Selasa, 26 Juni 2012

Cerpen Remaja - Diary Depresiku

DIARY DEPRESIKU
Karya Duma Sarah

Rangga.Begitu teman-teman memanggilku.Aku anak sulung dari dua bersaudara.Ku rasa hidupku amat lengkap.Papaku bekerja sebagai staff manager disalah satu Perusahaaan Rokok terkenal di Indonesia.Sementara Mama,dulunya nekerja sebagai karyawan di salah satu Perusahaan Advertaizing di Jakarta.Tapi minggu lalu Mama baru aja resign dari perusahaan,alasannya sih biara lebih fokus ngurusin adik-adikku yang masih kecil.
Pagi ini,seperti pagi-pagi biasanya.Aku berangkat ke sekolah.Pulang dari sekolah,latihan basket,dan terakhir balik ke rumah.

Niat awalnya sih ,mau ke dapur untuk minum air mineral,Tapi suara dari kamar utama memecah keheningan malam.Aku lalu segera menuju ke situ.
“Cringgg!!!...”

Nggak lama,terdengar seperti suara vas bunga yang pecah dari arah kamar utama.Ternyata Mama dan Papa.Mereka lagi asyik-asyiknya bertengkar dan nggak sadar kalau udah ngebangunin anak-anaknya.
“Aku mau kita cerai!Istri macam apa kamu,nggak bisa percaya sama suami.”terdengar suara Papa seperti harimau yang sedang marah.

Papa lalu keluar dari kamar.Tanpa pamit dan ngucapin sepatah katapun ke aku dan adik-adikku,Papa langsung pergi dengan mobil barunya.
“Eh,kalian tidur sana,gih!Nggak boleh ikut campur urusan orang dewasa.”kataku menyuruh kedua adik perempianku untuk kembalinya ke kamarnya.

Beberapa menit setelah suasana hening,aku mulai bicara sama Mama.
“Ma…!”
“Tinggalin Mama sendiri,Angga!”
Mungkin Mama lagi nggak mau diganggu.Pikirku dalam hati.
***

Besok paginya,ada yang sedikit berbeda.Suasana rumah yang biasanya sibuk,kini berubah jadi sepi.Mungkin karena semua nggak semangat sejak peristiwa semalam.Mama juga belum keluar dari kamarnya sejak semalam.

Tanpa pamit,aku langsung saja berangkat ke sekolah dengan angkot,yang sama sekali belum pernah ku tumpangi.
“Tumben naik angkot!Kesambet setan apa nih?”ucap Raka,sahabatku menyindir.

Nggak lama setelah istirahat siang disekolah,aku mendapat telpon dari Nania,adik pertamaku.Nania bilang kalau rumah kami udah di sita sama pihak bank.
Terhenti aku seketika.Cobaan apa lagi ini Tuhan?kataku dalam hati.
Begitu bel sekolah berbunyi,aku segera pulang ke rumah.Latihan basket,band,dan semua kegiatan lainnya terpaksa ku cancel.

Saat aku sampai di rumah,ku lihat Mama dan adik-adikku yang sedang duduk diteras rumah dengan tas pakaian mereka.Anak mana yang tega melihat Mama dan adik-adik perempuannya yang dulu hidup dalam kemewahan,tapi sekarang harus tidur di teras rumah.
“Ma,papa mana?
Papa mana ma?
Kenapa papa tega ninggalin kita dalam keadaan kayak gini ma?”
Mama dan kedua adikku diam.Mereka tak mengucapkan sepatah kata pun.
Aku yakin ini pasti perbuatan Papa.

Dari kejadian ini,rasa benci terhadap Papa mulai tumbuh di benakku.
“kak,mau kemana?Aku ikut ya?”ucap Gasya adik keduaku begitu aku ingin melangkahkan kaki meninggalkan rumah.
Aku dan Gasya lalu pergi ke kantor Papa.
***

Aku terhentik seketika.Ketika melihat Papa sedang bergandengan tangan dengan perempuan lain menuju mobil Papa.Gasya pun segera menghampiri Papa.
“Pa..Papa,Papa pulang,pa!Kita udah di suruh keluar dari rumah.”ucap Gasya sambil menarik-narik tangan Papa.Gadis tujuh tahun itu memang belum mengerti apa yang sebenarnya sedang menimpa keluarga kami.
“Ahh . . awas !
Apa-apaan ini?
Pergi sana ! Dasar gembel !”ucap Papa seolah tak kenal kepada putri kesayangannya itu.
Papa lalu segera masuk ke mobilnya bersama perempuan itu.Sementara aku tak dapat berbuat apa-apa.Aku hanya terdiam melihat perbuatan papa tersebut.

Tak lama kemudian,aku menyapa Om Ibas,teman papa yang sering berkunjung ke rumah.
“Om ! kami butuh banget bantuan om!Tolong om!”

Dengan santai,Om ibas menjawab
“Om Cuma ikut perintah papa mu. Oke?jangan salahkan om!”
Hari itu ,aku seperti seorang pengemis yang memita-minta.Orang –orang yang dulu ku anggap baik,tapi malah tak memperdulikan ku.

Aku dan Gasya lalu kembai ke rumah.Sepanjang perjalanan Gasya terus merengek-rengek ingin bertemu dengan papa.
“Gasya udah dong ! Anggap aja kita nggak punya lagi papa !”ucapku sembari memegang erat tangannya.
Inikah seorang Papa yang ku kenal?Jauh berbeda dengan Papa yang dulu.Yang selalu bercanda dengan aku dan adik-adikku di akhir pecan,selalu membawa kami berlibur ke tempat-tempat yang menarik setiap libur semester dan tak pernah sedikitpun memarah-marahi Mama.

Peristiwa itu membuatku semakin membenci Papa.Aku dan Gasya lalu kemabli ke rumah.
“Rangga,kamu udah jumpain Papa?”tanya Mama yang dari semalam belum mengucapkan sepatah katapun.

Aku rasanya nggak tega ngeliat Mama kalau tau Papa jalan sama wanita lain.
“Ma,udahlah.Kita cari kontrakan aja ya…”ucapku,lalu menjinjing tas paakian.
***

Lelah juga ternyata nyari kontrakanyang pas dan murah di Jakarta sekarang ini.
***

Akhirnya dapat juga kontrakan kecil,walaupun agak dekil,seharga Rp.500.000 per bulan.
***

Malam harinya,ada hal yang membutaku paling sedih lagi.Selesai shalat magrib,aku liat Mamayang lagi duduk dinlantai sambil memegang dompetnya.
Nggak perlu lama mikir,aku ngerti kalau Mama nggak punya uang lagi.Semua simpanan-simpanan di Bank udah di ambil sama Papa.Fasilitas-fasilitas lainnya juga atas nama papa.
Aku lalu berfikir.Apa yang bisa aku lakukan untuk ngurangin beban Mama.Dan aku juga nggak mungkin lagi untuk melanjutkan sekolah apalgi kuliah.Untung masih ada tabungan pribadiku di Bank.Mudah-mudahan bisa meringankan beban Mama untuk beberapa hari ke depan.
***

Hari hari terus berlalu.
Harapanku untuk hidup dengan uang tabunganku sendiri ternyata di luar dugaan.Bukan Jakarta namanya kalau nggak keras kehidupannya.
Nggak bertahan satu minggu uang tabungan itu sudah habis.Di tambah lagi aku harus bayar uang sekolah adik-adikku.
Aku depresi.Depresi berat.Karena sebelumnya aku nggak pernah hadapi cobaan seberat ini.
Apalagi aku tinggal di lingkungan yang hampir semua remaja-remajanya rusak.Aku jadi sering bergaul sama mereka,yang hampir selalu nongkrong di pinggir jalan atau di jembatan-jembatan.
***

Malam ini aku dan temen-temen nongkrong di pelataran jalaan utama.Nggak lama,gasya datang seperti ingin menyampaikan sebuah berita.
“Ngaapin loe kemari?”tanyaku yang sudah terbiasa berbicara kasar dengan orang-orang.
“Mama,kak!Nggak sadar-sadar dari kemarin.”

Aku dan Gasya lalu pulang kerumah.Ku lihat Mama yang sudah pucat pasi,badannya begitu hangat.Aku dan adik-adkku lalu duduk di sampingnya.
“Rangga,jagain Gasya dan Nania ya…”ucap Mama pelan dan tertatih-tatih
Akhirnya Mama menghembuskan nafas terakhirnya di depan aku,Gasya dan Nania.

Hidup tidak pernah membuat kita bahagia,tapi kita sendirilah yang harus membuat hidup kita bahagia.
***
Setelah Mama pergi ninggalin kami untuk selamanya,aku dan adik-adikku semakin berantakan.Kami nggak tinggal di kontrakan lagi,melainkan dijalanan.
Semenjak itu pula,Gasya dan Nania berhenti sekolah dan mulai nyari duit sendiri dengan ngamen atau jadi tukang sol sepatu.
***

Hingga suatu ketika ada yang membuat hidupku berubah.Semuanya jadi indah.Waktu aku lagi ngamen di sebuah café lesehan,aku ketemu ama seorang perempuan yang ramah.Dari situ kami berkenalan dan akhirnya kami dekat.Namanya Nia.

Pernah suatu hari,Nia mengajakku ke rumahnya.Aku iri saat melihat foto-foto keluarga Nia.Semuanya lengkap.Ada Mama dan Papa.
“Ni,ini siapa?”

Seketika aku terdiam saat melihatsebuah foto yang terpajang rapi di dinding.
“Oh,itu Papa tiri aku.”
Nia memang sempat bercerita kalau ayah kandungnya telah meninggal saat ia berumur satu tahun.Tapi yang aku nggak habis fikir,foto Papa tirinya Nia bener-bener mirip dengan Papaku.Nggak mungkin kalau ini cuma kebetulan.
***

Sejak hari itu,aku mulai males komunikasi atau bertemu dengan Nia.Aku milih untuk menjauhi dia,sejak aku sadar dan ngerti,Mamanya Nia lah yang udah ngebuat keluargaku hancur.
***

“Ngga,Nia nanyain loe tu!

Loe lagi ada masalah ama dia?”tanya Riko temanku yang juga temannya Nia.
“Males gue ama dia!Gara-gara nyokap dia,keluarga gue hancur…!”jawabku sambil menikmati sebatang rokok.
“Kalo loe males,males aja ama bokap loe yang suka main perempuan.Nia nggak tau apa-apa,coy!Lagian bokap lu cuma bokap tirinya Nia.”kata Riko menasehati.
***

Malam ini,hujan turun.Dan aku nggak bisa ngumpul ama temen-temen seperti malam-malam biasanya.

Ku ambil gitar,kertas dan pulpen.Lalu duduk di bawah jembatan.
“F . C . G .
Yaph,selesai!”kataku dengan senang.Akhirnya akubisa juga nyiptain sebuah lagu dari pengalaman sendiri,walaupun liriknya agak sedikit pendek.Hehehe…
***

Suatu ketika saat aku ngamen di sebuah café bareng temen-temen,aku ketemu Papa,Nia,dan Mamanya.
“Woi Mawardi,sialan loe ya!!!Gara-gaar loe Mama meninggal.Dan loe malah enak-enakan ama keluarga baru loe ini!!!kataku yang bertatap muka langsung dengan Papa.

Pengunjung-pengunjung lesehan itu memilih diam tak ikut campur.Istri baru Papa pun terdiam.
“Rangga!!”ucap Nia sedih seakan dia tau isi hatiku.
Aku tak mau ambil pusing.Tak lama kemudian,aku segera pergi dari temapat tersebut.
***

“Rangga?”ucap Nia yang menemuiku pada malam harinya.
“Gue lagi nggak mau di ganggu…!”
Nia mengalah.Ia lalu membalikkan badannya pergi meninggalkanku.Dari kejauhan aku mendengar tangisan kecilnya Nia yang akhirnya berlalu di telan kesunyian malam.

Tak lama kemudian,dari arah barat Riko berlari ke arahku.
“Woi Rangga!Bodoh lu ya…Ngapain loe nyuruh si Nia pergi?Loe nggak ingat,siapa yang pertaam kali buat loe tersenyum sejak nyokap loe meninggal?Siapa yag setiap hari nganterin makanan buat loe dan adik-adik loe?Siapa juga yang hadiahin loe gitar biar bisa ngamen nyari duit?Seiko loe Rangga,nyia-nyiain cewek sebaik Nia.Kejar dia,Rangga!Kejar!”

Aku pun segera berlari mengejar Nia yang belum jauh berjalan.Dan dari arah belakang,Riko mengikutiku.
“Nia…!!!”teriakku kencang.

Nia berhenti berjalan dan aku segera menghampirinya.
“Nia,gue minta maaf kalo gue udah buat loe sedih selama ini!”kataku grogi.
***

Keesokan harinya saat aku ngumpul bareng teman-teman,Papa dan Nia datang menemuiku.
“Rangga…”ucap Papa dan langsung memelukku.
Papa berlutut di kakiku.Papa berkata bahwa ia sangat menyesal dengan semua perbuatannya terhadap aku,mama dan adik-adikku.

Aku melihat rasa menyesal dari raut wajah Papa.Bagaimanapun,Papa adalah orang tua kandungku,seorang manusia biasa yang tak luput dari kekhilafan.
“Papa…”
Aku melihat wajah Papa.Lalu melihat wajah Nia.Dua orang yang ku sayang.Dan aku pun memutuskan untuk memaafkan Papa.
Lalu kami menuju ke makamnya Mama.Aku semakin tak bisa menahan rasa sedihku.

Sepulang dari makam Mama,Papa mengajak aku,Gasya,dan Nania untuk tinggal bersamanya.Ternyata kedua adikke setuju karena mereka sangat manaj dengan Papa.Tapi bagiku rasanya berat pergi meninggalkan kehidupan jalanan.Aku udah enjoy hidup di jalanan ini.
“Ngga,kata bokap lu itu bener.Loe tinggal aja ama keluarga baru loe.Loe lanjutin lagi sekolah loe.Hidup loe masih panjang.Kalo loe kangen sama gue dan temen-temen lain,loe kan bisa main-main ke sini.”ucap Riko menasehatiku.Dia memang sahabat terbaikku.
***

Malam harinya aku dan kedua adikku bersiap-siap untuk pindah dan tinggal di tengah-tengah suasana rumah yang indah.
Tak lama,Papa datang menjemput kami.Ini say yang paling mengharukan.Ketika aku harus mengucapkan selamat tinggal pada teman-teman dan kehidupan jalanan

Ternyata Nia dan Mamanya juga datang menjemput kami.Mamanya Nia adalah orang yang baik,dia respect dengan aku dan adik-adikku.
“Rangga,besok kamu siap-siap ke produser rekaman ya!”ucap Papa sambil tersenyum padaku.
Ternyata Nia yang meminta Papa untuk membawaku ke produser rekaman.Nia yang menceritakan pada Papa tentang hobiku menyanyi dan menulis lagu.
Aku tersenyum bahagia.Seakan hidupku kembali seeprti dulu lagi.Dan saat aku teringat akan Mama,aku mengerti,mungkin iniyang terbaik untuk Mama.Semoga Mama bahagia di surga sana.Mama juga pernah berpesan kepadaku agar aku tidak menyimpan dendam kepada Papa sekalipun dulu Papa telah menyia-nyiakan kami.

Tapi,ada satu yang ku lupakan.
“Nia,kita…”
“Iya Rangga.Sekarang kamu udah jadi kakak aku.Aku seneng lho bisa punya kakak kaya’kamu!”jawab Nia seakan telah mengerti seeblum aku menjelaskan padanya.
Sekarang Nia telah menjadi adik tiriku.Aku nggak boleh hancurin kebahagiaan ini dengan sifat egois ku.Aku memang sayang sama Nia.Tapi sekarang,rasa sayang itu cukuplah sebatas rasa sayang antara adik dan kakak.Takdir telah membuat Papaku menikahi Mamanya.Tak mungkin aku menodai kebahgiaan itu.Tentang perasaanku ke Nia,biarlah waktu yang menjawab semuanya.Dan akupun takkan melupakan atau mneghapusnya.Nia lah orang pertama yang membuatku mengerti betaap indah di cintai.
 
THE END

PROFIL PENULIS
Nama: Duma Sarah
TTL: Aceh,3 Juli 1996
Alamat: Jl.Purnawirawan No.66 Benteng , Kota Sigli , Aceh Pidie
Sekolah: SMAN Modal Bangsa Aceh
Facebook: Sarahh duma duma sarah

Baca Juga Cerpen Remaja yang Lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar