Selasa, 12 Juni 2012

Cerpen Ayah - Goresan Luka Di hati Ayah

GORESAN LUKA DI HATI AYAH
Karya Edy Purwanto

Mentari di ufuk timur mulai memancarkan sinarnya, menyilaukan sepasang mata yang kelelahan, kutengok jam pada Hp ku, waktu menunjukan pkl 06:30 WIB.
 
Tak terasa sudah satu malam aku berada di sebuah makam dan tertidur disamping nisan kayu yg di situ tertera sebuah nama...ya sebuah nama yang tak lain adalah nama ayahku...
Semalaman aku menangis dan berdoa, meratapi dan menyesali semua yang telah aku perbuat, semasa ayahku masih hidup....
Penyesalan yang sebenarnya sudah terlambat......

Aku adalah anak sulung dari empat bersaudara, dimana aku satu-satunya anak laki-laki dalam keluargaku, karena ke tiga adiku semuanya perempuan, tak heran jika ayahku sangat menyayangi aku, karena dalam silsilah keluarga kami, anak laki-lakilah yang menjadi generasi penerus keluarga. .Ayahku bekerja sebagai sopir , dan ibuku sebagai ibu rumah tangga biasa, tapi walau begitu keluarga kami hidup bahagia meskipun dari segi ekonomi tergolong pas-pasan.

Beranjak dewasa, setelah lulus SMA tahun 96" aku minta di sekolahkan di perguruan tinggi swasta terbaik di kota Semarang, kedua orang tuaku pun menyanggupinya, walaupun harus bersusah payah mencari uang kesana kemari. Akhirnya aku di terima juga di perguruan tinggi tersebut. Sebenarnya aku tergolong anak yang cerdas, itu terbukti dalam test
masuk perguruan tinggi aku menduduki peringkat ke dua, dan mendapat potongan biaya uang gedung yang lumayan besar.

Di kota Semarang aku tinggal di rumah kost, mungkin karena jauh dari pengawasan orang tua, aku mulai terjerumus dalam pergaulan bebas. Setiap pulang kuliah pasti ada saja teman yg datang ke tempat kost lalu mengajak pergi untuk hura-hura, biasanya ke Bandungan atau ketempat lokalisasi Sunan Kuning. Di tambah lagi setiap hari anak-anak kost berkumpul dan berjudi, tujuanku semula untuk kuliah hancur sudah. Selama dua semester nilaiku tak pernah lebih dari satu koma, Kegiatanku hanya berjudi tiap hari di tempat kost.

Sampai suatu ketika ayahku memergoki aku sedang berjudi sambil minum-minuman keras di kamar kost.Ayahku nampak sangat kecewa sekali, itu terlihat dari raut wajahnya yang pucat karena terkejut melihat kelakuanku.
Di panggilnya aku, dengan penuh kesabaran dia bertanya, "sampai kapan kamu akan mengecewakan kedua orang tuamu?"
Aku diam tak menjawab, rasa bersalah bercampur dengan penyesalan menyelimuti perasaanku.

Akhirnya aku putuskan untuk berhenti kuliah, ketika hal itu kusampaikan kepada kedua orang tuaku, kembali kulihat raut wajah ayah menujukan rasa kecewa yang sangat dalam, ibuku hanya bisa menangis mendengar keputusanku. Tapi apa mau di kata, rasanya otaku memang sudah tidak mampu untuk mengikuti mata kuliah.

Aku kembali ke kota asalku, tinggal bersama kedua orang tua dan adik-adiku, menjadi pengangguran yang hanya membuat beban kedua orang tuaku,
Mungkin karena risih atau kasihan kepadaku, akhirnya aku ditawari untuk buka usaha jualan pakan ternak.Tanpa pikir panjang kuterima tawaran kedua orang tuaku, walaupun aku tahu uang yang di gunakan untuk modal itu adalah pinjaman dari Bank.

Satu bulan berlalu, aku mulai bosan menunggu toko pakan ternak yang aku kelola. Aku mulai malas buka toko, karena kupikir hasilnya cuma sedikit.Aku mulai kembali memasuki dunia perjudian, akhirnya modal tokoku habis...etalase dan perlengkapanya aku obral murah, saat itu aku benar-benar
lupa diri, kedua orang tuaku hanya bisa mengelus dada.

Kini cap pengangguran kembali menempel pada diriku, aku hanya bisa keluyuran kesana-kemari. Tak tahan melihat tingkah lakuku, akhirnya orang tuaku mendesak agar aku cepat-cepat mencari jodoh, mungkin mereka berharap dengan berkeluarga bisa merubah sifat buruku.

Pada akhirnya aku menemukan wanita pilihanku, lalu atas restu dari orang tua, kami menikah di tahun 2001.
Selang setahun menikah kami di karuniai seorang putra, Nampak begitu bahagia kedua orang tuaku sewaktu menimang cucu pertamanya.

Tapi itu tak berlangsung lama, karena sewaktu anaku berumur dua tahun, aku mulai jarang pulang kerumah, kebiasaan buruku kambuh kembali, berjudi. Malah kini semakin parah, karena aku mulai mengenal narkoba.
Lagi-lagi kedua orang tuaku yang menanggung biaya hidup anak dan istriku, sedang aku tak pernah memikirkan mereka.

Beruntung aku mempunyai seorang istri yang sabar, mau menerima kapanpun aku pulang, tanpa berani marah kepadaku.
Kedua orang tuaku sangat sayang kepada isteri dan anaku, hampir setiap hari anaku di ajak bersepeda oleh kakek nya, Sementara aku masih bergumul dengan kebahagiaan semu.Kedua orang tuaku seakan sudah jenuh memperingatkan aku.

Suatu ketika, setelah aku mengkonsumsi narkoba...aku merasakan ketakutan yang luar biasa, rasanya seperti ada serombongan orang yang mengicar mau membunuh aku dan keluarga ku.Aku pulang kerumah, meminta tolong kepada ayahku untuk menyelamatkan aku dan keluargaku, aku menangis, memohon kepada ayahku agar segera melarikan aku beserta anak dan istriku.

Ayah, ibu, istri dan adik-adiku terlihat panik menghadapi situasi seperti itu. Akhirnya aku segera di larikan oleh ayahku ke tempat pemberhentian bus, istri, ibu,dan adik-adiku terlihat menangis melihat kepergianku yang diliputi ketakutan. Tujuanku ke Jakarta berlindung di rumah paman ku. Dalam perjalanan hatiku terasa was-was, seolah-olah ada beberapa orang yang membuntuti aku. Keringat dingin mengucur deras selama dalam perjalanan, jantung ku berdetak sangat kencang, seolah ajal sedang menjemputku....

Sampai di Jakarta langit masih gelap, suara kumandang Adzan subuh baru terdengar....buru-buru aku mencari tukang ojeg, untuk mengantarkan ke rumah pamanku. Setengah jam perjalanan sampailah aku di rumah pamanku, ku ketuk-ketuk pintunya beberapa kali, lalu terdengar suara langkah dari dalam rumah, pertanda paman atau bibiku sudah terbamgun. Agak sedikit tenang rasanya hati ini bisa sampai rumah paman dengan selamat.

Ketika pintu terbuka, terlihat lelaki usia empat puluh tahunan berdiri di hadapanku, sambil tersenyum, wajahnya nampak kaget melihat kedatanganku yang seperti orang ketakutan. "ada apa To,,, kok kamu datang secara tiba-tiba, dan wajahmu nampak sangat pucat?""
Ada masalah besar paman, jawabku ketus.
Masalah besar apa To??? tanya paman lagi.
Pokoknya menyangkut keselamatan nyawa saya Paman,,,,,,,,
Paman tambah kebingungan mendengar jawabanku....
"Ya sudah, sekarang kamu masuk dan istirahatlah dulu...agar fikiranmu tenang kembali", kata paman sambil memegang bahuku.
Aku pun mengikuti kata-kata paman, dan segera melangkahkan kaki, menuju kamar yang di tunjuk oleh paman.Kubaringkan tubuh ini untuk mengurangi rasa penat, dan kutenangkan hati untuk mengurangi rasa takut yang terus menyelimuti perasanku.Mata ini tidak bisa di pejamkan walau sudah terasa sangat lelah.

Waktu menunjukan pukul dua belas lebih seperemapat, ketika hendphone di saku jaketku berbunyi...dengan ragu-ragu kuambil Hp di saku jaketku kulihat sebuah nama tertera pertanda dialah yang telephon aku,,,ya adiku yang nomer tiga menelepon aku...segera kuangkat Hp ku,,,,dan.....
"Hallo" kataku.....
tapi tak terdengar suara jawaban dari adiku....malah sayup-sayup terdengar suara tangis dari adiku...aku heran tak biasanya adiku telephon dalam keadaan menngis....
Sekali lagi aku tanya "hallo, ada apa Wi?" tanyaku lagi....
baru setelah itu adiku menjawab, "Pulang Kak, Ayah telah tiada"
bagaikan di sambar petir aku mendengar berita itu,
"Kenapa?" tanyaku mendesak....
" Terkena serangan jantung Kak" jawab adiku seraya sesenggukan....
Kulemparkan Hp yang aku pegang ke lantai, ku teriak sejadi-jadinya,,,,
pamanku terkejut melihat tingkahku,,,"Ada apa To" tanya paman ku.
"Ayah..ayah...paman" jawabku.
"Ayahmu kenapa?" tanya paman semakin penasaran.
"Ayah meninggal, paman" jawabku dengan suara sesenggukan.
"Apa??? ayahmu meninggal???? "tanya paman.
"Iya paman" jawabku lagi.
"Kenapa???" paman terus bertanya seolah tidak percaya.
"Ayah terkena serangan jantung "
"Innallilahi wa innallilahi roji'un" sahut paman sambil menenangkan aku.

Hari itu juga aku bersama Paman, Bibi, dan sepupuku pulang ke desa untuk menghadiri pemakaman Ayah. Di jalan aku sering terasa mau pingsan, tubuhku lemas tak berdaya, pikiranku kacau, hatiku terasa sangat kecewa....

Sesampai dikota asalku, aku bergegas naik ojeg, agar cepat sampai di rumah.
Sesampai di rumah sudah tak kulihat lagi jenasah Ayah...
kulihat ibu,adik-adiku, isteriku dan anaku masih menangis sedih...karena baru saja di tinggalkan orang yang paling mereka sayangi....
 
Senua yang ada di rumah, menatap aku....seakan memfonis kematian ayah disebabkan karena aku.
Aku hanya bisa tertunduk dan menangis sesenggukan....lalu ku bergegas melangkah menju makam ayahku, walaupun waktu telah menujukan hampir pukul 22:00, tidak ada seorangpun yang bisa mencegahku untuk melangkah menuju ke pusara Ayah. Sesampai di makam ayah aku menangis sejadi-jadinya,,, penyesalan tak henti-hentinya singgah di benaku, Kupanjatkan doa
dan memohon ampun atas segala kesalahanku, dan bersumpah di atas pusara Ayah untuk tidak mengulangi lagi segala perbuatan buruk yang selama ini telah aku lakukan....

Maafkan aku Ayah....
yang semasa hidupmu aku belum pernah bisa membahagiakanmu.....
kini kubersumpah....tuk menjadi manusia seperti yang engkau harapkan.
kan kujaga Ibu, Adik-adiku, Isteri dan anak-anaku.
semoga engkau di terima di kerajaan Surga, bahagia selalu sampai akhir jaman.........

PROFIL PENULIS
Nama: Edy Purwanto
Nama FB : Sandut Azza
Email : sandutpurwanto@yahoo.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar