Senin, 04 Juni 2012

Cerpen Cinta - Gadisnya Tora

GADISNYA TORA
Karya Annisa Haryono

Pertengahan Agustus 2002.
“Tor, elo mau antar gue jemput adik gue, gak?”

Aku melepaskan headset dari telinga. “Boleh juga. Lagian masa gue ditinggal, sih? Ini kan rumah lo.”
“Ya sudah, buru.” kata Anton sambil keluar dari rumah dan masuk ke mobil.

Aku mengikutinya dari belakang. “Memangnya kalau elo gak libur, siapa yang jemput adik lo?”
“Mang Ujang. Yah kebetulan saja, pas Mang Ujang lagi minta cuti, gue libur.”
Aku mengangguk. “Baguslah.” kataku sambil kembali memasang headset di telinga. Tak kurang dari dua puluh menit kami sudah tiba di sekolah Ayu, adik Anton. “Gue tunggu di mobil, ya.” kataku sambil memandang sekeliling. “Tempat kayak gini sih, gak bisa dipake buat ngeceng, isinya anak ingusan semua….” lanjutku acuh tak acuh.
Anton hanya tertawa mendengar alasanku. “Lagian gue juga gak turun, lagi. Tuh, adik gue!” kata Anton menunjuk ke arah dua orang gadis, yang salah satunya jelas adik Anton.
“Hey, Kak Tora ikut juga?” tanya Ayu sambil membuka pintu tengah mobil. “Oh iya Kak, anterin temen Ayu sekalian, ya?”
Anton mengangguk. “Iya, beres.”


Aku menoleh ke belakang. Sumpah, nih cewek manis banget! Gue tarik omongan gue tadi…. “Hey, gue Tora, siapa namamu?” tanyaku tanpa malu-malu pada teman Ayu.
“Ng…Gadis.” jawab perempuan itu sambil menyambut uluran tanganku.
“Oh, boleh minta nomor handphone-nya?”
Gadis tampak sedikit keberatan. “Boleh, tapi nanti lewat Ayu saja ya Kak….”
Aku tersenyum. Masih polos banget….”Oke kalau begitu.” kataku sambil berbalik dan kembali duduk normal.

Awal September 2002.
“Gila lo, Man! Gadis itu masih kelas 2 SMP…masa lo mau jadiin dia bokin lo? Memangnya adik kelas di sekolahan kita gak ada yang nyantol satupun? Man, kita ini kelas 3 SMA….”

Aku tersenyum memandang sahabat kentalku itu. “Yah elo, bukannya suport gue…lagian masa elo nggak ngeh,sih? Gadis tuh kan beda sama cewek-cewek seumurannya….”
“Lebih dewasa maksud lo? Itu sih cuma penampilannya doang kali, lagian elo kan belum tahu bener tentang dia.”
“Pokoknya gue yakin sama intuisi gue….”
“Ya sudahlah, terserah lo….”

Aku memainkan kunci motor sambil mendengarkan lantunan lagu yang sedikit nge-rock lewat ponselku.
“Tor, tuh si Gadis!” kata Anton sambil menepuk pundakku.
Aku segera melepas headset dan memasukkannya ke dalam saku seragam kemudian megnghampirinya. “Hai, Dis….”

Gadis tersenyum menanggapiku. Benar-benar manis.
“Aku anterin pulang, ya?” tawarku penuh harap. Aku menyikut Anton sambil tersenyum bisik-bisik.
“Iya, deh….” jawab Gadis walaupun sedikit sungkan.

Aku menyembunyikan kegiranganku dengan berdeham. “Ya sudah, ayo….” kataku pada Gadis. “Man, thanks, ya!” bisikku pada Anton yang menggelengkan kepala tak percaya. “Ayu, Kak Tora duluan!”
“Iya, Kak. Hati-hati, ya….” kata Ayu sambil melambai.
Sepanjang perjalanan aku hanya menikmati perasaanku yang tak karuan. Gadis benar-benar berbeda bagiku. Aku menghentikan motorku di depan rumahnya dan melepaskan helm.
Gadis turun sambil memberikan helm padaku. “Makasih ya, Kak….”
Aku tersenyum. “Eh, nanti malam boleh aku telepon?”
Gadis tersenyum dan mengangguk.
Yeah! “Ya sudah, masuk, gih…biar aku pastikan kau sampai ke dalam rumah dengan selamat.” kataku sambil memakai helm lagi.
Gadis tersenyum sesaat sebelum menghilang di balik pagar rumahnya. Sumpah! Senyumnya itu benar-benar membuatku sedikit sesak napas saking senangnya!!
***

“Halo.”
“Hey, ini aku Tora….”
“Oh, Kak Tora….”
“Sori, aku ganggu kamu gak nih?” tanyaku berharap jawabannya tidak.
“Nggak, kok. Kan tadi siang Kakak sudah bilang dulu….”
“Oh, jadi kalau gak bilang dulu gak boleh nelpon, dong?”
“Bukan…bukan itu maksud Gadis….”

Aku terkekeh. “Iya, aku bercanda, kok…Dis, Sabtu besok ada acara, gak?”
“Nggak ada, sih….”
“Gak ada? Kalau begitu, mau gak kamu jalan sama aku?”

Diam sejenak, sepertinya Gadis sedang berpikir. “Boleh saja, sih….”
“Bener? Kalau begitu, besok pulang sekolah aku jemput kamu di rumah, ya?”
“Iya….”
“Thanks ya, met malam, Dis….” kataku menutup pembicaraan. Terima kasih, Tuhan!
***

Aku melihat pantulan bayanganku dan Gadis di cermin restaurant. Kupikir sangat serasi, lagian mana ada yang nyangka kalau Gadis ini anak kelas 2 SMP, tapi….dia kelihatan polos banget….kataku dalam hati, mengagumi perempuan yang sedang tersenyum di sampingku ini.
Aku menggeser kursi yang akan diduduki Gadis dan kemudian duduk berhadapan dengannya. “Bagaimana hari ini?”
“Gadis senang banget, thanks ya!” kata Gadis sambil mengangkat bungkusan berisi boneka lumba-lumba super besar yang kuberikan padanya hasil dari bermain di TimeZone.

Aku tersenyum dan meraih tangannya. “Dis, mau gak kamu jadi pacarku?” tanyaku tanpa basa-basi.
“Apa Kakak nggak akan menyesal?”
“Loh, kenapa menyesal? Aku gak akan pernah menyesal dan aku juga janji bakal selalu melindungi kamu.”

Gadis terlihat sedikit gugup. Lama ia menunduk. “Iya, deh….” jawab Gadis.
“Iya apa?” tanyaku sedikit menggoda.
“Iya, Gadis mau jadi pacar Kak Tora….”
Aku tersenyum sambil menggaruk kepalaku yang tidak terasa gatal. “Thaks ya, Dis!”
Gadis hanya tersenyum sambil terus menatapku….

Februari 2003.
“Kenapa, lo Tor? Suntuk amat….”
Aku menghela napas berat. “Elo benar, Ton, kami memang gak nyambung, dia masih kecil….” keluhku.
“Maksudnya, lo sama Gadis?”
“Ya iyalah, masa sama Ayu….”
“Sori, Man, itu sih sudah jelas kelihatan dari dulu…tapi bukannya elo yang selalu berpikir positif, nah, sekarang kenapa elo yang jadi negatif begini?”
“Yah, dia selalu gak bisa ngertiin apa yang gue mau…masa kalau nge-date, tempat yang kita datengin cuma TimeZone doang, sudah gitu gak ada saat mesra-mesranya, lagi!”

Anton tertawa geli.
“Elo kok malah ketawa, sih?” protesku sedikit kesal.
“Ya iyalah gue ketawa…secara, gitu, bokin lo kan anak SMP! Pake acara mesra-mesraan, tidur saja masih dinina boo-in kali….”
“Sialan, lo, memangnya dia anak SD! Ya gak segitunya kali…lagian ‘mesra-mesraan’ yang ada di otak lo apaan, sih? Dasar piktor!”

Anton menggelengkan kepala. “Elo sudah ngapain dia sih?”
“Dasar memang piktor, lo, otak udang! Paling parah sebatas cium pipi sama kening doang, kok.”
“Gue gak percaya, secara Tora Evan, cowok paling populer di sekolahan yang dekat dengan cewek-cewek and doyan banget nonton blue film, cuma sebatas cium pipi sama kening? Gak mungkin….”
“Bangsat, lo! Sialan pake tambah-tambahin! Kata ‘doyan’ kayaknya gak perlu, lagian elo juga kan suka nonton film gituan, muna lo….”
“Bercanda, Man! Masukkin ke hati amat, sih….Oke, deh, balik lagi…so, sekarang lo mau apa?”
“Kayaknya gue mau bubar saja, deh, sama dia…lagian gue juga mau fokus dulu sama ujian kali….”
“Elo yakin?”
Aku mengangguk yakin. Memang, sih gue benar-benar sayang pada Gadis, tapi sifatnya yang kekanakan itu bikin gue merasa jauh sama dia, gue serba salah…dia memang terlalu polos buat gue, gue jadi selalu merasa terbebani untuk selalu bisa menjaga dan melindungi dia, jujur…gue takut dia rusak karena gue….
***

“Dis, kita sudahan saja, ya….” kataku tanpa basa-basi saat tengah bermain di taman ria. Gadis melepaskan genggaman tanganku tanpa berkomentar. “Sori, bukan maksud aku…jangan nangis, dong….” pintaku saat melihat Gadis menggigit bibirnya sambil menangis.

Gadis menyeka air matanya dan berusaha tersenyum. “Kalau begitu anterin Gadis pulang sekarang, ya….”
“Ya sudah….” kataku. Sori ya Dis…
”Dis, jangan nangis lagi, ya. Nanti Mama kamu nyangka yang nggak-nggak lagi….”
Gadis menghela napas. “Tenang saja, Gadis sudah cukup besar untuk mendapat kepercayaan Mama, kok!” kata Gadis sambil membuka pintu mobil.
“Dis….” panggilku merasa bersalah. Tapi Gadis tidak menoleh dan terus turun dari mobil. Aku terus menatapnya sampai ia menghilang di balik pagar. Gadis, aku benar-benar sayang kamu….
***

Saat ini….
Aku bangun dari bangku karena sudah tiba di terminal tujuan. Saat melangkah keluar dari busway, tasku tersangkut tas perempuan di sebelahku. “Sori, ya, nanti di depan gue benerin.” kataku tanpa melihat perempuan di sebelahku dan menariknya ke tempat yang lengang. Aku mencopotkan gantungan kunci yang terkait pada retsleting tas perempuan itu. “Sori…eh? Gadis?”
Gadis mendongakkan kepala menghadapku. “Kak Tora…?”

Aku mengangguk. “Kebetulan banget ya, bertemu di sini. Mau ke museum juga? Atau mau ke mana?”
“Ke museum. Lagi ngerjain tugas akhir….”
“Oh, kalau begitu bareng saja, yuk. Aku juga mau ke sana.”
Gadis mengangguk.

Aku memerhatikan Gadis lekat-lekat. Sekarang dia tambah manis, tapi justru terlihat imut dan kekanakan dengan poni dan rambutnya yang panjang dan bergelombang melewati bahu. aku segera memalingkan wajah saat Gadis menoleh padaku.
“Kak Tora mau apa ke museum?”
“Oh, cuma mau lihat-lihat saja, kok. Daripada bengong di rumah….”

Gadis tersenyum geli.
“Kok malah ngetawain, sih?”
“Lucu saja, masa anak cowok yang jenuh di rumah perginya ke museum, apalagi anak cowok yang tampangnya sedikit bad boy kayak Kak Tora….”
“Wah, pelecehan namanya….” kataku pura-pura tersinggung.
“Iya deh maaf, bukan maksud hati, kok….” Gadis tetap tersenyum.
Hari ini aku benar-benar bersenang-senang dengan Gadis. Dan kelihatannya dia malah lebih enjoy daripada aku….Mungkin kebetulan ini merupakan keberuntungan buat gue, ya?
***

“Apa? Elo mau nembak Gadis lagi?” tanya Anton yang benar-benar terkejut dengan pernyataanku. “Gue yakin, dia pasti bakal nolak lo, Man!”
“Memangnya atas dasar apa kau bilang begitu?”
“Secara, lo sudah pernah nyakitin hati dia, elo yang minta dia jadi cewek lo, dan elo juga yang mutusin dia…eh sekarang elo malah mau nembak dia lagi? Apa kesannya gak kayak lagi mainin?”
“Wah, melankolis banget, sih, terlalu dramatis, nih….” kataku berusaha mengelak. Iya, sih, kalau dipikir-pikir gue memang sudah menyakiti hati Gadis…tapi apa salah aku memutuskan hubunganku dengannya karena alasan yang kupikir masuk akal?
“Kak Tora….” tegur Ayu sedikit manja. “Cie, minggu kemarin ketemu sama Gadis, ya?”
“Tahu darimana, Yu?”
“Gadis yang cerita. Uh, CLBK, dong Kak!” goda Ayu sambil menyenggol bahuku.

Bukan CLBK, tapi gue memang selalu memendam perasaan gue buat Gadis! ujarku dalam hati. “Yu, Gadis sudah punya cowok, belum?”
“Yang naksir sih banyak, tapi tahu deh, ditolakin melulu tuh! Kemarin saja, KM kelas Ayu yang nembak dia ditolak! Kalau dia nembak Ayu, pasti Ayu terima!”
“Itu sih karena elo naksir!” ejek Anton pada adiknya.
“Yee, sirik! Makanya cepet cari cewek, dong!” balas Ayu sambil berteriak. “Oiya, Kak, kayaknya sih Gadis masih suka sama Kakak….” bisik Ayu serius.
“Sok tahu kamu….”
“Yah, dibilangin…soalnya selama hampir tiga tahun di SMA ini kayaknya Gadis gak pernah curhatin cowok yang serius gitu ke Ayu, palingan kalau kagum-kaguman sama cowok sih pernah…tapi yang serius, Ayu belum pernah dengar.”
“Ah, yang benar, Yu?”
“Suer! Memangnya kenapa, Kak?”
“Ng…kalau misalnya Kak Tora nembak Gadis lagi, gimana?”
“Serius? Wah, Ayu sih dukung banget! Secara, kalian berdua tuh cocok banget! Tapi…kalau menurut Ayu, kayaknya mesti spesial banget, deh, soalnya ini bukan yang pertama, dan dulu Kak Tora kan pernah nyakitin Gadis….”
“Tuh kan, apa kata gue! Elo sudah nyakitin dia!” sembur Anton yang baru balik dari dapur.
“Iya, gue tahu…so apa elo berdua bisa bantuin gue?” tanya Tora saat terlintas ide cemerlang di benaknya.
***

“Ngapain sih kita ke sini?” tanya Gadis sedikit riskan saat diajak ke rumah Tora.
“Ayo, dong Dis, bentar doang kok…ini kan masih jam delapan. Apa salahnya sih masuk sebentar?” bujuk Ayu saat tiba di depan rumah Tora.
“Tapi tadi lo bilangnya mau ke rumah lo, ko malah ke rumah Kak Tora?” protes Gadis kesal.
“Iya, deh sori. Tapi please, kali ini saja elo mau dengerin gue, masuk yuk….”

Gadis diam sejenak. “Nggak mau ah, elo saja yang masuk sendiri, gue tunggu di mobil saja.”
“Please, ayo dong Dis…masa elo tega sama gue? Padahal minggu kemarin elo cerita sama gue kalau elo seneng banget ketemu sama Kak Tora….”
“Tapi kan bukan berarti gue sudah memaafkannya.”
“Iya gue ngerti, tapi please,elo mau turun, ya….”
Gadis memandang sahabatnya lama. “Oke, gue turun…tapi ini bukan buat Tora, tapi buat lo….”
Ayu tersenyum lega. Yang penting elo turun! pikir Ayu sambil turun dari mobil.
Saat pagar rumah terbuka, Gadis benar-benar terkejut. Garasi mobil berukuran 7 x 6 meter itu diubah menjadi padang mawar yang sangat indah. Dan di tengah padang mawar tersebut tertulis lengkap namanya, Rosalie Gadis Olita yang berarti seorang Gadis yang seharum mawar.

Ayu mendorong Gadis untuk melangkah ke jalan setapak yang sudah disiapkan. “Apa-apaan, sih, Yu?”
“Sudah, lo masuk saja. Buru….” kata Ayu terus mendesak Gadis.

Gadis menarik napas mengatasi debaran jantungnya. Ia mulai melangkah melewati garasi dan masuk ke halaman rumah Tora yang jugasudah dihias semanis mungkin. Di tengah halaman rumahnya telah disiapkan meja dan dua buah kursi serta makanan lengkap dengan lilinnya. Di setiap sudut halaman terlihat mawar dengan berbagai warna, tetapi mawar itu bukan mawar batangan, melainkan mawar hidup. Di hadapan semua keindahan itu, pandangannya tetap terpaku pada satu sudut dekat ayunan, Tora….
“Maaf, kalau mungkin ini gak indah di mata kamu, tapi aku sudah berusaha semaksimal mungkin untuk membuatmu suka….”
“Tapi untuk apa?”
“Malam ini, aku hanya ingin kamu tahu, kalau aku masih sayang kamu, aku ingin kita berdua mulai semuanya dari awal lagi….”
“Aku hargain semua ini, tapi tidak segampang itu untuk menerima kamu lagi….” kata Gadis sambil memijat dahinya kesal. “Kamu sudah menyakitiku, dulu kamu bilang kalau kamu nggak akan pernah menyesal jadi cowok aku, tapi kamu tetap meninggalkan aku….Apa semuanya akan kauulangi lagi?” sindir Gadis.

Tora berjalan perlahan mendekati Gadis. “Dulu kamu masih kecil, Dis, aku gak bisa…aku takut aku gak bisa menjagamu seperti janji aku….”
“Tapi itu menurutmu, jangan mentang-mentang dulu aku masih SMP, jadi kamu menganggapku masih kecil. Lalu kamu pikir aku nggak bisa terluka, kamu salah besar….”
“Iya, aku tahu aku salah…sekarang aku ingin memperbaiki semua. Jadi please, kasih aku kesempatan.” Aku memohon sambil meraih tangan Gadis.
Gadis menepisnya. “Kesempatan untuk menyakitiku lagi?”
Aku berlutut di hadapan Gadis, menepis semua perasaan dan harga diriku. “Aku mohon, Dis, aku benar-benar ingin mengulanginya dari awal….”

Gadis melangkah mundur. “Bangun….”
“Tapi Dis….”
“Bangun….”
Aku menghela napas dan berdiri. “Tapi paling nggak, kamu dinner dulu, ya. Sayang kan makanannya kalau gak dimakan….” pintaku belum menyerah.
Gadis menatapku lama. “Ya sudah….”
Tiga puluh menit berlalu tanpa sepatahkata pun. Aku benar-benar tidak menikmati makan malam ini jika hanya menjadi makan malam terakhir. “Dis, sekali lagi aku ingin bertanya, mau gak kamu menjadi cewek aku lagi?”
Gadis meneguk sirupnya. Ia hanya tersenyum dan tidak menjawab. “Berapa lama kamu menghabiskan waktu untuk mendekor semua ini?”

Aku menunduk pasrah. Ya sudahlah….”Dua sampai tiga hari.”
“Maaf ya, jadi buang waktu kamu sia-sia….”

Aku berusaha tersenyum. “Gak sia-sia kok…karena kamu sudah mau datang saja, cukup buat aku.”
“Yang benar? Padahal aku berniat menerima kamu, lho….”
“Iya…apa?”

Gadis tersenyum. “Aku mau memulai semuanya dari awal lagi sama kamu….”
“Serius?”
“Atau kamu mau aku berubah pikiran?”

Aku menggeleng dan segera mendekat pada Gadis lalu mengajaknya berdiri.
“Sifat to the point kamu nggak pernah berubah, ya…selalu saja mengungkapkan apa yang ada di otak kamu tanpa permisi, selalu seenaknya saja….”

Aku tertunduk menatap gadis di hadapanku. Gadis yang benar-benar menawan….
“Kenapa kamu berubah pikiran?”
“Aku nggak berubah pikiran, kok. Aku memang masih sayang kamu….”
“Terus, yang awal tadi kamu ngomong panjang lebar itu apa?”
“Itu hanya unek-unekku saja, habis….”
Aku mengecup bibir Gadis agak lama. “Inilah sebabnya kenapa aku mutusin kamu, aku gak mau kalau aku merusak kepolosan kamu…nanti aku malah dibilang kena kasus pelecehan di bawah umur, lagi….”

Gadis hanya terpaku atas perlakuanku.
“Kok bengong, sih?”
“Ini yang pertama untuk aku! Gimana, sih, padahal aku sudah menyiapkan ciuman pertamaku ini untuk suamiku!” protes Gadis sambil memukul dadaku. “Dasar bodoh, bego!” Gadis hendak menjauh, tapi aku menahannya. “Apa lagi?”
Aku mengambil kotak kecil dari saku jeansku dan menarik lengan Gadis. “Setalah lulus nanti, akulah suamimu….” Kataku sambil memasangkan cincin emas putih di jari manis Gadis. “Karena untuk selamanya, kamulah Gadisku….”
THE END
 
Anisa Haryono
2002

Baca juga Cerpen Cinta yang lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar