setiap hari tuh yang ada dia nanyai kamu terus kalau kita latihan. Sampe anak – anak bosan dengarnya.“
“ Mungkin aja dia punya maksud jahat ama gue“
“ Kamu salah. Kamu ingat gak waktu kamu gak datang ulang tahun gue. Dia gelisah banget kamu gak datang, karena dia berharaf banget lihat kamu hadir setiap ada acara.“

Sesaat Tasya menghentikan ceritanya. “ aku pernah diam – diam baca buku hariannya, dia bilang dia cinta ama kamu.“
“ kenapa kamu ngomongin ini semua ke gue?“
“ Supaya loe tau gimana perasaan kak Hafiz ke loe. Gue kasihan ama dia yang terus – terusan memendam perasaannya. Lagian gue sadar cinta itu gak bisa dipaksakan” .
“ Tapi, cinta loe harus diperjuangkan”
“ Gak Rin, Gue tau banget kak Hafiz sayang ama loe. Gue gak mau ganggu hubungan kalian. Jangan kecewakan dia Rin, dia pria yang baik.”
“ Aku …………bingung.” Sesaat ia terdiam.
“ Seminggu lagi ia ulang tahun. Kalau kamu emang cinta ama dia, datanglah ke Pantai Santai. Di sana ia ngerayain ultanya…”
“ Kenapa bukan dia aja yang langsung bilang ke gue?“
“ Dia takut kamu gak datang. Please Rin! pertimbangkan baik – baik keputusan kamu!“
“ Kayaknya udah sore, aku pulang dulu ya!. Kamu cepat sembuh ya!”
“ Makasih ya!“

Rinda bingung kepada dirinya. Kenapa ia terus gelisah terus usai pulang dari Rumah Sakit. Hendak menutupkan matapun ia sulit.
“ Aku benci ulang tahun.....aku benci“ teriak Rinda dalam hatinya.

Kenapa harus di ulang tahun Rinda buktikan perasaannya pada Hafiz. Dia akui memang ia suka sama Hafiz atas perjuangan yang selama ini dilakukannya. Rasanya berendam di sungai tengah malam seperti masuk ke lemari es, melawan brandal hanya karena cewek yang selalu menjauhinya. Tapi, ia takut akan terjadi sesuatu kalau ia datang ke acara itu.
“ Rinda..... kelihatannya kamu lagi ada masalah?“ tanya papanya yang melihat Rinda dari tadi mondar mandir di depan papanya.
“ Pa, Rinda ada undangan dari Hafiz minggu depan. Dia berharaf banget Rinda datang. Cuma Rinda belum berani pa“
“ Jadi ceritanya udah jatuh cinta nih.....“
“ Papa…! Rinda lagi bingung nih”
“ Ok.. Ok ..Semua yang kita lakukan itu harus diiringi dengan semangat. Kamu sekarang sedang diselimuti ketakutan, jadi kamu harus lawan yang namanya takut.“
“ Kalau terjadi sesuatu gimana?“
“ Itu karena kehendak Allah bukan karena kehadiran kamu. Kamu harus tanamkan itu dalam hati kamu.“
“ Rinda....“ tiba- tiba air matanya mengalir. Papanya jadi bingung. Ia langsung merangkul anaknya itu.
” Rinda kangen mama, Pa“
“ Papa juga kangen sama mama kamu. Dia pasti senang disana, kamu gak usah khawatir ya?“
“ Rinda pengen ziarah ke makam mama.“
“ Ia. Besok kita ke sana ya.“

Esok harinya, mereka berangkat ke pemakaman mamanya. Tak lupa berbagai bunga segar dibawa ke sana. Sampai di sana dia membacakan yasin dipersembahkan untuk mamanya. Ia juga menaburkan bunga dimakam mamanya.
“ Ya Allah... semoga mamaku di sana Engkau terima ya Allah. Aku janji gak akan takut lagi sama masa lalu Rinda.”
Ketika malam hari yang dinanti Hafiz tiba. Semua orang yang diundangnya pada berdatangan. Namun, Hafiz belum juga keluar, ia sibuk dengan penampilannya. Bagaimana pun juga ia harus kelihatan keren walau ia emang udah keren.

Tak berapa lama kemudian ia menemui tamu – tamunya. Ada yang sebayanya ada juga adik – adik ajarnya. Ia sibuk kesana kemari menyapa orang – orang sampai ia menabrak seseorang dibelakangnya.
“ Ya ampun………Sorry – sorry! Loe gak papa kan?” ujar Hafiz.
“ Gue gak papa kok. Oya... selamat ulang tahun ya?“ ujarnya mengulurkan tangan.
“ Rinda!!“ Hafiz kaget ternyata cewek yang bertabrakan dengannya Rinda, cewek yang dari tadi dinantinya. Ia sangat bahagia sampai ia langsung memeluk Rinda. Rinda hanya tersenyum walau orang – orang jadi memerhatikan mereka.
“ Untuk ulang tahun gue kali ini, gue dihadiahin cewek yang benar – benar spesial bagi gue. Terima kasih.“ Ujar Hafiz saat ia menyampaikan pesan – pesan.
“ Mungkin kamu melupakan Tasya, karena dia aku jadi sadar kalau kamu itu cinta ama gue. Thanks ya Tasya!“ Rinda tersenyum pada Tasya yang berada di sekitar teman – temannya. Tasya tersenyum manis padanya.

& THE END &

PROFIL PENULIS
Nama : Fauziah Mangunsong
Saya seorang mahasiswi di IAIDU, sekretaris umum di IKATAN SOSIAL MUDA ASAHAN, tenaga pendidik di yayasan pesantren falahiyah kisaran, eliau juga seorang sastra wati yang cukup berbakat.

Baca juga Cerpen Remaja yang lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar