KETIKA CINTA SEDANG DI UJI
Karya Shindya Risna Pradita
Hari semakin larut. Matahari terbenam di ufuk barat, memancarkan warna kemerahan yang menyejukkan hati. Ciptaan Tuhan yang Maha Agung. Aku duduk termangu di tepi pantai, merasakan semilir angin yang menembus kulitku. Aku memandang jauh dari sudut pantai, aku merasakan suatu getaran dasyat yang menghantam hatiku. Kini aku merasa terpojok oleh keadaan ini. di satu sisi aku menyayanginya tapi disisi lain aku tak ingin mengecewakan kedua orangtuaku. Kejadian itu berawal dari pertemuan yang indah.
Saat itu aku menjadi seorang mahasiswi di suatu Universitas dan mengikuti berbagai ekstra atau UKM. Salah satunya UKM islam. Aku sangat menyukai apa yang kupilih dan kujalani saat ini. pada tgl 18 Januari itu ada kegiatan dari UKM ku ini. suatu sosialisasi di sebuah panti asuhan. Aku sangat menyukai hal-hal yang berbau sosial. Menurutku anak-anak malang yang dipilih Tuhan ini mempunyai nilai tersendiri. Mereka perlu kasih sayang dan perhatian. Terkadang jika teman-temanku sudah pulang aku masih saja di PANTI bermain dengan anak-anak disana. Sore itu aku berlari mengejar seorang gadis kecil dan mungil, NISA. “hayo, mau kemana kamu, kenaaa..” kataku. Aku mendekapnya dan bersenda gurau dengannya. Ya memang, PANTI ASUHAN IBUNDA ini sering sekali aku kunjungi dan aku sudah terlalu akrab dengan gadis kecil itu. “Kakak, sekarang gantian kakak yang tutup mata dan kejar aku ya??” dengan polosnya. Aku tersenyum simpul padanya “iya, nisa nggak boleh ngumpet ya?” “ok kak”. Saat mataku ditutup dan aku mencari-cari nisa, memang sulit mencari gadis gesit seperti dia, apalagi dalam kadaan mataku ditutup. Tiba-tiba, “Bruuukk...Aaawww”aku berteriak lirih. Aku merasakan ada tubuh besar didepanku. Aku membuka kain di mataku dan...seorang laki-laki berdiri di depanku dengan senyum simpulnya yang membuat hatiku tiba-tiba berdegup kencang.
“Aduh, saya minta maaf,” aku salah tingkah. “oh, tidak apa-apa”, ucapnya. Entah mengapa setelah itu aku terpaku di hadapannya dan entah berapa lama. “Kak Rendy,..!!!” panggil nisa sambil berlari kearah cowok di hadapanku. “Hai nisa,..gimana nih kabarnya gadis centil..”katanya sambil jongkok didepanku dan memeluk nisa. “idih, kak rendy aku nggak centil tauk...”rengeknya manjanya. “hehehe,,..iya sayang, bunda di mana?”. Bunda adalah pengurus panti asuhan ini. awalnya beliau tidak bisa mempunyai momongan dan akhirnya membangun panti ini dan mengabdikan hidupnya bersama anak-anak panti. “bunda di dalam kak..kakak kenal sama kak Mila??”tanya nisa. Rendy memandangku dengan senyum khasnya itu, “tidak sayang, memangnya siapa itu?”godanya. “kak Mila,”sambil menarik tanganku. “kakak kok diem aja sih?, ini kak Rendy kak”, memegang tangaku untuk bersalaman dengan Rendy. “hay”ucapku. “hay juga”.
Rendy menggendong gadis kecil itu dan masuk ke panti. Aku hanya bisa tersenyum melihat tingkahnya dan menyusulnya masuk. Ternyata Rendy salah satu donatur panti asuhan IBUNDA. Dia seorang mahasiswa dan satu Universitas denganku tetapi hanya saja beda jurusan. “dia pria yang baik Mil,”ucap Bunda padaku. Aku hanya tersipu malu “ada saja bunda ini”. Setelah pertemuan itu, entah kenapa otakku tak berhenti memikirkannya. Ada rasa yang tak biasa dalam hatiku. Apa ini yang dinamakan cinta??. Dan sejak saat itu, aku sering sekali berkunjung di panti asuhan IBUNDA dan bertemu dengan Rendy. Selain itu aku juga sering jalan berdua dan sekedar bersenda gurau. Dan tepat pada 1 februari, Rendy mengajakku keluar seperti biasanya. Sebelumnya dia menjemputku di kampus. Dia sering sekali mengajakku ke pantai. Dia bilang, dia suka dengan suasana pantai. Ya, sama sepertiku. Saat itu suasana sore hari yang romantis dan Rendy menyatakan cintanya padaku. “Mil, jika Tuhan mengizinkan aku menyayangimu dan ingin selalu berada di sampingmu”. Kata-kata rendy itu penyejuk hati ku yang selama ini gundah karenanya. Dan aku hanya mengangguk saja. Mulai saat itu, aku dan rendy pacaran dan hubungan kami selalu baik-baik saja.
Sampai pada saat setelah lulus kuliah tiba-tiba ayah menjodohkanku dengan anak temannya. Seorang yang mempunyai pondok pesantren yang cukup dipandang masyarakat. Hatiku terasa nyeri, ketika mengingat aku harus meninggalkan rendy. Tetapi, aku juga tak bisa menolak permintaan ayah dan mengecewakannya. Aku hanya bisa berdoa kepada Allah agar memberikan jalan terbaik untukku. Sore itu, di pantai seperti biasa. Rendy menungguku disana karena sebelumnya aku menelfonnya dan mengajaknya bertemu. Aku langkahkan kaki ku dengan gontai mendekati Rendy. “rendy”, aku membuka keheningan. “iya mil”, jawabnya. Tiba-tiba tak terasa aku menitikkan air mata. “Mila, kamu kenapa?”tanya rendy mulai panik.”kamu sakit?”. “enggak”. “lalu kenapa kamu menangis Mil,?”. Aku terdiam sejenak dan berusaha mengatur nafasku.”Mila akan dijodohkan ren,”jawabku lirih. Rendy terkejut mendengar ucapanku. Dia diam dan keadaan mulai hening. “Mila sayang sama Rendy, Mila nggak mau dijodohkan sama orang yang sama sekali Mila nggak cinta”, tangisku semakin meluap. Sambil menahan sakit hatinya “Mila jangan seperti itu, kalau memang itu yang terbaik untuk Mila, Rendy rela”, ucapnya berat. “Kenapa Rendy bersikap seperti itu,? Rendy nggak mau memperjuangkan cinta kita?” ucapku kecewa. “Bukan begitu Mil, Rendy nggak mau menjadikan Mila anak durhaka, jika memang itu yang terbaik untukmu dan dia memang lebih baik dariku aku ikhlas Mil walau hati ini pedih”. Tangisku makin tak terbendung lagi “Mila sayang sama Rendy, maafin Mila ya Ren”.
Saat yang ditunggu oleh semua orang kecuali aku. Hari pernikahanku dengan orang pilihan ayahku pun datang. Semua orang terlihat gembira. Memang, Akbar adalah lelaki yang baik, dia lulusan dari kairo dan islam dia sangat kuat. Tapi, entah mengapa aku masih saja mengingat Rendy. Saat aku keluar dari kamarku dan dibimbing oleh ibu, aku melihat sosok Rendy duduk di sebelah Akbar. Hatiku teriris-iris. Sakit rasanya jika harus mengingat semua ini. kenapa semua ini nyata,aku ingin terbangun dari mimpiku. Tapi, aku tak bisa berbuat apa-apa. Wajah sedih terlihat dari balik senyum Rendy yang terlihat memaksa. Tuhan, sungguh aku tak kuasa dan tanpa sadar aku menitikkan air mata. “Saya trima nikahnya Mila binti Abdullah dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan uang tunai 9.999.999 dibayar TUNAI”. Sah, sah.... Sah. Alhamdulillah......” Semakin deras aku meneteskan air mata ini.
Setelah acara selesai, Rendy meminta izin kepada Akbar untuk menemuiku dan Akbar pun mengizinkannya. “Mila, Rendy bahagia jika Mila bahagia. Mila sekarang sudah menjadi seorang istri, maka berbaktilah pada suami mu.”ucap Rendy dalam senyumnya yang getir. “Mungkin Cinta bukan Milik Kita Mila, Tuhan tidak menjodohkan aku dengan mu”. “Semoga kamu bahagia, Rendy nggak akan pernah melupakanmu”. Aku hanya diam membisu tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Aku hanya bisa menangis dalam gelapku. Dan inilah takdir hidupku dari Tuhan.
Sampai pada saat setelah lulus kuliah tiba-tiba ayah menjodohkanku dengan anak temannya. Seorang yang mempunyai pondok pesantren yang cukup dipandang masyarakat. Hatiku terasa nyeri, ketika mengingat aku harus meninggalkan rendy. Tetapi, aku juga tak bisa menolak permintaan ayah dan mengecewakannya. Aku hanya bisa berdoa kepada Allah agar memberikan jalan terbaik untukku. Sore itu, di pantai seperti biasa. Rendy menungguku disana karena sebelumnya aku menelfonnya dan mengajaknya bertemu. Aku langkahkan kaki ku dengan gontai mendekati Rendy. “rendy”, aku membuka keheningan. “iya mil”, jawabnya. Tiba-tiba tak terasa aku menitikkan air mata. “Mila, kamu kenapa?”tanya rendy mulai panik.”kamu sakit?”. “enggak”. “lalu kenapa kamu menangis Mil,?”. Aku terdiam sejenak dan berusaha mengatur nafasku.”Mila akan dijodohkan ren,”jawabku lirih. Rendy terkejut mendengar ucapanku. Dia diam dan keadaan mulai hening. “Mila sayang sama Rendy, Mila nggak mau dijodohkan sama orang yang sama sekali Mila nggak cinta”, tangisku semakin meluap. Sambil menahan sakit hatinya “Mila jangan seperti itu, kalau memang itu yang terbaik untuk Mila, Rendy rela”, ucapnya berat. “Kenapa Rendy bersikap seperti itu,? Rendy nggak mau memperjuangkan cinta kita?” ucapku kecewa. “Bukan begitu Mil, Rendy nggak mau menjadikan Mila anak durhaka, jika memang itu yang terbaik untukmu dan dia memang lebih baik dariku aku ikhlas Mil walau hati ini pedih”. Tangisku makin tak terbendung lagi “Mila sayang sama Rendy, maafin Mila ya Ren”.
Saat yang ditunggu oleh semua orang kecuali aku. Hari pernikahanku dengan orang pilihan ayahku pun datang. Semua orang terlihat gembira. Memang, Akbar adalah lelaki yang baik, dia lulusan dari kairo dan islam dia sangat kuat. Tapi, entah mengapa aku masih saja mengingat Rendy. Saat aku keluar dari kamarku dan dibimbing oleh ibu, aku melihat sosok Rendy duduk di sebelah Akbar. Hatiku teriris-iris. Sakit rasanya jika harus mengingat semua ini. kenapa semua ini nyata,aku ingin terbangun dari mimpiku. Tapi, aku tak bisa berbuat apa-apa. Wajah sedih terlihat dari balik senyum Rendy yang terlihat memaksa. Tuhan, sungguh aku tak kuasa dan tanpa sadar aku menitikkan air mata. “Saya trima nikahnya Mila binti Abdullah dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan uang tunai 9.999.999 dibayar TUNAI”. Sah, sah.... Sah. Alhamdulillah......” Semakin deras aku meneteskan air mata ini.
Setelah acara selesai, Rendy meminta izin kepada Akbar untuk menemuiku dan Akbar pun mengizinkannya. “Mila, Rendy bahagia jika Mila bahagia. Mila sekarang sudah menjadi seorang istri, maka berbaktilah pada suami mu.”ucap Rendy dalam senyumnya yang getir. “Mungkin Cinta bukan Milik Kita Mila, Tuhan tidak menjodohkan aku dengan mu”. “Semoga kamu bahagia, Rendy nggak akan pernah melupakanmu”. Aku hanya diam membisu tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Aku hanya bisa menangis dalam gelapku. Dan inilah takdir hidupku dari Tuhan.
PROFIL PENULIS
Nama : Shindya Risna Pradita
Nama : Shindya Risna Pradita
Aku sekarang kuliah di UNEJ jurusan FKIP Bahasa dan sastra Indonesia
Baca juga Cerpen Cinta yang lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar