SEBUAH KEBIMBANGAN (GALAU)
Karya Andini Nurul Aulia
Karya Andini Nurul Aulia
Hanya suara desahan nafas masing-masing yang terdengar. aku terkejut bukan main mendengar pengakuan Andi. bagaimana mungkin seorang Andi mencintai wanita sepertiku. wanita super jutek dan cuek pada semua pria. Uh… itu tidak mungkin ( pikirku ).
Ingin rasanya ku merekam kata-kata itu dan ku dengarkan berkali-kali untuk meyakinkan diri. sayang, aku tidak bisa melakukannya.
Aku menatapnya tidak percaya dengan tatapan yang tak pasti. itu hanyalah sebatas kata-kata biasa yang terdiri dari dua kalimat dengan enam kata. tapi, kaya akan makna yang mendalam. dan bagiku kata-kata itu lebih mengagetkan dari pada suara petir yang menggelegar di langit. Pasalnya, baru kali ini ada pria yang mengutarakan langsung perasaannya padaku. dan orang itu adalah Andi.
Andi seolah mengetahui ketidak percayaanku dengan kata-katanya, tanpa di komando ia segera mengulang kembali kata-kata yang di ucapkannya tadi dengan penuh penghayatan. aku mencintaimu maukah kau jadi pacarku ???
Setelah mengucapkan itu, keringat dingin mengucur dari tubuhnya. terlebih di dahinya, semuanya basah karena keringat. begitupun aku. entah keringat karena cuaca yang panas. atau karena kami sama-sama grogi tak tau harus berkata dan berbuat apa. ataukah ada penyebab lain ? entahlah, yang pasti aku tidak ingin memikirkannya.
Yang menjadi masalah, sekarang aku dihadapkan pada persoalan, dimana aku harus berkata ya atau tidak !
Ada apa denganku ?
Andi menyatakan cinta padaku. tapi, aku tidak bisa menjawabnya. Karena aku tidak yakin dengan perasaanku sendiri.
Bukankah seharusnya aku bahagia, telah dicintai oleh seorang pria tampan, beken, baik seperti Andi ?
Semua siswi di kelasku mengagumi ketampanannya, bahkan tak menutup kemungkinan satu sekolah kagum dengan sosok Andi.
Ku akui, sejujurnya diam-diam selama ini, aku juga mengaguminya. dia sudah punya tempat tersendiri di hatiku. tapi, aku punya prinsip yang tak akan aku langgar. Bahwa aku takkan pacaran sebelum aku lulus Sekolah Menengah Atas ( SMA), masuk perguruan tinggi, dan meraih cita-citaku.
Yang menjadi masalah, sekarang aku dihadapkan pada persoalan, dimana aku harus berkata ya atau tidak !
Ada apa denganku ?
Andi menyatakan cinta padaku. tapi, aku tidak bisa menjawabnya. Karena aku tidak yakin dengan perasaanku sendiri.
Bukankah seharusnya aku bahagia, telah dicintai oleh seorang pria tampan, beken, baik seperti Andi ?
Semua siswi di kelasku mengagumi ketampanannya, bahkan tak menutup kemungkinan satu sekolah kagum dengan sosok Andi.
Ku akui, sejujurnya diam-diam selama ini, aku juga mengaguminya. dia sudah punya tempat tersendiri di hatiku. tapi, aku punya prinsip yang tak akan aku langgar. Bahwa aku takkan pacaran sebelum aku lulus Sekolah Menengah Atas ( SMA), masuk perguruan tinggi, dan meraih cita-citaku.
Oh.. my good... . Help me……...
Apa yang harus kulakukan ???
Tunjukkan jalan terbaik untukku… ( kataku dalam hati )
Aku mencoba menenangkan diri. Kuhirup udara sebanyak - banyaknya semampu daya tampung paru-paruku. Kemudian menghembuskannya dengan perlahan.
Kutundukkan kepalaku dan meminum jus jeruk yang sejak tadi ku pesan. aku tetap menunduk. sesekali aku curi-curi pandang kearahnya dan melihat gerak-gerik pria lugu berwajah polos yang duduk tepat dihadapanku.
Aku memperhatikan wajah itu dengan seksama. alisnya yang tebal dengan lengkungan indah, hidung mancung yang menjulang, bibir tipis berwarna merah dengan garis-garis menawan, dan mata beningnya.
Aku mencoba menatap mata itu. Semakin dalam melewati retina, iris, pupil, dan tibalah aku di pusat inti mata. dimana aku menemukan dunia dengan keindahan cinta, dengan kesetiaan sahabat, dengan semangat untuk menggapai mimpi.
Beginikah pandangan dunia, dilihat dari sisi mata Andi ??? Sungguh. itu dunia yang diimpikan semua orang.
Tiba-tiba cis…
Pandangan kami bertemu. Dan kami saling bertatapan. secepat kilat, aku mengalihkan pandanganku.
Jantungku berdetak kencang entah kenapa. Sangat kencang. hingga Andi mungkin bisa mendengarnya.
Lagi-lagi aku bertanya pada diriku sendiri dengan pertanyaan yang sama. ada apa denganku ??? apakah aku juga mencintai Andi ???
Andi memang tipe cowok ideal, yang diidam-idamkan kebanyakan wanita. tampan, baik, keren, pintar, body atletis. Apa sih kurangnya dia ??
Jadi bukan hal luar biasa, jika aku menyukainya. semua wanita akan di buat terpana dengan ketampanannya.
mmm……… Andi, aku ke toilet dulu ya… ( kataku sedikit kikuk memecah kesunyian di antara kami ).
Ia hanya mengangguk pelan.
Tidak ingin membuang-buang waktu, aku langsung bangkit dari tempat dudukku dan berlari-lari kecil ke toilet.
Di toilet, aku juga tidak tau akan berbuat apa. apa yang harus kulakukan disini ?? ( tanyaku dalam hati).
Apakah aku harus menangis, karena aku akan melanggar prinsip yang telah kubuat sendiri ? ataukah aku harus senang, tertawa terbahak-bahak, karena orang yang ku taksir selama ini juga menyukaikaiku ?
Apa pula yang akan aku katakan pada Andi nantinya ? apakah aku akan menerimanya atau tidak ??
Jika aku menolak cinta Andi, maka ia akan terluka dan tersakiti, aku tidak ingin itu terjadi padanya. Dan itu sama saja aku telah membuang kesempatan emas, kapan lagi aku akan mendapat kesempatan untuk menjadi pacar Andi, kalau bukan sekarang. sekaranglah saatnya.
Tapi, jika aku menerimanya, bagaimana dengan prinsipku? keyakinan hatiku? Sungguh. Ini semua membuatku pusing.
Inilah alasan, kenapa aku tidak ingin dekat dengan pria manapun. Aku selalu jaga jarak dengan mereka, bahkan saat diskusi disekolah sekalipun. Aku tidak ingin merasakan hal aneh di dadaku. Perasaan ganjil yang biasa disebut cinta.
Aku takut jatuh cinta. Aku tidak ingin pacaran. Aku tidak ingin disakiti apalagi dikhianati. Aku tidak ingin percaya dengan orang yang baru aku kenal. Dan aku masih terlalu muda untuk masuk dalam dunia yang rumit itu. Aku tak mau sekolahku berantakan karena cinta. Tak ingin membagi waktu dengan orang lain. Tak ingin masa muda berakhir sia-sia di pelaminan.
Tapi, sekuat apapun aku menghindari cinta. Cinta itu semakin dekat kepadaku. Cinta… saat aku menjauh, Ia mendekat. Saat aku pergi, Ia menanti. Saat aku diam, Ia menunggu. Saat aku lari, Ia mengejar. Saat aku sedih, Ia menghibur. Saat aku sendiri, Ia menemani.
Aku tau semua orang akan jatuh cinta, dan ingin hidup bahagia dengan orang yang dicintainya. Tapi, ini bukanlah saatnya. Aku masih muda. Masih ada banyak hal yang belum sempat aku selesaikan. Masih ada begitu banyak mimpi yang belum sempat aku raih. ( kataku dalam hati berusaha meyakinkan diri ).
Lalu, bagaimana dengan Andi? bagaimana kalau Ia marah dan tak ingin berteman dengan ku lagi? Pertanyaan itu kembali merasuki pikiranku.
Setelah menetapkan hati, Aku melangkahkan kaki keluar dari toilet. Keluar dari ruangan tempat aku bertarung dengan perasaanku sendiri. Memasuki ruangan mendebarkan, dimana Andi menyatakan cintanya padaku.
Tampak di sana Andi telah menunggu dengan perasaan cemas.
Maaf. ( katanya sesaat setelah aku duduk di kursi )
Maaf kenapa? ( tanyaku heran )
Karena aku telah memberikan pertanyaan yang meresahkan hatimu.
Tak apa. Aku justru salut dengan keberanianmu mengungkapkan perasaanmu. ( kataku memuji kemudian tersenyum ).
Aku melirik jam mungil berwarna pink yang melingkar manis di pergelangan tangan kiriku. Sudah berapa lama aku disini? Satu jam? Dua jam? Mungkin lebih ( pikirku mencoba menerka-nerka )
Dari jauh, aku memperhatikan gerak-gerik matahari yang sedikit demi sedikit mulai terbenam. Dan aku mulai bicara.
Andi… maafkan aku tak bisa merimamu sebagai kekasihku. Tapi, bukan berarti aku tidak menyayangimu. Bagiku kau teman pria terbaik yang ku punya ( kataku pelan ). Tidak, kau satu-satunya pria yang membuatku nyaman berada di dekatmu, membuat hari-hariku lebih bermakna, membuat tidurku tak nyenyak, dan makan tak kenyang. ( sergahku dalam hati ). Hanya saja, aku tidak ingin pacaran, sebelum aku lulus SMA, masuk perguruan tinggi, dan mencapai cita-citaku. ( kataku pelan namun jelas ).
Ia hanya diam. Matanya berkaca-kaca mendengar penjelasanku.
Tak apa, yang penting aku sudah mengutarakan isi hatiku padamu apakah kamu menerimanya atau tidak itu urusanmu. Ku harap kamu tetap bisa mempertahankan prinsipmu, untuk terus berusaha mewujudkan semua mimpi yang tertunda. ( katanya menyemangatiku ).
Mendengar kata-kata itu terlontar dari mulutnya aku semakin kagum dengan kepribadiannya. Dia memang pria baik, tampan, dan bijaksana yang mempunyai seribu maaf di hatinya.
TAMAT
PROFIL PENULIS
Nama Lengkap : Andini Nurul Aulia. biasa di panggil dini atau andini. aku lahir di sebuah desa kecamatan di Sulawesi Tengah yaitu Toili, pada tanggal 28 Juni 1997. Dan sekarang tinggal di Selayar Sulawesi selatan.
Baca juga Cerpen Remaja yang lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar