Jumat, 29 Juni 2012

Cerpen Motivasi - Luka Berujung Kebahagiaan

LUKA BERUJUNG KEBAHAGIAAN
Karya Ukhty Rawati

Sepi, sunyi, seperti kota mati yang tidak ada kehidupan ketika peristiwa itu terjadi. Langit terlihat gelap tanpa ada yang menghiasinya.

Matahari,bulan,bintang, tidak kulihat lagi dibumiku saat itu. Saat itu kurasa hidup dipenuhi gelagar kilat pertanda. Tetapi ini bukan pertanda datangnya hujan, ketika semua orang disekitarku menangis sambil berlari melonglong ketakutan.

Suara sanapan ku dengar disetiap sudut bumiku. Aku tak tau apa yang mereka harapkan dari ini semua. Yang terfikir di benakku hanyalah bagaimana aku dan saudaraku bisa keluar dari bumiku saat itu.
Mungkin semuanya tau, ketika semuanya dihantui oleh rasa ketakutan,dan kekhawatiran saat konflik terjadi. Satu persatu saudaraku beranjak keluar dari aceh mencari tempat yang aman. Tapi aku bertahan di bumiku dengan kondisi itu .

Aku sangat bangga di lahirkan di bumi ku khususnya aceh, dimana bumiku pernah menjadi incaran dunia dari hasil buminya. Tapi sayangnya ulah tangan orang-orang yang tidak memiliki rasa kemanusiaan, bumiku di kotori dengan darah orang-orang yang tidak bersalah.

Malam itu, hujan deras mengguyur bumiku,nyanyian nyaring jangkrik kudengar hingga aku tidak bisa memejamkan mataku. Ku buka jendela kamar, tidak terlihat apapun kecuali kesunyian malam yang begitu mencekam.
Tiba-tiba ku dengar….!!!
Tok..tok..tok..!!! ada yang mengetuk pintu.
Dimana suamimu…?
Tanya salah seorang lelaki dari lima klompotan itu.
Suamiku tidak ada…!!!
(tegas) Jawab seorang wanita
Wanita itu adalah ibuku.
Ibu berusaha menyembunyikan ayah, kulihat kepucatan di raut wajah ibu.
Malam itu menjadi saksi bisu atas apa yang mereka lakukan terhadap keluargaku. Aku hanya bisa meringkuk ketakutan di kamar.
Mereka memaksa masuk kerumah, menggledah isi rumahku. Entah apa yang mereka incar.
Ibu berusaha tegas menghalagi mereka untuk bisa masuk ke rumah, tetapi usaha yang ibu lakukan sia-sia ketika suara sanapan itu ku dengar dan ibu terdiam.begitu juga dengan ayah yang berusaha mencegah mereka menyakiti ibu tersungkur jatuh ketika sanapan itu menancap persis di dada ayah.
kurasakan tubuhku kaku dan lemah saat melihat lumuran darah di teras rumahku .aku berharap itu adalah mimpi buruk yang ku alami, Bisa dikatakan, aku bak tembok yang menjadi saksi bisu ketika orangtuaku di bunuh di hadapanku. Ingin aku memeluk dan merangkulnya, tapi sayangnya usaha itu sia-sia ketika mereka menatapku seperti kucing yang hendak menerkam mangsanya.

Rasa kepuasan ku lihat di raut wajah klompotan itu. Entah apa yang mereka harapkan dari orangtuaku. Mereka juga menganiaya ku hingga suaraku hilang, ya bisa dikatakn sekarang aku bisu.
Tragedi itu pertama membuatku frustasi, karena aku menyaksikan orangtuaku dibunuh di hadapanku dan kesucianku direnggut mereka. Betapa tidak, aku yang saat itu duduk di bangku SMP harus mengakhiri pendidikanku hanya karena frustasi.
Saat itu ,bagiku pendidikan sudah tidak penting lagi kalau dibandingkan nyawa. Apalah arti sebuah kesuksesan kalau itu semua tidak bisa mengembalikan lagi sosok orangtuaku ke bumi ini.
Tak ada satupun yang berani untuk meringankan tulangnya untuk membantu saat itu, mereka takut hal serupa juga terjadi kepada mereka seperti yang terjadi pada keluargaku. Kering sudah air mataku tiada yang mampu menghapusnya.

Aku ingin terjaga dari mimpi itu, dan melihat senyum dari orangtuaku seperti saat konflik belum terjadi. Tapi sayangnya tidak bisa kulakukan, ternyata ketika ku terjaga kulihat pusara dimana mereka tidur panjang.
Tiada yang bisa disalahkan saat itu, semua mulut terkunci rapat. Aku hanya bisa berdoa.
Ya allah, mengapa kejadian seperti ini terjadi di bumiku ya rabb…??Apa salah kami…??
Aku adalah gadis malang yang mengalami korban konflik di aceh beberapa tahun yang lalu. Bukan hanya aku tetapi keluarga dan kerabat-kerabatku juga di renggutnya.

Ya…aku fikir ajal yang membawa mereka ke medan itu. Tapi dari sisi lain apakah mereka pernah berfikir bagaimna kepedihan yang ku rasakan ketika orangtua ku diperlakukan seperti itu.
Sekarang ketika semuanya berakhir. ku lihat sebongkah senyuman dibibir mereka ,Seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa. Ingin rasanya ku berdiri di hadapan mereka dan berkata’’ apakah ini yang dikatakan perdamaian ketika nyawa orang-orang yang tidak bersalah kau renggut, tuan..???
Tapi sayangnya kata-kata itu hanya bisa ku pendam dalam lubuk hatiku, ini terasa tidak adil, ketika kulihat mereka menikmati kehidupan mewah di atas penderitaan yang ku alami.
Mungkin orangtua dan saudaraku sudah tenang di jannah, tapi kepedihan itu masih membekas di dadaku. Kepedihan yang menurutku tidak pernah terbayar dengan apapun.

Kepedihan itu jelas masih terniang di telingaku. Aku berharap tidak akan pernah terjadi lagi hal yang serupa di bumiku, aku tidak ingin hal serupa terjadi lagi kepada anak cucuku ke depan, cukup aku yang merasakan kepedihan itu. Sosok orang yang aku cintai sering muncul di tidurku
Kepedihan pun berlanjud ketika gelombang maha dahsyat itu datang. Mereka menyebutnya tsunami. Mungkin namanya simple, tapi gelombang itu mampu menyama ratakan bangunan, yang disisakan hanyalah puing-puing reruntuhan diatas genangan air.
Saat itu tiada yang menduga atas peristiwa itu. Itu adalah musibah maha dahsyat yang melanda bumiku, kulihat kepedihan lagi-lagi terjadi.

Bukan hanya harta benda direnggtnya, tetapi juga nyawa. Mungkin bumi aceh menangis terhadap apa yang sudah terjadi. Saat itu semua merasa kehilangan untuk yang kedua kalinya.
Mayat berserakan dimana-mana, hujan air mata terjadi lagi di bumiku. Orang tua yang mencari anak, suami mencari istri, begitulah yang terjadi saat itu. Tsunami memang menyisakan luka yang teramat dalam tapi entah mengapa bagiku konflik adalah tragedi yang teramat pedih yang ku alami, mungkin karena orangtuaku menemui ajalnya di sana.

Aku berfikir ini semua adalah ujian berupa teguran dari allah terhadap umatnya. Terlihat perebutan kekuasaan terjadi dimana-mana, perampasan hak orang lain itu sudah menjadi lumrah. Ada yang bilang, tsunami membawa malapetaka dan ada yang bilang juga tsunami membawa hikmah.
Setelah tsunami memporak porandakan aceh, perdamaianpun terjadi Sekarang pertanyaannya apakah perdamaian ini abadi atau hanya sebuah jeda semata.

Sekarang kekuasaan ditangan mereka, apa yang terjadi sesudah ini. Akan adakan hujan air mata lagi.
Aku berharap semuanya tidak terulang lagi. Ku lihat sekarang senyuman yang tersirat di bibir saudaraku. Aku bangga melihatnya seakan dunia kembali cerah.

Kulihat matahari,bulan dan bintang kini mulai bersinar lagi di bumiku. Sekolah kini telah dipenuhi lagi, dan rutinitas kembali seperti biasanya.

Mungkin kepedihan itu sudah terobati seiring berjalannya waktu. Ku hirup kembali udara kedamaian yang sudah beberapa tahun hilang di bumiku. Walaupun demikian tapi aku mencoba belajar untuk ikhlas menjalani semua ini tanpa bisa mengutarakan apapun melalui mulutku, bahkan untuk menyebutkan namaku saja aku tak mampu.

Coretan demi coretan kini ku utarakan lewat kayra tulisku, karna hanya ini yang bisa ku lakukan untuk mengungkapkan kepedihan di dadaku. Aku merasakan baru saja terbangun dari mimpi burukku.
Mungkin orang tidak bisa mengenalku, tetapi lewat tulisanku orang bisa mengenalku.
Inilah jalan yang allah tunjukan untukku dimana dengan keterbatasanku aku bisa kembali seperti dahulu.
‘’ diluar sana masih banyak orang yang memiliki keterbatasan melebihiku tapi mereka mampu, mengapa aku tidak….???

Lewat keterbatasanku, aku berfikir apa yang bisa aku ciptakan , akhirnya aku memutuskan untuk menjadi seorang penulis. Di tulisan itu ku tulis semua luka yang pernah aku alami.
Saat itulah aku bangkit,walaupun bukan bersama orang-orang yang aku cintai.karena mereka sudah terlebih dahulu meninggalkan ku.

Ketika melihat mereka bersama orang yang mereka cintai, rasanya aku juga ingin merasakan hal serupa juga tapi semuanya tidak mungkin terjadi lagi. Aku berfikir seandainya orangtuaku masih hidup hingga sekarang, pasti mereka bangga dengan apa yang aku lakukan sekarang.

Sekarang aku memulai kehidupan baruku, bersama orang-orang yang aku cintai,mencoba membangun sebuah keluarga kecil bersama suami yang menerimaku apa adanya dan seorang putriku. Sekarang scenario seorang ibu aku mainkan, dan aku berharap semoga kebahagiaan ini tidak berakhir seperti beberpa tahun silam yang kini telah ku kubur.Aku sangat bangga ketika orang bisa tersenyum dengan apa yang aku lakukan.
-oo-

PROFIL PENULIS
Nama : rawati
Alamat : Meulaboh, Aceh Barat
pekerjaan : Mahasiswa di fakultas Tarbiyah IAIN AR-raniry Banda Aceh
hobby : nyanyi,nulis, dll
facebook : RawatiOzen'sgirlsAjha(ukhty raa)
Email : raa27@ymail.com

''Teteaplah menjadi diri sndiri apapun itu, krna itu lbih baik daripa kita mnjadi diri orang lain yang memang bkan krakter kita sndri''(semangattt kawand).

Baca juga Cerpen Motivasi yang lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar