KETIKA SEMUA TELAH TIADA
Karya Ilham Syahputra
Aku adalah anak dari Bapak Surino dan Ibu Lastri, seorang penjual makanan di kantin Sekolah SMA. Namaku Flora Lestari, namun kebanyakan orang memanggilku dengan sebutan orang miskin. Pekerjaanku keseharian adalah membantu ibuku berjualan di kantin. Aku adalah orang yang pintar dan ingin sukses seperti kebanyakan Artis di Sineteron. Namun, dibalik kepintaranku, aku bukanlah orang yang baik, melainkan orang yang angkuh, suka melawan dan kasar kepada orang tuaku. Aku sangat marah, jika semua yang ku inginkan tidak di penuhi oleh mereka.
***
Saat itu, aku menangis, ketika teman-temanku mengajakku untuk sekolah. Namun, air mata yang mengalir ini sama sekali tidak berguna. Aku harus membantu Ibuku bekerja berjualan. Di saat indah yang seharusnya aku menggunakan seragam SMA, namun kebalikannya aku harus bekerja menggantikan ayah yang telah meninggalkan kami saat aku duduk di kelas Tiga SMP. Aku tidak bisa melanjutkan sekolahku karena Ibuku tidak mampu untuk membiayaiku. Setiap hari aku melihat mereka yang mengenakan seragam-seragam baru sambil membawa buku untuk belajar. Sedangkan aku harus bangun pagi membantu ibu membuat makanan untuk dijual di kantin. Sambil membersihkan meja, aku sempat melamun, aku berfikir kenapa hidupku seperti ini. Aku merasa kesal dengan hidup serba kurang. Padahal aku ingin seperti mereka yang serba kecukupan, mempunyai apa yang mereka inginkan, dengan menghambur-hamburkan ribuan kertas bernilai yang sangat berharga sesuka hati. Aku merasa bahwa tuhan tidak adil padaku, mengapa harus ada kemiskinan di dunia ini, dan kalaupun ada kenapa harus aku yang miskin. Tiba-tiba Ibu mengagetiku dari belakang. Aku terkejut, dan langsung berdiri mengeluarkan kata kasar di depannya.
‘’Dasar orang miskin, gak ada kerjaan selain ini apa??, bosen banget terus menerus harus jadi pembantu’’. Marahku pada Ibu.
Aku langsung pergi kekamar tanpa menghiraukan panggilan Ibu kepadaku. Sambil menangis di atas kapuk yang reok, aku merepet sendiri kesal pada Ibuku.
***
Karya Ilham Syahputra
Aku adalah anak dari Bapak Surino dan Ibu Lastri, seorang penjual makanan di kantin Sekolah SMA. Namaku Flora Lestari, namun kebanyakan orang memanggilku dengan sebutan orang miskin. Pekerjaanku keseharian adalah membantu ibuku berjualan di kantin. Aku adalah orang yang pintar dan ingin sukses seperti kebanyakan Artis di Sineteron. Namun, dibalik kepintaranku, aku bukanlah orang yang baik, melainkan orang yang angkuh, suka melawan dan kasar kepada orang tuaku. Aku sangat marah, jika semua yang ku inginkan tidak di penuhi oleh mereka.
***
Saat itu, aku menangis, ketika teman-temanku mengajakku untuk sekolah. Namun, air mata yang mengalir ini sama sekali tidak berguna. Aku harus membantu Ibuku bekerja berjualan. Di saat indah yang seharusnya aku menggunakan seragam SMA, namun kebalikannya aku harus bekerja menggantikan ayah yang telah meninggalkan kami saat aku duduk di kelas Tiga SMP. Aku tidak bisa melanjutkan sekolahku karena Ibuku tidak mampu untuk membiayaiku. Setiap hari aku melihat mereka yang mengenakan seragam-seragam baru sambil membawa buku untuk belajar. Sedangkan aku harus bangun pagi membantu ibu membuat makanan untuk dijual di kantin. Sambil membersihkan meja, aku sempat melamun, aku berfikir kenapa hidupku seperti ini. Aku merasa kesal dengan hidup serba kurang. Padahal aku ingin seperti mereka yang serba kecukupan, mempunyai apa yang mereka inginkan, dengan menghambur-hamburkan ribuan kertas bernilai yang sangat berharga sesuka hati. Aku merasa bahwa tuhan tidak adil padaku, mengapa harus ada kemiskinan di dunia ini, dan kalaupun ada kenapa harus aku yang miskin. Tiba-tiba Ibu mengagetiku dari belakang. Aku terkejut, dan langsung berdiri mengeluarkan kata kasar di depannya.
‘’Dasar orang miskin, gak ada kerjaan selain ini apa??, bosen banget terus menerus harus jadi pembantu’’. Marahku pada Ibu.
Aku langsung pergi kekamar tanpa menghiraukan panggilan Ibu kepadaku. Sambil menangis di atas kapuk yang reok, aku merepet sendiri kesal pada Ibuku.
***
Malam semakin larut, aku terbangun dari tidurku, tersentak karena mimpi yang aneh. Aku terjatuh dari bukit yang terjal hingga jurang yang dalam tanpa ada cahaya, sangat gelap sekali. saat itu jam menunjukkan pukul 00.01 WIB. Sambil mengelap keringat di wajahku, kulangkahkan kaki ke dapur untuk membuat teh hangat. Setelah itu, aku mengambil cerpen di atas meja belajarku dan duduk di atas lantai yang kasar sambil membaca aku menikmati teh hangat. Asyik membaca, tak sengaja kakiku menampar segelas teh itu pecah berserak, hingga membangunkan Ibuku dari tidurnya. Dengan cepat aku membersihkannya. Namun naas menimpaku sebutir kaca menggores jariku, darah pun menetes di atas lantai. Ibuku langsung mengambil perban untuk mengobati jariku. Namun aku merasa muak melihat orang miskin itu, dan menyuruhnya pergi meninggalkanku.
‘’Ngapain kamu di sini…!! Aku gak butuh orang tua miskin kayak kamu..!!’’. Bentak dan membuang kain itu.
Ibuku pun masuk kedalam kamar tanpa sepatah kata.
***
Ke esokan harinya aku mengintip Ibuku yang masih tidur. Aku mendobrak pintu dan menyuruhnya bangun karena sudah siang. Malah Ibu menyuruhku untuk membelikan Bodrex ke pasar. Saat itu aku baru tahu kalau Ibuku sedang sakit kepala.
“Heh! Enak saja nyuruh-nyuruh!! Kalau mau, ya beli sendiri donk!! Punya kaki kan? Kalo Ibu nggak punya kaki, baru aku belikan!” dengan keberatan, aku menolak suruhannya.
‘’Dasar Ibu manja, uda miskin sok jadi Raja, sakit gitu saja uda ngerepotin, gimana kalau sampai kanker otak. Hmm…. Pasti aku jadi pembantu” ucapku sambil meninggalkan Ibuku dengan kesal.
Akhirnya ibuku berusaha bangkit dengan sangat lemah dari tidurnya untuk ke pasar membeli obat sendiri. Aku tak perduli Ibu keluar rumah sendiri. Hingga sore, aku melihat Ibuku tak kunjung pulang, aku bangkit dari tempat tidur dan duduk di teras rumah menunggu Ibuku. Tak lama, ada seorang lelaki yang datang menghampiriku.
‘’Flora… Emm... emm.. anu...!!
‘’ Anu apa..? ngomong tuh yang jelas dong..!!
‘’Ibumu.. heh.. Ibumu...
‘’Emanknya kenapa dengan Ibuku..dia lagi beli obt ke pasar’’.
‘’Aduhh.. bukan itu maksudnya..!! Iiibu kamu kec.. kecelakaan!”.
‘’Apa…????.
‘’Iya Flora, Ibu kamu kecelakaan, dan sekarang ada di rumah sakit’’.
‘’Aku terkejut dengan ucapan itu. Entah kenapa aku sedih dengan ucapan lelaki itu. Seharusnya aku senang karena Ibu kecelakaan! Jadi tidak ada yang merepotkanku lagi. Tidak ada wajah yang menjengkelkan aku lagi’’. Gumamku dalam hati.
Tanpa pikir panjang, aku segera pergi ke rumah sakit di antar lelaki tak di kenal itu. Air mataku menetes, melihat Ibuku terbaring di kasur rumah sakit tak sadarkan diri, degan luka-luka yang masih membekas darah.
***
Sejam kemudian, Ibuku tersadar, kemudian memanggil-manggil namaku. Aku pun segera masuk dengan tetesan air mata menyesali perbuatanku. Tak malu aku untuk memeluk erat Ibuku, walau selama ini aku selalu melawan padanya. Ibu kemudian memegang tanganku.
“Jaga dirimu baik-baik, Flora. Maaf karena Ibu tidak bisa menemanimu selamanya. Ibu sudah memaafkan semua kesalahanmu. Semua kata-kata kasar darimu. Ingatlah anakku, jika kamu ingin menjadi orang yang besar di pandang orang dan bermanfaat di keramaian orang, satu yang harus kamu rubah, yaitu karakter. Mulai sekarang, perbaikilah akhlakmu, berbuat baiklah pada orang lain, terutama pada dirimu sendiri. Dan jangan lupa untuk banyak belajar dan membaca, karena dengan pengetahuan yang luas, dengan mudah kamu akan menjadi orang yang senang. Sekarang, kamu bisa tenang tanpa Ibu Flora. Ibu sangat menyayangimu. Semoga nantinya kamu bisa tumbuh sebagai wanita yang soleha’’. Nasehat Ibu dengan mengalirkan air matanya.
Setelah berucap kemudian Ibu tersenyum padaku. Sebelum akhirnya... dia memejamkan matanya dengan kedamaian.
‘’Ibuu..!!! jangan tinggalin aku Bu..!! aku takut tinggal sendiri. Ibuu...!! bangun Bu, maafin aku…’’. Teriakku sambil menggoyahkan tubuh Ibuku yang tak lagi mendengarkan jeritanku.
Kata-kata pahit yang pernah ku ucapkan pada Ibu kini telah ku rasakan sendiri. Tak ada gunanya lagi aku menyesali perbuatanku semasa dulu, semuanya tidak akan membuat Ibuku kembali. Sekarang saatnya aku harus memenuhi pesan dari Ibuku. Aku harus menjadi orang yang bener-bener bermanfaat bagi diriku dan orang lain. Dengan menjadikan diriku sebagai wanita muslimah, banyak belajar, membaca, serta berdoa untuk Ibuku.
***
Sebulan kemudian, perubahan drastis telah ku alami. Aku semakin hobi membaca, menulis, memanfaatkan buku-buku makanan rayap di meja belajarku. Aku tertarik menulis cerpen setelah banyak membaca tentang beografi seorang cerpenis terkenal di Indonesia dengan penghargaan yang diperolehnya. Hari-hari ku lewati dengan menulis cerpen. Mulai dari mengikuti lomba sampai ke kantor media cetak, untuk mempromosikan karya-karya yang telah ku ciptakan. Namun, usahaku selalu tidak berhasil. Hingga akhirnya ada seorang dermawan yang membalikkan kehidupku. Orang itu menganggapku sebagai anak angkatnya, menyekolah dan menguliahkanku ke salah satu fakultas terkenal di Indonesia. Kesempatan besar yang aku miliki saat itu, tidak pernah aku sia-siakan, aku lebih giat dalam mengembangkan cita-citaku menjadi orang terkenal sebagai cerpenis. Aku menjadi orang yang benar-benar sukses, setelah menamatkan kuliahku. Menjadi seorang cerpenis yang terkenal di Indonesia. Bahkan, aku pernah memenangkan hasil karyaku di luar negeri. Sejak saat itu, aku tinggal bersama orang tua baruku dengan kehidupan yang sangat layak dari sebelumnya. Aku berfikir bahwa, menjadi orang sukses itu tidak mesti dari keluarga yang kaya, orang miskin sekalipun berhak meraih kesuksesannya. Asalkan, niat dan usaha yang keras selalu ditanamkan dalam hati.
‘’Ngapain kamu di sini…!! Aku gak butuh orang tua miskin kayak kamu..!!’’. Bentak dan membuang kain itu.
Ibuku pun masuk kedalam kamar tanpa sepatah kata.
***
Ke esokan harinya aku mengintip Ibuku yang masih tidur. Aku mendobrak pintu dan menyuruhnya bangun karena sudah siang. Malah Ibu menyuruhku untuk membelikan Bodrex ke pasar. Saat itu aku baru tahu kalau Ibuku sedang sakit kepala.
“Heh! Enak saja nyuruh-nyuruh!! Kalau mau, ya beli sendiri donk!! Punya kaki kan? Kalo Ibu nggak punya kaki, baru aku belikan!” dengan keberatan, aku menolak suruhannya.
‘’Dasar Ibu manja, uda miskin sok jadi Raja, sakit gitu saja uda ngerepotin, gimana kalau sampai kanker otak. Hmm…. Pasti aku jadi pembantu” ucapku sambil meninggalkan Ibuku dengan kesal.
Akhirnya ibuku berusaha bangkit dengan sangat lemah dari tidurnya untuk ke pasar membeli obat sendiri. Aku tak perduli Ibu keluar rumah sendiri. Hingga sore, aku melihat Ibuku tak kunjung pulang, aku bangkit dari tempat tidur dan duduk di teras rumah menunggu Ibuku. Tak lama, ada seorang lelaki yang datang menghampiriku.
‘’Flora… Emm... emm.. anu...!!
‘’ Anu apa..? ngomong tuh yang jelas dong..!!
‘’Ibumu.. heh.. Ibumu...
‘’Emanknya kenapa dengan Ibuku..dia lagi beli obt ke pasar’’.
‘’Aduhh.. bukan itu maksudnya..!! Iiibu kamu kec.. kecelakaan!”.
‘’Apa…????.
‘’Iya Flora, Ibu kamu kecelakaan, dan sekarang ada di rumah sakit’’.
‘’Aku terkejut dengan ucapan itu. Entah kenapa aku sedih dengan ucapan lelaki itu. Seharusnya aku senang karena Ibu kecelakaan! Jadi tidak ada yang merepotkanku lagi. Tidak ada wajah yang menjengkelkan aku lagi’’. Gumamku dalam hati.
Tanpa pikir panjang, aku segera pergi ke rumah sakit di antar lelaki tak di kenal itu. Air mataku menetes, melihat Ibuku terbaring di kasur rumah sakit tak sadarkan diri, degan luka-luka yang masih membekas darah.
***
Sejam kemudian, Ibuku tersadar, kemudian memanggil-manggil namaku. Aku pun segera masuk dengan tetesan air mata menyesali perbuatanku. Tak malu aku untuk memeluk erat Ibuku, walau selama ini aku selalu melawan padanya. Ibu kemudian memegang tanganku.
“Jaga dirimu baik-baik, Flora. Maaf karena Ibu tidak bisa menemanimu selamanya. Ibu sudah memaafkan semua kesalahanmu. Semua kata-kata kasar darimu. Ingatlah anakku, jika kamu ingin menjadi orang yang besar di pandang orang dan bermanfaat di keramaian orang, satu yang harus kamu rubah, yaitu karakter. Mulai sekarang, perbaikilah akhlakmu, berbuat baiklah pada orang lain, terutama pada dirimu sendiri. Dan jangan lupa untuk banyak belajar dan membaca, karena dengan pengetahuan yang luas, dengan mudah kamu akan menjadi orang yang senang. Sekarang, kamu bisa tenang tanpa Ibu Flora. Ibu sangat menyayangimu. Semoga nantinya kamu bisa tumbuh sebagai wanita yang soleha’’. Nasehat Ibu dengan mengalirkan air matanya.
Setelah berucap kemudian Ibu tersenyum padaku. Sebelum akhirnya... dia memejamkan matanya dengan kedamaian.
‘’Ibuu..!!! jangan tinggalin aku Bu..!! aku takut tinggal sendiri. Ibuu...!! bangun Bu, maafin aku…’’. Teriakku sambil menggoyahkan tubuh Ibuku yang tak lagi mendengarkan jeritanku.
Kata-kata pahit yang pernah ku ucapkan pada Ibu kini telah ku rasakan sendiri. Tak ada gunanya lagi aku menyesali perbuatanku semasa dulu, semuanya tidak akan membuat Ibuku kembali. Sekarang saatnya aku harus memenuhi pesan dari Ibuku. Aku harus menjadi orang yang bener-bener bermanfaat bagi diriku dan orang lain. Dengan menjadikan diriku sebagai wanita muslimah, banyak belajar, membaca, serta berdoa untuk Ibuku.
***
Sebulan kemudian, perubahan drastis telah ku alami. Aku semakin hobi membaca, menulis, memanfaatkan buku-buku makanan rayap di meja belajarku. Aku tertarik menulis cerpen setelah banyak membaca tentang beografi seorang cerpenis terkenal di Indonesia dengan penghargaan yang diperolehnya. Hari-hari ku lewati dengan menulis cerpen. Mulai dari mengikuti lomba sampai ke kantor media cetak, untuk mempromosikan karya-karya yang telah ku ciptakan. Namun, usahaku selalu tidak berhasil. Hingga akhirnya ada seorang dermawan yang membalikkan kehidupku. Orang itu menganggapku sebagai anak angkatnya, menyekolah dan menguliahkanku ke salah satu fakultas terkenal di Indonesia. Kesempatan besar yang aku miliki saat itu, tidak pernah aku sia-siakan, aku lebih giat dalam mengembangkan cita-citaku menjadi orang terkenal sebagai cerpenis. Aku menjadi orang yang benar-benar sukses, setelah menamatkan kuliahku. Menjadi seorang cerpenis yang terkenal di Indonesia. Bahkan, aku pernah memenangkan hasil karyaku di luar negeri. Sejak saat itu, aku tinggal bersama orang tua baruku dengan kehidupan yang sangat layak dari sebelumnya. Aku berfikir bahwa, menjadi orang sukses itu tidak mesti dari keluarga yang kaya, orang miskin sekalipun berhak meraih kesuksesannya. Asalkan, niat dan usaha yang keras selalu ditanamkan dalam hati.
PROFIL PENULIS
Nama : Ilham Saputra
Tempat, Tanggal Lahir : Melati, 17 April 1995
Alamat : Jalan Melati, Desa Padang Pulau.
Kecamatan Bandar Pulau.
Kota : Kisaran, Sumatera Utara, Indonesia.
Email : ogencidesuka@yahoo.co.id
Twitter : watasiwa_ilham
Skype : watasiwa_ilham.tc
Blog : http://watasiwailhamtc.blogspot.com/
Baca juga Cerpen Sedih yang lainnya.
Tempat, Tanggal Lahir : Melati, 17 April 1995
Alamat : Jalan Melati, Desa Padang Pulau.
Kecamatan Bandar Pulau.
Kota : Kisaran, Sumatera Utara, Indonesia.
Email : ogencidesuka@yahoo.co.id
Twitter : watasiwa_ilham
Skype : watasiwa_ilham.tc
Blog : http://watasiwailhamtc.blogspot.com/
Baca juga Cerpen Sedih yang lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar