LOVE STORY
Oleh Ahmad Bahrin Nada
Love story itulah sebuah istilah yang lagi ngetren sekarang ini, seakan-akan cinta itu harus ada disetiap tempat dan waktu, dan seolah-olah yang namanya pacar itu pun menjadi suatu kewajiban yang harus dimiliki sebelum menikah dikalang anak-anak muda sekarang. Dengan didukungnya media dan teknologi yang canggih sekarang ini, cinta dapat dengan mudah didapatkan, diternak, dan dipermainkan.
Andik salah satu temanku yang berjuang untuk mendapatkan cinta dari seorang wanita, semenjak ia masih duduk dibangku sekolah dasar hingga kini ia telah dua kali menjadi sarjana, tapi semua perjuangannya itu selalu gagal. Sudah puluhan kali ia melesatkan ucapan maut seorang pria terhadap wanita yakni “I LOVE U”, tapi selalu meleset bahkan tidak menganai sasarannya sedikitpun. Ia seolah-olah tak pernah menyerah dalam mencari cintanya yang tidak jelas itu, berbagai tips dan trik-trik cinta ia pelajari, tapi semua itu tidak ada hasilnya sama sekali.
Diusianya sekarang yang hampir mendekati kepala tiga ini, aku prihatin dengan temanku yang satu ini, semua teman-temannya selalu mengolok-oloknya dikarenakan ia Sucin (susah cinta), dan akhir-akhir ini setiap temanku itu mendapat undangan resepsi pernikahan, ia tak pernah menghadirinya dikarenakan ia malu ketika menghadiri acara resepsi, dan pasti ia selalu ditanya tentang kapan ia menikah, sedangkan ia saja belum punya pacar apalagi calon.
Ketika masuk ruangan kantor tempat kerjaku, aku melihat sebuah undangan resepsi pernikahan berwarna merah dengan diikat oleh pita berwarna merah muda yang diletakkan diatas meja kerjaku, dengan rasa penasaran aku pun membuka tali pita itu pelan-pelan dan membaca surat udangan itu, ternyata disitu tertuliskan nama temanku Andik Prasetiyo dengan Eni Rahmawati. Aku pun terkejut setelah melihat nama temanku itu disurat undangan tersebut, dan yang membuatku terkejut lagi adalah nama calon pengantin wanitanya.
Aku bersyukur sekali atas planning temanku dari kecil itu, untuk menutup masa lajangnya dengan cara menuju ke plaminan, walaupun ia harus berjuang mati-matian untuk mendapatkan seorang pacar yang mana ujung-ujungnya ia pasti gagal, tapi mungkin ia tidak ditakdirkan untuk berpacaran melainkan langsung menikah. Setelah aku menutup undangan itu aku pun tarik nafas panjang lalu duduk santai dikursi kerjaku yang empuk itu, aku pun tersenyum ketika mengingat perjuangan cinta terakhir temanku itu.
Dari sekian banyak wanita yang menolak cinta temanku itu, ada beberapa wanita yang membekas dihatinya yakni Rini. Rini adalah teman seruangku dan Andik ketika kita masih dibangku pasca sarjana, waktu itu memang antara Andik dan Rini sangatlah dekat, bahkan kemana-mana mereka selalu bersama, tapi kali ini Andik tidak seperti biasanya ketika ia suka sama seorang wanita pasti Andik akan cepat-cepat menembaknya dengan mengatakan cinta kepada orang yang dicintainya, karena ia takut kalau orang yang ia cintai didahului oleh orang lain.
Setelah satu semester mereka dipasca sarjana Andik berkeinginan untuk menembak orang yang selama ini selalu menemaninya kemanapun ia pergi, Andik pun telah menentukan hari, tempat dan waktu untuk ia menembak Rini. Sehari sebulum rencana andik untuk menembak Rini terlaksanakan, Rini meminta Andik untuk menemuinya dibelakang kampus sehabis matakuliah terakhir. Andik pun dengan senang hati menemui wanita pujaannya itu, tapi setelah ia menemui Rini dibelakang kampus dan mengobrol empat mata disana, andik kembali dengan tampang seperti orang stres, ia mendekatiku dengan mata berkaca-kaca dan badannya lemas sekali.
Aku pun membawanya pulang kerumahnya supaya ia bisa istirahat, entah apa yang mereka obrolkan dibelakang kampus sehingga membuat temanku yang satu ini menjadi lemah dan tidak berdaya, seperti orang keracunan bisa ular kobra. Setelah Andik agak enakan ia pun menyuruhku untuk mengambilkan undangan yang ada berada diranselnya, aku pun menuruti apa yang ia perintahkan, ketika aku lihat undangan itu, ternyata itu adalah undangan resepsi pernikahan.
“Apa jangan-jangan Andik stres gara-gara undangan ini ya?” pikirku sambil membolak balik undangan itu, dan tiba-tiba andik mendekatiku dan merampas undangan itu dari tanganku.
“Ini bro, kau tau ini? Ini undangan resepsi yang membuatku stres, ini undangannya si Rini perempuan yang aku idam-idamkan selama ini, dan esoknya hendak aku tembak, tapi apa? Ia malah memberiku undangan resepsi pernikahannya, padahal aku berharap penuh dengannya.” Kata Andik sambil meneteskan air mata dan meremas-remas undangan tersebut.
“Dah, yang sabar lagi lah, kayak kamu ini gak pernah ditolak cewek aja. Kayak didunia ini cewek cuman Rini aja, walaupun kamu gagal dapetin si Rini kamu kan bisa dapetin adiknya Rina, justru kalau menurutku lebih cantik Rina dari pada Rini, dan secara umur pun kamu dan Rina itu pas, beda empat tahun dibawah kamu.” Candaku kepadanya.
Akhirnya andik pun melakukan saranku yakni PDKT dengan Rina adik kandung dari Rini, walaupun saranku itu disertai dengan gurau tapi oleh andik ditanggapi serius. Setelah beberapa hari kejadian yang sangat memukul Andik itu pun mulai sedik-sedikit terhapus dari pikiran kawanku itu, sekarang andik pun fokus untuk mendapatkan Rina seorang mahasiswi jurusan kedokteran di UNAIR. Andik pun berusaha mencari perhatian Rina dengan berbagai cara, setelah sebulan andik melakukan PDKT terhadap Rina, kali ini ia tak mau tunggu lama untuk menembaknya.
Setelah Andik mengatakan cinta kepada Rina, akhirnya ia pun diterima, dan baru kali ini dalam seumur hidupnya cintanya diterima oleh seorang wanita, dan setelah ia menjalani cintanya selama setahun, setelah setahun Andik pun harus bercinta jarak jauh selama tiga bulan, dikarenakan ia harus mencari bahan buat buku karangannya yang menjadi salah satu syarat untuk ujian akhir nanti.
Tiga bulan pun berlalu, akhirnya Andik pun pulang dari singapura dengan membawa hasil kerjanya selama ini, setelah lama ia tidak bertemu dengan Rina ia pun mencoba main kerumahnya. Sesampainya disana ia mengetuk pintu rumahnya Rina, ketika pintu dibuka yang ia lihat bukanlah Rina yang membukanya melain seorang laki-laki yang seumuran Andik, tak lain lagi laki-laki itu adalah teman kosnya Andik dulu ketika ia masih di Malang, ketika Andik masih menempuh S1 disana. Setelah lama andik berbincang-bincang dengan teman lamanya itu, sebut saja Anto, Andik baru ingat dengan tujuannya ia datang kesana.
“Oh iya bro, aku datang kemari tadi tu tujuanku ingin bertemu dengan Rina, Rinanya adakan ya?” Tanya Andik.
“Rina istriku maksud kamu? Kok kamu tau kalau aku sudah nikah dapat Rina, dia lagi main kerumah neneknya di Gresik sana, aku ditinggal sendirian nih.” Jawab Anto tenang.
“Lho! Rina tu istri kamu, Rina anak fakultas kedokteran itu? Adiknya Rini itu?” tanya Andik kebingungan sambil keheranan.
“Iya betul, Rina adiknya Rini, ya kita baru sebulan yang lalu menikah, ya terpaksa dia harus cuti kuliahnya dulu satu semester.” Jawab Anto dengan santai.
Dengan rasa sangat kecewa Andik pun berpamitan dengan teman lamanya itu untuk kembali kerumah, sepulang dari dari rumahnya Rina, Andik pun pergi kerumahku, sesampainya dirumahku seperti biasa badannya lemas dan tampangnya pucat.
“Bro, lagi-lagi gagal nih, memang malang betul nasibku ini, aku sudah kapok jatuh cinta lagi bro.” Ucap Andik kepadaku sambil membantingkan tubuhnya dikasur kamarku.
“Yaelah, Andik Andik, your love story is broken banget, capek aku mikirin kamu dik.” Ucapku sambil melempar bantal ke Andik.
“Sudahlah dik, lagi-lagi kamu memang harus bersabar yang melebihi orang sabar, kalau kamu masih berhati baja kamu kan masih bisa pakek jalan terakhir yakni dengan cara kamu incar tu adiknya Rini dan Rina yang masih duduk dibangku SMA atau kalau kamu mau yang extrim lagi ibunya mereka sekalian kamu pacarin.”
Lagi-lagi andik menanggapi serius candaku itu, ia pun bertekat untuk mendekati adik dari orang-orang yang telah gagal ia curi hatinya itu, ia pun terus berusaha sampai bisa mendapatkan Rani, adik bungsu dari Rina dan Rini, tapi setelah ia berhasil mendekati Rani, Andik pun berjanji akan melamar Rani setelah Rani lulus dari SMA nanti. Dan setelah Rani lulus SMA dan Andik pun telah mendapat gelar “Drs”, Andik mencoba untuk menghaturkan niatnya untuk melamar si Rani kerumahnya.
Entah mimpi apa andik semalam, ketika ia melamar kerumahnya Rani dan menghaturkan niat mulianya itu, Andik ditolak mentah-mentah oleh pamannya Rani, dikarenakan Rani masih terlalu muda untuk menikah, dan Rani pun disuruh untuk melanjutkan belajarnya dulu ke perguruan tinggi baru ia boleh menikah. Dan setelah ditolaknya Andik untuk melamar Rina, ia pun tak pernah menemuiku lagi, tak pernah lagi datang kerumahku dan tidak ada kabar tetang si Andik temanku itu.
Waktu itu aku sempat berfikir ‘jangan-jangan andik bunuh diri atau menyendiri disuatu tempat yang tidak diketahui oleh orang, kok dia sudah tidak ada kabar lagi.’
Tapi semua itu terjawab ketika aku melihat undangan resepsi pernikahan yang ada diatas meja kerjaku, aku lega dan bersyukur atas kabar baik temanku ini, walaupun perjuangannya yang sangat pedih itu akhirnya usai juga dan terbalas atas pernikahannya dengan wanita pilihanya yaitu Eni Rahmawati yang tak lain lagi ialah ibu kandung dari Rini, Rina, dan Rani.
Tuban, 01 Mei 2012
Baca juga Cerpen Cinta yang lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar