Rabu, 27 Juni 2012

Letter From My Twins - Cerpen Persahabatan

LETTER FROM MY TWINS
Karya Rihhida Lathifah

Pagi hari tiba, mentari menyinari pagi dengan cahayanya yang hangat. Menembus melalui ventilasi udara. Gadis yang umurnya sekitar 15 tahun terbaring di atas kasur berwarna biru. Dengan infuse yang menempel di tangannya, oksigen, dan alat pengontrol detak jantung.

Lussy Ananditya, terbaring koma 2 minggu di rumah sakit daerah di kotanya. Sampai pagi ini belum kunjung sadar. Orang tua Lussy hanya bisa bersabar menghadapi cobaan yang menimpa anak bungsunya.
“Cepat sadar ya nak!” kata Mamanya memegang tangan mungil putrid bungsunya.

Tanpa sengaja Lussy merespon. Tangannya bergerak, merespon Mamanya. Tak lama matanya terbuka, melihat ke sekelilingnya. Sepertinya dia tahu kalau dia berada di rumah sakit.
“Lussy?” Mamanya terkejut dan menantap mata putrinya.
“Lussy kenapa Ma? Kok bisa ada di sini?” tanyanya dengan nada lemah.
Mama Lussy tak menjawab pertanyaan Lussy. Dia langsung memanggil dokter untuk memeriksa keadaan putrinya.
***

Senin, 20 Mei
Keluarga Lussy banyak yang menjenguknya. Mereka sangat senang dengan sadarnya Lussy. Karena mereka juga sangat khawatir dengan keadaan Lussy.

Malam hari setelah semuanya menjenguk Lussy. Di kamar Mawar 12 hanya ada Lussy, Mama Lussy, Papa Lussy, dan Kakaknya Lutfi. Lussy merasa ada yang kurang. Dia diam memikirkan apa yang kurang, seseorang yang dekat dengannya.
“Lucky mana Ma, Pa?” Tanya Lussy lirih.

Lussy dan Lucky adalah anak kembar. Lucky yang lahir duluan, hanya beda 10 menit dengan Lussy. Kini Lussy sadar semenjak dia siuman Lucky tidak ada di sampingnya. Ataupun menengoknya.
“Kak Lutfi, Lucky mana?” Kini Lussy bertanya pada kaka sulungnya.
“Lucky ada kok, dia lagi pergi” jawab Lutfi tersenyum.
***

1 minggu berlalu. Akhirnya Lussy di izinikan pulang oleh dokter. Tetapi Lussy masih harus chake up ke rumah sakit untuk memantau keadaan dia.
Sesampai dirumah dia merasa aneh. Merasa ada sesuatu yang hilang dari rumah itu. Lussy sangat merasakan hal itu. Kini yang ada di fikiranya hanyalah Lucky.
Malam hari saat berada di ruang keluarga. Sosok Lucky belum kunjung mincul. ‘Lucky kemana? Apa Lucky tau kalau aku udah siuman, dan aku udah pulang ke rumah? Aku kangen Lucky’ batin Lussy.

Rasa penasaran Lussy sudah tak dapat di bendung lagi. Dia menanyakan tentang Lucky pada ke-2 orang tuanya. Tetapi mereka hanya dia, dan malah Mama Lussy menangis. Lussy semakin bingung, dia bertanya pada Kakaknya yang berada di kamarnya.
“Kak Lutfi, Lucky mana? Kok Lussy belum liat dia ya sampai sekarang? Kenapa pas di rumah sakit Lucky ga jenguk Lussy. Sekarang Lussy pulang kok Lucky ga ada? Apa dia ga mau ketemu Lussy?” tanyanya
“Oh ngga Lucky ada kok” jawab kakaknya. Lutfi menantap Lussy dalam.
“Mana kak? Mana kalau Lucky ada?” tanyanya lagi antusias

Lutfi terdiam, dia menghela nafas. Dan tanpa sadar butiran air kecil jatuh dari pelupuk matanya.
“Kok nangis kak? Ada apa sama Lucky kak” Lussy menghapus air mata kakaknya.

Lutfi menatap Lussy, dan Lussy membalas tatapan Lutfi. “Lussy sayang, Lucky ada kok. Dia tiap hari juga ada” katanya
“Maksud kakak?” Lussy bingung dengan perkataan Lutfi. Dia menantap Lutfi mencari-cari arti dari perkataannya barusan,
“Maksud kakak, Lucky setiap hari ada di dalam diri kamu sayang. Coba kamu rasakan detak jantung kamu” pintanya pada Lussy

Lussy menurut dia menruh tangan di dadanya dan merasakan detak jantungnya yang normal.
“Kamu ngerasa? Memang berat kami harus ceritakan ini sama kamu. Tapi kamu juga harus tau Lussy”
“Maksud kakak? Lussy ga ngerti kak?!”
***

Flash Back
“Kamu memang selalu membahayakan nyawa Lussy, kamu gak bisa jadi kakak yang baik untuk Lussy. Sekarang liat adik kembarmu Lucky! Itu semua karena mu. Kamu taukan adikmu punya penyakit dengan jantungnya? Kenapa kamu memicu jantung dia terlalu cepat? Apa yang bakal kamu lakukan HAH?” bentak Papa Lussy dan Lucky.
“Pa STOP! Jangan marah gitu dong. Pa inget Lucky juga anak Papa!” bantah Lutfi.
“Tapi semua karena dia. Sekarang susah cari pendonor jantung untuk dia. Sedangkan sekarang jantung Lussy udah mulai melemah!” sentak sang Papa.
“Tenang Pa! selesaikan dengan kepala dingin! Jangan marah-marah sama Lucky Pa”
Tiba-tiba lucky pergi menggalkan Papa, Mama, dan Lutfi yang berada di depan ruang ICU.

Semalaman Lucky tak pulang ke rumah. Dan pada siang hari yang panas Lucky datang ke rumah sakit. Melihat keadaan Lussy dari luar jendela.
“Mau apa kamu kesini?” tanya sang Papa ketus.
“Pa, maafin Lucky” katanya
“Kamu tak perlu minta maaf sama Papa! Minta maaf sama Lussy”
“Pa udah Pa! kasian Lucky” Lutfi menengahi.
“Lucky kesini mau bilang. Kalau Lucky yang bakal jadi pendonor jantung buat Lussy. Kemarin Lucky udah di periksa dan cocok untuk jadi pendonor Lussy. Selama ini Lucky kan yang buat Lussy menderita harus keluar masuk rumah sakit. Sekarang Lucky bakal tebus semuanya Pa” Kata Lucky
“Lucky apa-apaan kamu!” bantah Lutfi “Kakak gak mau!”
“Percuma kak, saat ini nyawa Lussy yang paling penting, aku ga……”
“Kata siapa? Nyawamu juga penting Lucky! Pa aku gak setuju!” bantah Lucky keras.
“Cepat atau lambat jantung Lussy sudah tidak berfungsi lagi. Cepat atau lambat Lussy bakal pergi. Sekarang aku kalau mendonorkan jantung aku, kemungkinan Lussy gak akan pergi. Dan aku yang pergi. Kalian harus melepaskan diantara kami berdua. Karena Mama dan Papa sangat sayang pada Lussy. Aku rela, demi Lussy dan Mama Papa. Lucky rela kalau Lucky yang ngalah dan pergi duluan”
“Lucky!” Mamanya yang mendengar kata-kata Lucky langsung memeluk anak laki-lakinya “Berat rasanya buat Mama untuk ngelepasin diantara kalian berdua. Mama ingin melihat kalian sukses!”
“Gak bisa ma, sekarang dengan waktu yang terbatas untuk Lussy, Mama harus bisa merelakan satu diantara kami. Lucky ingin liat Lussy sukses kelak. Mama juga pengin kan?” tanya Lucky

Mamanya hanya bisa menangis mendekap Lucky.
“Izinkan Lucky jadi pendonor jantung untuk Lussy Ma, Pa, Kak” pinta Lucky. Dia tak kuasa menahan air matanya saat dia menengok ke arah lussy yang terbaring lemah.
Dengan berat hati mereka mengizinkan Lucky untuk mendonorkan. Memang berat untuk ke-2 orang tua menimbang masalah ini. Tapi Lucky yang keras kepala memintanya.
Saat sebelum Operasi, Lucky memberikan sepucuk surat untuk Lussy kepada Lutfi. Yang ia bungkus dengan amplop warna biru muda. Dan dia menatap Lussy, mencium kening adik kembarnya.
***

“Ini surat dari Lucky” Lutfi memberikan amplop berwarna biru muda. Amplop itu masih dalam keadaan sempurna.
Lussy yang telah menangis mengambil amplop dari tangan kakaknya. Dan membacanya dengan air mata yang masih mengalir tanpa bisa ia bedung.
Dear Lussy Ananditya
Hai Lussy, saat kamu baca surat ini aku udah ga ada di samping kamu lagi. Maafin aku ya, semuanya gara-gara aku. Tapi yasudahlah, itu sudah berlalu. Kini aku tebus semua kesalahan aku. Semoga jantungku bisa bermanfaat untuk kamu ya.
Lussy, aku mohon sama kamu. Jangan pernah sedih dan kecewain aku ya. Aku ingin kamu tumbuh menjadi gadis yang baik, fun, dan tentunya disenangi semua orang. Aku ingin liat kamu tumbuh dewasa dan sukses. Jangan khawatir meskipun ragaku tak dekat denganmu, tapi percayalah aku ada di kehidupanu Lussy.
Jaga dirimu baik-baik. Jangan kau sia-siakan kesempatan keduamu ya. Aku sayang kamu lebih dari apapun  Love you My Twin, I’ll be there for you :*
Salam Sayang dari kakak kembarmu
Lucky Aditya
PROFIL PENULIS
Nama : Rihhida Lathifah Putri
Nama Panggilan : Dida
TTL : 21 Desember 1995
email : lathifah.putri@gmail.com
Twitter : @rihhidalp
Facebook : Rihhida Lathifah Prasetya ( lathifah_21@yahoo.com )

Baca juga Cerpen Persahabatan yang lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar