KAK BAGAS
Karya Anisa Maulida
Malam itu..
Handphone ku berbunyi menandakan ada sebuah pesan masuk, (no baru) gumamku dalam hati. “malempp..” hanya kata itu yg tertera dalam layar mungil berbentuk persegi. “sypa y?” balasku. Aku tak punya banyak waktu untuk melayani no baru itu, (mungkin hanya orang iseng) pikirku. Ku letakkan kembali handphone jelekku ke tempat semula. Aku memang tak begitu senang jika ada no baru yang masuk ke dalam kontak handphoneku, apalagi jika itu adalah orang iseng yang kurang kerjaan.
Keesokan harinya, no baru itu terus mengirimiku sebuah sms. (siapa sih dia? Kurang kerjaan banget. Ditanya siapa namanya,malah ngajak bercanda.. huhhh) ucapku dalam hati. Aku sangat kesal dengan no itu, ku tanyakan pada teman-teman no siapa itu. Tak ada yang mengetahuinya, tiba-tiba seorang temanku berkata ‘Aku tahu no itu, no temanku tapi dia kakak kelas kita’ ucapnya. ‘Kakak kelas? Siapa? Darimana dia mengetahui no handphoneku?’ tanyaku bingung. ‘Namanya Bagas, kelas XI IPA 2. aku gak tahu darimana dia mengetahui no hadphonemu’ jawabnya. (Bagas?? Sepertinya aku pernah mendengar nama itu) ‘Kak Bagas yang waktu itu menjadi pembawa acara di acara pentas seni ?’ tanyaku lagi. ‘Iya benar, itu orangnya’ jawab dia.
‘Ini kak Bagas ya?’ tanyaku lewat sebuah sms.’Hehee.. iya’ jawabnya. ‘Darimana kakak tahu no handphoneku?’ tanyaku lagi. ‘Yang jelas dari temanmu’ balasnya. ‘Siapa ?’ tanyaku penasaran. ‘Temanmu, memangnya kenapa?’ berbalik menanya. ‘Ya siapa namanya? Mau tau aja siapa yang udah nyebarin no ku’ kataku singkat. ‘Gak ada yang nyebarin kok, kakak aja yang meminta no mu. Bolehkan?’ jawabnya. ‘oohh, boleh aja’ balasku. Sejak saat itu aku dan kak Bagas sering smsn,aku hanya mengeluarkan kata-kata yang perlu aku katakan. Dan memang kak Bagas yang lebih banyak bertanya ini itu padaku, tapi tidak sebaliknya. Aku memang tipe wanita yang cuek pada orang yang baru ku kenal, apalagi pada pertanyaan yang bagiku memang tak penting. Kak Bagas pun mengerti bahwa aku memang wanita cuek, tapi dia tetap menjalin komunikasi denganku. Entahlah apa tujuannya, aku tak mengerti.
Handphone ku berbunyi menandakan ada sebuah pesan masuk, (no baru) gumamku dalam hati. “malempp..” hanya kata itu yg tertera dalam layar mungil berbentuk persegi. “sypa y?” balasku. Aku tak punya banyak waktu untuk melayani no baru itu, (mungkin hanya orang iseng) pikirku. Ku letakkan kembali handphone jelekku ke tempat semula. Aku memang tak begitu senang jika ada no baru yang masuk ke dalam kontak handphoneku, apalagi jika itu adalah orang iseng yang kurang kerjaan.
Keesokan harinya, no baru itu terus mengirimiku sebuah sms. (siapa sih dia? Kurang kerjaan banget. Ditanya siapa namanya,malah ngajak bercanda.. huhhh) ucapku dalam hati. Aku sangat kesal dengan no itu, ku tanyakan pada teman-teman no siapa itu. Tak ada yang mengetahuinya, tiba-tiba seorang temanku berkata ‘Aku tahu no itu, no temanku tapi dia kakak kelas kita’ ucapnya. ‘Kakak kelas? Siapa? Darimana dia mengetahui no handphoneku?’ tanyaku bingung. ‘Namanya Bagas, kelas XI IPA 2. aku gak tahu darimana dia mengetahui no hadphonemu’ jawabnya. (Bagas?? Sepertinya aku pernah mendengar nama itu) ‘Kak Bagas yang waktu itu menjadi pembawa acara di acara pentas seni ?’ tanyaku lagi. ‘Iya benar, itu orangnya’ jawab dia.
‘Ini kak Bagas ya?’ tanyaku lewat sebuah sms.’Hehee.. iya’ jawabnya. ‘Darimana kakak tahu no handphoneku?’ tanyaku lagi. ‘Yang jelas dari temanmu’ balasnya. ‘Siapa ?’ tanyaku penasaran. ‘Temanmu, memangnya kenapa?’ berbalik menanya. ‘Ya siapa namanya? Mau tau aja siapa yang udah nyebarin no ku’ kataku singkat. ‘Gak ada yang nyebarin kok, kakak aja yang meminta no mu. Bolehkan?’ jawabnya. ‘oohh, boleh aja’ balasku. Sejak saat itu aku dan kak Bagas sering smsn,aku hanya mengeluarkan kata-kata yang perlu aku katakan. Dan memang kak Bagas yang lebih banyak bertanya ini itu padaku, tapi tidak sebaliknya. Aku memang tipe wanita yang cuek pada orang yang baru ku kenal, apalagi pada pertanyaan yang bagiku memang tak penting. Kak Bagas pun mengerti bahwa aku memang wanita cuek, tapi dia tetap menjalin komunikasi denganku. Entahlah apa tujuannya, aku tak mengerti.
Sepulang dari sekolah, ku letakkan tas dan berganti pakaian,lalu makan siang seperti biasa. Aku menenangkan pikiran sebentar sambil beristirahat, lalu kembali ke kamar untuk tidur siang (hehee.. memang kebiasaanku). Baru saja aku menutup mata, tiba-tiba sebuah sms masuk ke hp-ku dan segera ku baca, sms dari kak Bagas ‘heyy, kamu tuh yang sering memakai tas berwarna ungu bukan?’ tanyanya. ‘Iya.. memangnya kenapa kak?’ balasku. ‘oh engga, berarti kakak gak salah orang. Hehee’ jawabnya. Ku letakkan Hp di tempat semula dan segera melanjutkan tidurku.
** 3 bulan kemudian …
Aku dan kak Bagas semakin dekat, tapi sayangnya kami belum pernah berbincang secara langsung. Kedekatan kami hanya berlangsung dalam komunikasi yang terjalin melalui sebuah sms. Kami sering bercerita tentang pengalaman pribadi dan semacamnya, mungkin mulai saat itu aku tertarik dengan kak Bagas. Aku pun sudah tak malu lagi untuk meluapkan segala ‘uneg-uneg ‘ ku padanya karena aku sudah menganggap dia seperti kakakku sendiri. Kak Bagas pernah bercerita bahwa ia pernah mendapat surat dari salahsatu temanku, surat yang berisi pernyataan bahwa temanku menyukai kak Bagas, surat yang diletakkan di atas mejanya. Dan karena itu dia sering diledek serta dipermalukan oleh teman sekelas. Aku tertawa mendengar ceritanya, masa iya temanku bisa melakukan hal sekonyol itu? Di jaman modern seperti sekarang dia masih menggunakan sebuah surat? Sangat lucu . Tapi sejujurnya, aku cemburu mengetahui bahwa temanku juga tertarik pada kak Bagas. Aku gak mau kak Bagas ngelirik dia, aku cemburu.
Kak Bagas berjanji akan mengajakku jalan-jalan, berdua. Percaya atau tidak yang jelas aku sangat senang saat itu. Hari ini adalah hari yang telah kami sepakati untuk ‘ketemuan’, kami akan bertemu sepulang sekolah. Kelasku mengadakan acara diluar sekolah secara mendadak, akupun tak tahu soal ini. Kak Bagas melihat murid di kelasku berhamburan pergi, dan langsung bertanya ‘Mau kemana?’. ‘Ke Rumah Panggung, gak tau disana mau ngapain. Wali kelas yang ngurus..’ jawabku. ‘Hati-hati dijalan ya J’ katanya. ‘Iyaa.. tapi nanti siang jadi kan kak?’ tanyaku memastikan. ‘Iya..’ balasnya. Aku tak sabar dan ingin cepat-cepat bertemu kak Bagas, pertama kalinya mereka akan berbincang secara langsung. Seusai acara kelasku, aku segera mengirim sms pada kak Bagas, ‘Lagi dimana kak?’. ‘Di Plaza, lagi nganterin temen nyari buku’ jawabnya. ‘oohhh…’ balasku singkat. ‘masih di rumah panggung?’ tanyanya. ‘engga kok, udah pulang daritadi’ jawabku.Tak ada balasan dari kak Bagas. Aku memegangi Hp dengan erat dan terus menunggu berharap ada sebuah sms dari kak Bagas yang menanyakan sedang dimana aku dan segera mengajakku jalan-jalan.
Aku sangat kecewa, marah dan kesal. Perasaanku seperti di permainkan olehnya. Aku memang tak pernah berkata bahwa aku menyukainya, tapi apa dia tidak bisa menangkap sinyal-sinyal yang telah ku berikan padanya?? Yang jelas aku kecewa saat itu. Harapan yang ku pikir bisa terwujud, berbincang dengannya, mengenalnya lebih jauh, pupus begitu saja. Kak Bagas tak menepati janjinya.
** 3 bulan kemudian …
Aku dan kak Bagas semakin dekat, tapi sayangnya kami belum pernah berbincang secara langsung. Kedekatan kami hanya berlangsung dalam komunikasi yang terjalin melalui sebuah sms. Kami sering bercerita tentang pengalaman pribadi dan semacamnya, mungkin mulai saat itu aku tertarik dengan kak Bagas. Aku pun sudah tak malu lagi untuk meluapkan segala ‘uneg-uneg ‘ ku padanya karena aku sudah menganggap dia seperti kakakku sendiri. Kak Bagas pernah bercerita bahwa ia pernah mendapat surat dari salahsatu temanku, surat yang berisi pernyataan bahwa temanku menyukai kak Bagas, surat yang diletakkan di atas mejanya. Dan karena itu dia sering diledek serta dipermalukan oleh teman sekelas. Aku tertawa mendengar ceritanya, masa iya temanku bisa melakukan hal sekonyol itu? Di jaman modern seperti sekarang dia masih menggunakan sebuah surat? Sangat lucu . Tapi sejujurnya, aku cemburu mengetahui bahwa temanku juga tertarik pada kak Bagas. Aku gak mau kak Bagas ngelirik dia, aku cemburu.
Kak Bagas berjanji akan mengajakku jalan-jalan, berdua. Percaya atau tidak yang jelas aku sangat senang saat itu. Hari ini adalah hari yang telah kami sepakati untuk ‘ketemuan’, kami akan bertemu sepulang sekolah. Kelasku mengadakan acara diluar sekolah secara mendadak, akupun tak tahu soal ini. Kak Bagas melihat murid di kelasku berhamburan pergi, dan langsung bertanya ‘Mau kemana?’. ‘Ke Rumah Panggung, gak tau disana mau ngapain. Wali kelas yang ngurus..’ jawabku. ‘Hati-hati dijalan ya J’ katanya. ‘Iyaa.. tapi nanti siang jadi kan kak?’ tanyaku memastikan. ‘Iya..’ balasnya. Aku tak sabar dan ingin cepat-cepat bertemu kak Bagas, pertama kalinya mereka akan berbincang secara langsung. Seusai acara kelasku, aku segera mengirim sms pada kak Bagas, ‘Lagi dimana kak?’. ‘Di Plaza, lagi nganterin temen nyari buku’ jawabnya. ‘oohhh…’ balasku singkat. ‘masih di rumah panggung?’ tanyanya. ‘engga kok, udah pulang daritadi’ jawabku.Tak ada balasan dari kak Bagas. Aku memegangi Hp dengan erat dan terus menunggu berharap ada sebuah sms dari kak Bagas yang menanyakan sedang dimana aku dan segera mengajakku jalan-jalan.
Aku sangat kecewa, marah dan kesal. Perasaanku seperti di permainkan olehnya. Aku memang tak pernah berkata bahwa aku menyukainya, tapi apa dia tidak bisa menangkap sinyal-sinyal yang telah ku berikan padanya?? Yang jelas aku kecewa saat itu. Harapan yang ku pikir bisa terwujud, berbincang dengannya, mengenalnya lebih jauh, pupus begitu saja. Kak Bagas tak menepati janjinya.
PROFIL PENULIS
Nama : Anisa Maulida
Lahir : 17 juli 1996
Alamat : Purwakarta, Jawa Barat
Alamat facebook : niezz_cha@ymail.com
Lahir : 17 juli 1996
Alamat : Purwakarta, Jawa Barat
Alamat facebook : niezz_cha@ymail.com
Baca juga Cerpen Remaja yang lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar