Kamis, 03 Mei 2012

Cerpen Islam - Kesabaran dan Kemuliaan

KESABARAN DAN KEMULIAAN
Cerpen Destriana Putri Wulandari

Di sebuah desa, terdapat sebuah kerajaan yang sangat indah. Disana terdapat taman-taman bunga yang harum dan segar. Di kerajaan itu, hidup seorang Raja dan Ratu yang sangat arif, adil dan bijaksana. Mereka mempunyai seorang putra yang bernama Khalil Gibran, dia sering di panggil Pangeran Gibran.

Pada suatu hari, Pangeran Gibran mendapat tugas dari sang Ayah untuk mencari jati dirinya yang sesungguhnya, dengan satu syarat Gibran harus mendapatkan seorang pendamping yang tepat untuk membimbingnya.
"Wahai anakku, ku perintahkan kau berkelana untuk mencari jati dirimu yang sesungguhnya,"ucap Raja dengan serius. "Untuk apa Ayah, bukankah aku sudah bisa mencari jati diri di sekitar kerajaan ini saja?" Bertanya dengan seriusnya . "Ayah hanya ingin kau mandiri anakku, dengan tidak bergantung bahwa kau adalah putra seorang raja." "Baiklah aku akan menuruti kehendakmu Ayahku" "Tapi dengan satu syarat," ucap sang raja. "Kenapa harus ada syaratnya Yah. Apakah baginda tidak percaya dengan anakmu ini?" Penuh pertanyaan dalam benaknya. "Bukan aku tidak percaya anakku tapi, aku ingin kau berhasil dengan mencarian mu ini" "Memang apa Ayah syaratnya?" "Syaratnya tidak terlalu sulit, kau hanya tinggal mencari seorang teman yang bisa kau ajak berbagi suka dan duka dan sabar menemanimu, selama kau menjalankan tugas dariku. " Dengan tenang Raja menjelaskan. "Baiklah Ayah! Setelah aku mendapatkan seorang teman seperti yang kau inginkan, aku akan langsung berangkat dalam pencarian jati diriku." Dengan tersenyum, dia menjawab.


Keesokan harinya, diumumkan kepada semua rakyat barang siapa yang paling bisa sabar dia akan dipilih untuk menemani Pangeran, mencari jati dirinya. Hari berganti hari, minggu berganti minggu tapi, bulan berganti bulan, Pangeran belum juga mendapatkan orang yang dicarinya. Akhirnya Pangeran pamit ke Raja untuk meminta izin mencari sendiri orang yang akan menemaninya. Sang Rajapun mengizinkan, dengan syarat dalam waktu seminggu Pangeran sudah harus menemukannya.

Dihari pertama pencariannya, dia bertemu dengan seorang gadis. Dia melihat kehebatan gadis itu berburu, dengan lincah gadis itu menggerak-gerakkan panahnya. Pangeran tidak menyangka, bahwa ada seorang gadis yang berpakaian jilbab rapi dan menutup semua badan denga balutan jubah yang rapi, bisa memanah sehebat itu. Pangeran mendekat seraya berkata "Hei kau!! Maukah kau mengajariku memenah?" Sang Pangeran mendekat. "Siapa kamu?" Ucap gadis itu. "Aku seorang pengembara yang ingin berburu." Dia sedikit berbohong. "Dari mana asalmu?" Ucap gadis itu lagi. "Dari Desa sebelah." Ujarnya. Begitu terus mereka bercakap-cakap, akhirnya gadis itu mau menemani dan mengajari Pangeran berburu. Pangeran yang tadinya tidak pernah berburu, maka dari itu sulit untuknya memahami ucapan gadis itu, tapi gadis itu tetap sabar mengajari Pangeran. Hari pertama Pangeran mulai bisa mengusai buruannya, sang gadis tetap sabar menuggu Pangeran sampai mendapatkan buruannya yang pertama. Hari sudah semakin petang. Sang gadis bertanyaan sesuatu kepada Pangeran. "Kamu tinggal dimana untuk sementara ini?" "Aku juga tidak tahu dimana aku harus tinggal, mungkin jika di luar hutan seperti ini aku bisa di makan binatang buas." Ujarnya sedikit bercanda. "Jika kamu tidak keberatan, mari istirahat di gubuku untuk beberapa hari." Tawar sang gadis. Tanpa berpikir panjang, Pangeran langsung mengiyakan tawaran gadis itu.

Setelah sampai di rumah gadis itu, Pangeran terkejut, ternyata sebuah Istana sangat besar yang ada di depan matanya."Inilah gubuku yang aku katakan tadi kepadamu." Suara gadis itu memecahkan lamunan Pangeran. "Emm….., iyaa." Pangeran kikuk. "Mari masuk." Ajak gadis itu. "Ternyata sungguh tidak disangka, gadis habit berburu itu adalah putri seorang Raja." Guman Pangeran dalam hati. Ketika melihat sang putri datang, Ayah gadis itu tersenyum heran melihat gadis itu membawa seorang teman."Siapa itu, nak?" Tanya Raja. "Dia adalah teman baru ku Yah, dia sedang berkelana di hutan, jadi aku ajak saja dia ke tempat kita, aku rasa Ayah juga tidak akan marah." Raja hanya tersenyum, dan sangat senang anaknya mendapat kan seorang teman, yang tanpan dan gagah seperti Gibra, walaupun seorang laki-laki dia percaya bahwa anaknya tetap menjaga kemuhrimannya. Raja memang tidak mengetahui asal-usul Gibran, tapi dia yakin anaknya tidak mungkin sembarangan memilih teman. Sang Raja, tidak pernah membedakan orang biasa maupun bangsawan, bagi Raja yang terpenting Iman dan Taqwanya terhadap Allah SWT.

Keesokan harinya Pangeran dan gadis itu menghabiskan waktu untuk berburu. Pangeran memperhatikan tingkah laku gadis itu, yang selalu sabar mengajarinya, sampai-sampai membuatnya lupa akan satu hal, dia belum mengetahui nama gadis itu. Pangeran berhenti sejenak, dan beristirahat di tepi sungai, gadis itu mengikuti dari belakang. Pangeran memecahkan keheningan, bertanya sesuatu pada gadis itu. "Sejak kemarin kita bertemu, aku dan kamu bahkan belum tahu nama kita masing-masing." "Sebenarnya aku juga ingin menanyakan hal yang sama, tapi aku sungkan." Ucap gadis malu-malu. "Perkenalkan namaku Khalil Gibran" Dengan meletakan tangannya di depan dada "Nama yang jarang ku dengar, tapi mudah di ingat. Namaku sendiri Asyifa Hanin." Dengan meletakan juga tangannya di depan dada."Nama yang begitu indah terdengar, dan cantik seperti yang memiliki nama itu." Putri Syifa tersipu malu, dengan pipi yang memerah merona, semakin menambah pesona pada dirinya. "Kamu sudah mengajakku kerumahmu dan mengenalkan ku pada orangtuamu, besok maukah kau ikut dengan ku?" "Kemana?" Putri merasa penasaran. "Ke suatu tempat, pasti kau akan suka." Pangeran begitu yakin."Baiklah, tapi kamu harus janji tempat itu haruslah sangat indah.""Ok!" Jawab Pangeran singkat.

Pagi-pagi sekali Pangeran dan Putri Syifa berangkat menuju tempat yang Pangeran janjikan. Sesampainya mereka berdua, ternyat Putri Asyifa sama terkejutnya seperti Pangeran beberapa hari yang lalu. Dia tidak menyangkan bahwa Gibran akan membawanya ketempat yang sangant indah itu, disana terdapat taman bunga yang sangat indah, beratus-ratus bunga yang tertanan disana, aromanya begitu segar masuk ke hidung hingga ke saraf-saraf terdalam Putri Syifa. "Syifa", sapa Gibran, Syifa langsung terkejut dari lamunanya itu. "Mari masuk ajak Gibran." Tapi syifa agak ragu, sebab dia tidak mengetahui jika Istana yang ada dihadapannya itu adalah tempat tinggal Gibran. "Jangan ragu, nanti kamu akan tahu sendiri seluruh isi Istana ini dan siapa yang memilikinya." Ajak Gibra. Tanpa ada rasa ragu lagi akhirnya Syifa mengaguk setuju.

Setelah mereka berdua masuk, Syifa terkejut ketika melihat semua pelayan yang berada disitu melakukan Gibran sangat istimewa. Tapi Syifa hanya diam, biar nanti Gibran sendiri yang menjelaskan gumannya dalam hati. Sejak masuk ke Istana Pangeran tidak banyak bicara, dan dia pun belum mau mempertemukan Syifa dengan kedua orangtuanya. Pangeran hanya mempersilahkan Syifa masuk dan menunggunya di ruang makan. Hari semakin sore, tapi Pangeran Gibran juga belum kembali dan muncul di hadapannya untuk menjelaskan apa yang terjadi dan Istana siapa ini sebenarnya. Penuh segudang pertannyan di hati Putri Asyifa.

Sementara di dalam sana, Pangeran sedang memperhatikan Asyifa yang sejak dari tadi siyang menunggunya, dia sholat sendiri bahkan untuk mencari tempat wudhu saja dia seorang diri untuk memutari Istana yang luas itu. Ternyata dibalik ini semua Pangeran mempunyai rencana yang tersembunyi, dia sedang menguji Asyifa, apakah Asyifa bisa sabar menunggunya di depan meja makan yang disitu terdapat berbagai macam makanan yang lezat-lezat, padahal Pangeran sendiri pun tahu bahwa Asyifa belum makan sejak tadi siyang sampai hamper larut malam ini.

Dibelakang ternyata Pangeran tidak sendiri, dia ditemani sang Raja dan Ratu. Disitu juga dia menceritakan siapa Syifa sebenarnya, dan untuk apa dia membawanya kesitu. Dia menjelaskan kepada kedua orangtuanya, bahwa dia ingin orang yang menemaninya untuk mencari jati diri itu adalah Asyifa. Kedua orangtuanya sangat terkejut medengarnya, tapi Gibran tidak henti-hentinya meyakikan orangtuanya bahwa Syifalah yang pantas untuk menemaninya, karena sejak pertama bertemu sampai saat ini Syifa telah sabar untuk mengajari dan menemaninya berburu, hingga sekarang syifa tetap menunggunya, betapa kagumnya Raja dan Ratu mendengar dan melihat langsung apa yang dikatakan anaknya itu terutama Pangeran Gibran.

Akhirnya munculah Raja, Ratu dan Pangeran Gibran. Betapa terkejutnya Asyifa melihat mereka semua. Sang Ratu menghampirinya, "Jangan takut kami berdua adalah orangtua Gibran, Nak. Siapakah gerangan namamu gadis cantik?" Ratu tersemyum lebar. "Asyifa Ratu." Ucapnya dengan lembut. "Nama yang indah," ucap Ratu. "Apakah kamu siap, nak mendampingi anakku Gibran ini mengembara?" Putri terdiam sejenak, karena bingung dengan pertanyaan Raja. Pangeran Gibrab langsung angkat bicara, "Begini Ayahanda, saya belum memberitahu tentang hal itu, Kesabaran dan Kemuliaan yang dia miliki murni Ayah, bukan karena apa-apa." "Wahai Gibran anakku, kau memang tidak salah memilih, kau memang mendapatkan seperti apa yang Ayah dan Ibumu inginkan." "Asyifa." "Iya, Baginda." Ucap Syifa. "Maukah kau mendampingi anakku selamanya, bukan hanya mengembara, tapi lebih dari itu?" "Apapun yang Baginda inginkan InsyaAllah saya akan menjalankannya dengan ikhlas," Ucapnya dengan lembut dan penuh dengan ketulusan. "Bagaimana Gibran, apa kau setuju dengan Ayah?" "Seperti yang Ayah lihat," Ujarnya. "Baiklah, besok aku akan ke Istanamu, untuk memintamu menjadi Putri di Kerajaan ini." Ucap Raja dengan lantang.

Tiga bulan berlalu, setelah Gibran dan Asyifa menikah dan menjalani bulan madu, akhirnya mereka melanjutkan pengembaraan mereka. Sepajang pengembaraanya, Pangeran Gibran sangat bahagia, karena dia didampingi oleh seorang Putri yang sangat sabar dan mulia hatinya, yaitu Putri Asyifa.
THE END

PROFIL PENULIS
Nama : Destriana Putri Wulandari
TTL : Sampit, 12 Desember 1994
Sekolah : MAN Tambakberas
Hobby : Baca, Nulis
Facebook : Destri Asyifa Luthfy 

Baca juga Cerpen Islam yang lainnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar