DIARI UNTUK RIN
Karya Ridho Amanatullah (Shinichi Edogawa)
Cerita ini dimulai dari adik ku yang bernama Rin. Suatu hari Rin mengalami kecelakaan yang menyebabkan ia koma untuk waktu yang lama. Hari itu, hari kedua setelah Rin mengalami kecelakaan., seorang pria seumuran Rin datang menjenguk Rin. Dari parasnya sudah bisa kutebak kalau namanya adalah Shinichi, pria yang sering Rin ceritakan kepadaku.
“Anu.. nama kamu Shinichi kan ?” tanyaku padanya.
“Ya.. Mengapa kakak bisa tahu namaku ?” Tanyanya heran.
“Rin sering menceritakan tentang kamu, apakah kamu kekasih Rin?”
Setelah diam sejenak ia menjawab “Bukan.. Aku sahabatnya. Jujur aku mempunyai perasaan lebih pada Rin. Tapi, sampai ia koma sekarangpun aku belum menyatakan kepadanya” Ucapnya sambil menatap kea rah Rin yang terbaring koma.
“Kakak rasa Rin juga mempunyai perasaan yang sama kepadamu Shinichi”
“Maksud kakak ?”
“Sebaiknya kamu membaca diary yang Rin tulis ini” Ucapku sambil menyodorkan diary itu padanya.
“Anu.. nama kamu Shinichi kan ?” tanyaku padanya.
“Ya.. Mengapa kakak bisa tahu namaku ?” Tanyanya heran.
“Rin sering menceritakan tentang kamu, apakah kamu kekasih Rin?”
Setelah diam sejenak ia menjawab “Bukan.. Aku sahabatnya. Jujur aku mempunyai perasaan lebih pada Rin. Tapi, sampai ia koma sekarangpun aku belum menyatakan kepadanya” Ucapnya sambil menatap kea rah Rin yang terbaring koma.
“Kakak rasa Rin juga mempunyai perasaan yang sama kepadamu Shinichi”
“Maksud kakak ?”
“Sebaiknya kamu membaca diary yang Rin tulis ini” Ucapku sambil menyodorkan diary itu padanya.
Sejenak aku melihat Shinichi yang membaca diary tersebut terlihat sedih. Terang saja, soalnya aku tahu, diari itu berisi tentang perasaan Rin pada Shinichi selama ini.
Sejak saat itu, Shinichi selalu datang menjenguk Rin yang koma setiap hari. Sampai-sampai terkadang aku melihat dia mengerjakan tugas sekolah di ruangan Rin. Sering kuintip dari sisi pintu, Shinichi memegang tangan Rin sambil berbicara sendiri entah dengan siapa, tapi aku biarkan saja karena aku tahu Shinichi seperti itu untuk menghibur dirinya sendiri dengan cara menganggap Rin telah sadar dari komanya.
Setelah tiga bulan, akhirnya Rin sadar dari komanya. Tidak seperti biasanya, pada hari dimana Rin sadar Shinichi malah tidak datang. Padahal Shinichi tidak pernah absent mengunjungi Rin sejak hari pertama ia datang menjenguk Rin. Setelah kondisi Rin membaik, aku mulai menceritakan tentang apa yang terjadi selama tiga bulan Rin koma, termasuk perasaan dan tingkah Shinichi selama itu. Aku senang melihat Rin mulai tersenyum ketika aku menceritakan tentang Shinichi.
“Kakak tahu..? Dalam kondisi enggak sadar aku selalu merasakan Shinichi disisiku. Kami mengobrol bersama dan ia selalu mendukung agar aku cepat sembuh” Ucap Rin padaku.
“Yahh mungkin saja apa yang dilakukan Shinichi selama ini telah membantu Rin agar sadar dari komanya” pikirku.
“Kata kakak Shinichi selalu datang setiap hari, tapi mengapa aku tidak melihat dia sama sekali hari ini..?” Tanya Rin heran.
“Kakak juga enggak tahu, mungkin Shinichi ada keperluan yang enggak bisa dia tinggal. Kamu bersabar saja yahh” Jawabku. Sebenarnya aku juga merasakan ada hal yang aneh yang terjadi hari itu.
Beberapa hari telah berlalu, Rin sudah terlihat cukup sehat dan bisa berjalan. Tetapi ia terlihat sangat sedih dan kecewa karena Shinichi tidak datang sama sekali semenjak Rin sadar dari komanya. Akhinya siang itu aku memutuskan untuk mengajak Rin kerumah Shinichi untuk menemui Shinichi. Dirumahnya kami melihat seorang ibu yang terlihat sedang menangis. Dengan memberanikan diri kami menanyainya :
“Permisi.. apakah ini rumah Shinichi bu ?” tanyaku pada ibu itu.
Tetapi bukannya menjawab ibu itu malah semakin menangis dan tak berapa lama kemudian seorang perempuan keluar dan mengajak kami agag sedikit menjauh dari ibu itu.
“Kamu Rin kan ..?” Tanya perempuan itu pada Rin.
“Ya kak, Shinichi mana ? kenapa aku enggak melihatnya ?”
Sejenak aku melihat perempuan itupun menangis dan masuk kembali kedalam rumah. Beberapa saat kemudian perempuan itu keluar kembali dan menyodorkan sebuah diari yang bertuliskan “Untuk Rin” Dihalaman depannya. Samar-samar disana aku melihat bercak merah, entah apakah itu aku juga belum tahu pada awalnya
“Beberapa hari yang lalu saat Shinichi pulang dari menjenguk Rin seperti biasanya. Shinichi mengalami kecelakaan yang menyebabkan pendarahan parah pada kepalanya. Tim medis tak dapat menolong banyak dan akhirnya Shinichi meninggal pada hari itu sambil memegang Diari ini.” Ucap perempuan itu yang membuat kami sangat kaget. Kontan saja Rin yang kala itu terdiam langsung menangis sambil berteriak nama Shinichi. Akupun yang tak kuasa melihat Rin ikut menangis karena tidak menyangka hari itu adalah hari terakhir aku melihat Shinichi.
Dengan berbekal alamat dan denah dari perempuan tadi, kami mengunjungi makam Shinichi. Disana kami memanjatkan doa. Tetapi Rin yang kala itu masih bersedih sama sekali tidak bisa menahan rasa tangisnya. Di makam itu Rin kemudian membuaka diari yang ia dapatkan, di diari itu tertulis persaaan Shinichi selama tiga bulan Rin koma. Dan pada tulisan terakhir nya terdapat foto Shinchi dan Rin yang dibawahnya tertulis “Ya Allah, jika nanti aku telah tiada, tolong engkau jagalah ia untuku ya allah. Pertemukanlah ia dengan lelaki lain yang bisa membuatnya tersenyum dan mencintai serta menjaganya dengan ikhlas sama seperti yang aku lakukan selama ini. Tulisan itu dibuat beberapa hari yang lalu, tepatnya hari dimana hari terkahir Shinchi datang mengunjungi Rin dan hari dimana ia meninggalkan kami semua.
-Tamat-
Sejak saat itu, Shinichi selalu datang menjenguk Rin yang koma setiap hari. Sampai-sampai terkadang aku melihat dia mengerjakan tugas sekolah di ruangan Rin. Sering kuintip dari sisi pintu, Shinichi memegang tangan Rin sambil berbicara sendiri entah dengan siapa, tapi aku biarkan saja karena aku tahu Shinichi seperti itu untuk menghibur dirinya sendiri dengan cara menganggap Rin telah sadar dari komanya.
Setelah tiga bulan, akhirnya Rin sadar dari komanya. Tidak seperti biasanya, pada hari dimana Rin sadar Shinichi malah tidak datang. Padahal Shinichi tidak pernah absent mengunjungi Rin sejak hari pertama ia datang menjenguk Rin. Setelah kondisi Rin membaik, aku mulai menceritakan tentang apa yang terjadi selama tiga bulan Rin koma, termasuk perasaan dan tingkah Shinichi selama itu. Aku senang melihat Rin mulai tersenyum ketika aku menceritakan tentang Shinichi.
“Kakak tahu..? Dalam kondisi enggak sadar aku selalu merasakan Shinichi disisiku. Kami mengobrol bersama dan ia selalu mendukung agar aku cepat sembuh” Ucap Rin padaku.
“Yahh mungkin saja apa yang dilakukan Shinichi selama ini telah membantu Rin agar sadar dari komanya” pikirku.
“Kata kakak Shinichi selalu datang setiap hari, tapi mengapa aku tidak melihat dia sama sekali hari ini..?” Tanya Rin heran.
“Kakak juga enggak tahu, mungkin Shinichi ada keperluan yang enggak bisa dia tinggal. Kamu bersabar saja yahh” Jawabku. Sebenarnya aku juga merasakan ada hal yang aneh yang terjadi hari itu.
Beberapa hari telah berlalu, Rin sudah terlihat cukup sehat dan bisa berjalan. Tetapi ia terlihat sangat sedih dan kecewa karena Shinichi tidak datang sama sekali semenjak Rin sadar dari komanya. Akhinya siang itu aku memutuskan untuk mengajak Rin kerumah Shinichi untuk menemui Shinichi. Dirumahnya kami melihat seorang ibu yang terlihat sedang menangis. Dengan memberanikan diri kami menanyainya :
“Permisi.. apakah ini rumah Shinichi bu ?” tanyaku pada ibu itu.
Tetapi bukannya menjawab ibu itu malah semakin menangis dan tak berapa lama kemudian seorang perempuan keluar dan mengajak kami agag sedikit menjauh dari ibu itu.
“Kamu Rin kan ..?” Tanya perempuan itu pada Rin.
“Ya kak, Shinichi mana ? kenapa aku enggak melihatnya ?”
Sejenak aku melihat perempuan itupun menangis dan masuk kembali kedalam rumah. Beberapa saat kemudian perempuan itu keluar kembali dan menyodorkan sebuah diari yang bertuliskan “Untuk Rin” Dihalaman depannya. Samar-samar disana aku melihat bercak merah, entah apakah itu aku juga belum tahu pada awalnya
“Beberapa hari yang lalu saat Shinichi pulang dari menjenguk Rin seperti biasanya. Shinichi mengalami kecelakaan yang menyebabkan pendarahan parah pada kepalanya. Tim medis tak dapat menolong banyak dan akhirnya Shinichi meninggal pada hari itu sambil memegang Diari ini.” Ucap perempuan itu yang membuat kami sangat kaget. Kontan saja Rin yang kala itu terdiam langsung menangis sambil berteriak nama Shinichi. Akupun yang tak kuasa melihat Rin ikut menangis karena tidak menyangka hari itu adalah hari terakhir aku melihat Shinichi.
Dengan berbekal alamat dan denah dari perempuan tadi, kami mengunjungi makam Shinichi. Disana kami memanjatkan doa. Tetapi Rin yang kala itu masih bersedih sama sekali tidak bisa menahan rasa tangisnya. Di makam itu Rin kemudian membuaka diari yang ia dapatkan, di diari itu tertulis persaaan Shinichi selama tiga bulan Rin koma. Dan pada tulisan terakhir nya terdapat foto Shinchi dan Rin yang dibawahnya tertulis “Ya Allah, jika nanti aku telah tiada, tolong engkau jagalah ia untuku ya allah. Pertemukanlah ia dengan lelaki lain yang bisa membuatnya tersenyum dan mencintai serta menjaganya dengan ikhlas sama seperti yang aku lakukan selama ini. Tulisan itu dibuat beberapa hari yang lalu, tepatnya hari dimana hari terkahir Shinchi datang mengunjungi Rin dan hari dimana ia meninggalkan kami semua.
-Tamat-
PROFIL PENULIS
Nama Saya Ridho Amanatullah
Nama Saya Ridho Amanatullah
Ini Cerpen dengan make nama2 jepang pertama yang saya buat. Ceritanya cukup mnengharukan (menurut teman2 saya :P). nama tokohnya utamanya Shinichi dan Rin, Shinichi sudah saya anggap kayak nama saya sendiri sedangkan RIn itu nama...... Cinta Terpendam Saya (T_T) Loh kok saya malah curhat :D wkwk, ya udahh silahkan ngebaca aja yahh cerpen saya yang satu ini, Cekidott!! \(>w<\)'
Tidak ada komentar:
Posting Komentar