Senin, 25 Juni 2012

Cerpen Cinta - The Lover

THE LOVER
Karya Indra Saputro

Aneh jika laki-laki yang bertampang pas-pasan, berpakaian ala kadarnya, serta berdompet tipis kaya triplek mencintai perempuan yang cantik, manis, dan perfect menurutnya. Hal tersebut merupakan sesuatu yang absurd dan mustahil. Jangankan mencintai, membayangkan saja adalah hal yang paling bodoh untuk laki-laki tersebut. Laki-Laki itu bernama Yusa, seorang mahasiswa fakultas Ekonomi jurusan manajemen semester 8. Di dalam hatinya hanya diisi oleh satu sosok seorang wanita yang bernama Dea, yang merupakan teman satu kampusnya.
 
Dea merupakan Miss kampus di kelasnya, kategori cewek-cewek cantik yang bertampang artis. Itulah yang membuatnya sedikit mempunyai teman di kampus nya. Cowok-cowok yang menjadi idola mahasiswi-mahasiswi di kampus seperti Leo, Andi, Gharry, Reza, Aji, dan Micky sudah pernah dipacarinya. Tidak ada cinta di antara Dea dengan cowok-cowok tersebut. Hanya ada istilah “Manfaatin uang-nya, bantuan-nya, dan kepandaian-nya”.

Dea merupakan wanita cantik tapi di satu sisi dia mempunyai kekurangan yaitu malas dan boros. Di malam hari ia tak lepas dengan dunia gemerlap atau DUGEM. Dea bisa mencapai semester 8 ini pun berkat kemurahan hati dosennya dan juga bantuan dari Yusa. Sebenarnya banyak dosen yang mengusulkan untuk men-D.o-kannya, tapi karena rektornya teman dekat Papa maka ada unsur rasa iba yang muncul. Dan sampai saat ini pun IPK Dea hanya 2,45. Jauh dari kata membanggakan. Orang tuanya terlalu sibuk untuk mengurusi anak semata wayang mereka. Orang tua Dea sudah bercerai sejak Dea duduk di bangku SMA. Hal yang menyebabkan perilaku Dea berubah drastis tak terkendali. Kuliah hanya dijadikan alasan agar dia dicap sebagai anak terdidik yang telah sampai ke jenjang perkuliahan, dan menghindari urusan keluarga yang membuat pecah kepalanya. Waktu perkuliahan pun digunakan untuk bermain-main dan hal yang tak perlu, untuk sekadar perlampiasan. Dan dia sering pulang ke kost larut malam.
“Gue dah bosan menjalin hubungan yang hanya gue jadiin permainan dengan cowok, La!” kata Dea kepada Lala teman sekamarnya.
“Gak nyangka, ternyata loe sadar juga!”
“Iya tapi gue pengen berhubungan dengan cowok yang lebih segala-galanya dari mantan-mantan gue.”
“Hufttt, emang loe bisa? Selama ini kan loe gak bisa serius De’ sama cowok?” cibir Lala.
Keesokan harinya ada mata kuliah Manajemen Investasi dan Keuangan Derivatif yang sebenarnya mata kuliah yang paling tidak disukai Dea, tapi saat itu Dea memutuskan untuk mengikuti mata kuliah tersebut. Dia tepat waktu masuk ke kelas. Hal yang membuat kagok teman satu kelasnya, termasuk Yusa yang saat itu terheran-heran dengan perubahan Dea. Tapi ternyata itu hanya perubahan sementara, dan berumur sejagung.
 
Setelah pulang kuliah Dea mampir dulu ke kantin untuk sekadar mengisi perutnya yang kosong. Burger dan jus strawberry adalah menu favorit Dea. Setelah pesanan datang tiba-tiba Lala bersama Indra, teman satu jurusannya datang.
“Hoii, sendiri aja loe!!!” teriak Lala sambil sedikit mendorong pundak Dea dengan cepat.
“Apa sich loe ngageti gue aja!”
“Ni De’ gue kenalin teman baru gue, dia anak pindahan dari Amrik.” Sambil memegang pundaknya Indra.
Mereka berdua saling jabat tangan. Kedua wajah mereka berseri-seri. Ada chemistry dari dua insan yang berkenalan tadi. Ada juga kecocokan antara Dea dan Indra. Dari masalah, hobi, tempat hang out, kebiasaan, hingga selera makanan.
 
Satu bulan waktu berjalan, ada hal yang semakin membuat Dea suka dengan Indra, yaitu perhatian, dan kebaikannya. Di samping itu juga, wajah Indra yang sedikit ke indo-indo-an sebagai anugerah buat Dea. Justru, inilah awal cerita yang kelak membuat Dea terpuruk dan tidak ada semangat hidup lagi. Akhirnya mereka pun meresmikan sebagai sepasang kekasih, setelah Indra menyatakan cintanya di salah satu diskotik yang ada di bilangan Jakarta. Pada malam itu juga Dea dan Indra merayakan hubungan mereka dengan pesta minuman keras. Setelah selesai berpesta, dan dengan kondisi yang sangat mabuk, Indra mengantarkan Dea pulang sampai di kost nya.
 
Terdengar ketukan pintu dari arah kamar kost Lala. Lala bergegas membukanya. Dea masuk dengan badan sepoyongan dan keluar aroma alkohol yang menyengat dari tubuhnya. Lala tidak habis pikir, dia berharap agar Dea bisa berubah setelah dekat dengan Indra, tetapi harapannya tidak sesuai dengan keinginanannya. Lala merasa bersalah saat itu.

Keesokan harinya,
“De’ bangun!! Hari ini loe ada kuliah pagi kan??” teriak Lala sambil menggoyang-goyangkan badannya.
“Ya, gue bangun. Sial kepala gue sakit banget.” Dea mencoba bangkit dari tidurnya sambil memegangi kepalanya.
“De’ loe lebih baik jauhi Indra. Dia bukan cowok yang pas buat loe! Loe harus tinggalin dia,”
“Apa? Gampang banget loe bilang kayak gitu. Gue tadi malam sama Indra sudah resmi pacaran, dan gue juga suka kok dengan dia.”
“Apa pacaran!!!” cengang Lala sambil membuka kedua matanya lebar-lebar.

Kemudian Dea beranjak dari tidurnya dan masuk ke kamar mandi. Beberapa jam kemudian Dea tiba di kampus. Sesampainya di kelas dia teringat bahwa ada tugas manajamen bank yang belum ia kerjakan. Tiba-tiba saja Yusa datang mendekati Dea, setelah Yusa melihat kegelisahan Dea.
“Nih, aku buat tugas double untukmu,” kata Yusa sambil menyerahkan tugas kepada Dea.
“Wah kebetulan banget, makasih ya?” jawab Dea yang dengan cepat menyambar tugas yang ada di tangan Yusa tanpa menghiraukan Yusa di sampingnya.
“De’ aku mau ngomong sesuatu sama kamu.”
“Ngomong aja tinggal ngomong kok.”
“Sebaiknya kamu berhenti deh keluyuran di tempat-tempat gak bener itu. Kemarin malam aku juga lihat kamu mabuk saat aku lewat di depan kostmu yang kebetulan aku dalam perjalanan pulang kerja.” Yusa mencoba menasihati Dea.
“Eh loe ngaca, loe tu sapa? Sok ngatur-ngatur kehidupan gue. Emang loe bapak gue apa!!!”
“Dah Loe minggir sana!! Bikin gue emosi aja!!” bentak Dea.
“Kenalin aku Yusa, dan kelak kamu akan menyesal dengan perbuatanmu.” kata Yusa dengan suara yang sedikit lirih, kemudian dia meninggalkan Dea yang duduk di bangku paling belakang.
 
Tak jarang Yusa membantu Dea. Setiap kali dia melihat Dea pulang larut malam, maka secara tanggap Yusa membuat tugas kuliah keesokan harinya. Secara tidak langsung Yusa memantau hal-hal yang dilakukan Dea. Kebetulan setiap Yusa pulang kerja sebagai pelayan kafe, dia selalu melihat Dea pulang sehabis dugem dengan Indra kekasihnya saat ini.
 
Kejadian yang tidak dinginkan pun terjadi. Sudah 3 malam Dea tidak tidur di kost. Setelah pulang kuliah, indra pun menunggu di depan pintu masuk kampus. Sorenya Dea menemani Indra latihan basket, kemudian malamnya mereka gunakan untuk dugem hingga dini hari. Dan selama tiga hari berturut-turut Dea tidur di rumah Indra, yang kebetulan hanya dihuni Indra dan pembantu. Hubungan seperti suami istri pun tidak bisa dihindarkan. Selama dua bulan berhubungan dengan Indra, Dea telat dua bulan. Dan dokter pun memastikan bahwa Dea hamil. Perasaan Dea menjadi bingung, dan sampailah berita tersebut kepada Indra. Setelah mendengar berita itu, Indra pun sulit dihubungi. Dia juga tidak pernah terlihat dikampus. Seakan-akan dia dengan sengaja menjauh dari Dea, yang menuntutnya untuk bertanggungjawab.

Tiba-tiba terlintas dalam pikiran Dea, bahwa ketika dia dekat dengan Indra dulu dia pernah diajak bertemu dengan teman-temannya Indra di sebuah kafe dekat dengan jalan arah Yusa bekerja. Dea pergi ke tempat yang ada dalam pikirannya, walaupun dalam keadaan hujan pun dia tetap memaksakan diri. Yah benar saja, disitu Dea melihat Indra dengan teman-temannya sedang ngobrol. Hatinya tiba-tiba terasa sesak dan sulit bernapas, ketika melihat Indra merangkul tubuh seorang wanita. Tanpa berpikir panjang Dea langsung melabrak Indra.
“Ndra! Gue cariin loe kemana-mana, loe malah di sini! Loe mau menghindar ya dari gue!” Teriak Dea dengan amarah yang tinggi.
“Urusannya apa buat gue? Sekarang kita putus. Dan mulai sekarang kita gak da hubungan lagi.” Balas Indra dengan nada yang lebih tinggi.
“Enak aja loe bilang. Mana tanggung jawab loe!”kata Dea sambil menitikan air mata
“Apa? Itu bukan anak gue. Loe nya aja yang murahan. Loe pasti tidur dengan banyak laki-laki bukan gue saja kan?”

Indra langsung menarik tangan teman kencannya dan masuk ke mobil meninggalkan Dea tanpa menghiraukannya. Dea berlari ke arah mobil Indra dan menggedor-nggedor pintu mobil. Namun, tidak ada respon sama sekali. Badan Dea basah kuyup dalam hujan dan tangisannya. Tiba-tiba saja dari arah berlawanan terlihat Yusa yang mengendari motornya ke arah kafe, tempat kerjanya.
“itu bukannya Dea?” kata Yusa.

Yusa pun memacu sepeda motornya mendekati Dea yang sedang di tengah jalan dan dalam keadaan menangis.
“De’, kenapa kamu di sini?” tanya Yusa sambil mengangkat badan Yusa.
“Loe kenapa kemari, tinggalin gue sendirian. Biar gue mati sekalian,” kata Dea sambil berontak ketika tubuhnya diangkat oleh Yusa.
“Kamu keras kepala sekali sih? Lihat wajahmu pucat dan badanmu lemas sekali. Ayo kita ke kost ku saja.”

Akhirnya Dea luluh juga setelah dipaksa Yusa. Mereka berdua pun pergi ke kost-nya Yusa.
“Sekarang kamu mandi dan keringkan badan kamu, aku pergi ke toko depan mau beli baju buat kamu.”

Dengan keadaan masih terisak-isak Dea menurut perintah Yusa tanpa berkata satu kata pun. Setelah selesai mandi, Dea memakai baju yang dibelikan Yusa.
“Ini minum teh panas dulu, biar hangat tubuhmu.” Sambil menyodorkan secangkir teh hangat.
“Kenapa sih loe baik ma gue Sa?”

Yusa terdiam sejenak. Dia kaget Dea memanggil namanya. Bukan suatu kebiasan karena Dea memanggil Yusa, melekat dengan kata-kata ‘hey loe!’, ‘hey anak kampung’, dan banyak lagi.
“Eee..gak papa kok. Udah kewajiban manusia berbuat baik kepada orang lain.” Jawab Yusa yang sedikit nervous.
“Termasuk selalu buatin gue tugas, gitu?” tanya Dea dengan tatapan yang kosong dan terbayang-bayang kejadian dengan Indra tadi.

Yusa berpikir bahwa pasti Lala yang menceritakan semua kepada Dea bahwa selama ini tugas-tugas Dea yang membuat adala Yusa.
“Sudahlah gak usah dipikirkan. Sekarang kamu tidur di sini saja, karena cuaca gak memungkinkan untuk ke kost kamu,” kata Yusa sambil merapikan selimut dan tempat tidurnya.
“Temani gue di sini ya Sa? Gue takut.” Pinta Dea.
“Tenang aja aku tidur di kursi itu. Sekarang kamu tidur besok pagi aku antar ke kostmu.”
Hari sudah semakin malam. Seharian mencari keberadaan Indra, yang setelah bertemu malah mencapakan dirinya, membuatnya letih, dan tidurnya tidak nyenyak. Tiba-tiba terdengar suara igauan dari Dea. Yusa yang tidur di kursi dekatnya kaget dan terbangun. Yusa mendengar igauan Dea. Dia sedikit kaget dan syok. Yusa sekarang tahu permasalahan yang menimpa Dea.
 
Keesokan harinya, Yusa memberanikan diri bertanya kepada Dea, tentang kehamilannya. Akhirnya Yusa mengajak Dea untuk pergi menemui Indra. Keduanya sampai di rumah Indra. Malang nasib Dea, mereka berdua dapat kabar dari pembantunya Indra. Bahwa Indra telah pergi ke USA tadi pagi. Hati Dea pun semakin tercabik-cabik. Dan Yusa hanya memberikan semangat di sampingnya.
 
Satu minggu berlalu. Hubungan Yusa dan Dea pun semakin dekat. Yusa bersedia menjadi ayah jika kelak anak dalam kandungan Dea lahir. Sementara Dea sendiri sangat gembira sekali, dia tidak pernah membayangkan jika ternyata cowok yang dulu dibencinya sekarang menjadi cowok yang paling spesial di hatinya, dan selalu ada untuknya. Kemudian mereka berdua memutuskan untuk menjalin hubungan yang lebih serius. Kepribadian Dea berubah drastis setelah menjadi kekasih Yusa. Usia kandungan Dea sudah mencapai 3 bulan. Hal yang membuat frustasi Dea karena dia harus mengajukan cuti dan tak bisa melanjutkan kuliahnya yang tinggal tiga bulan lagi.

Sementara itu Yusa diterima kerja sebagai staff finance operator di Jakarta sebelum ia lulus dari kuliahnya. Hal yang membanggakan buat Yusa. Tapi baru mendapatkan kabar gembira dia dikagetkan dengan telepon dari Lala.
“Sa sekarang loe pergi ke rumah sakit. Ada sesuatu yang terjadi dengan Dea.”
“Emang apa yang terjadi dengan Dea, La?” jawab Yusa dengan perasaan yang panik.
“Entar gue ceritain di sini, pokoknya loe harus datang ke sini. Hati-hati di jalan Sa!”

Selang beberapa waktu Yusa tiba di rumah sakit. Ia berjalan menuju ke rumah sakit. Dengan keadaan tak karuan, sesekali dia mengambil napas untuk mempelancarkan darahnya yang saling beradu dengan detak jantungnya.
“Ya Tuhan, apa yang terjadi dengan kamu De’..?” tanya Yusa sambil mengelus-elus kepala Dea, yang saat itu raut wajahnya terlihat pucat.
“aku ga papa Sa’? Hari ini kamu kan harus menyiapkan segala sesuatunya untuk sidang skripsi besuk..?” kata Dea dengan pelan dan hampir tidak terdengar.
“kamu masih aja bilang, gitu. Tenang saja aku dah siapin semuanya kok. Kamu yang sabar ya?” mata Yusa berair. Dia tak kuasa melihat kondisi Dea.

Kemudian Lala menarik tangan Yusa dan mengajaknya menjauh dari tempat tidur Dea. Kemudian Lala menceritakan semau kejadian yang dialami Dea.
“Dea kemarin nglakuin arbosi Sa! Dia mengalami pendarahan yang hebat dan ditambah lagi dokter menemukan infeksi di saluran kandungan dan rahimnya. Dan jiwaya sedang terancam. Penanganannya pun sudah terlambat ” Jelas Lala.
“Apaa!! Bodoh banget sih si Dea. Kenapa dia nglakuin semua ini!!” sambil memukul dinding berkali-kali.
“Semua sudah terjadi Sa! Sekarang loe hibur dia. Gue gak jamin kalau umur Dea lebih lama lagi. Mari kita masuk ke dalam.” Lala coba menenangkannya.

Dan benar saja ketika Yusa dan Lala masuk ke ruangan, kondisi Dea drop, denyut jantungnya melemah, pernapasan pun juga tidak teratur.
“Sayang, kamu harus kuat ada aku di sini. Aku akan slalu ada untukmu.” Kata Yusa sambil meneteskan air matanya.

Dengan sekuat tenaga Dea berusaha bicara kepada Yusa.
“Sa! Maafin q ya? Aku gak mau kamu ninggalin aku, karena aku mengandung anak orang lain. Aku hanya bisa sesaat membalas cintamu yang begitu besar padaku. Aku sangat sayang padamu. Aku punya surat buat kamu, yang sudah aku kasihkan ke Lala. Surat itu boleh kamu baca, kalau kamu sudah menikah. Permintaanku yang terakhir, ciumlah keningku sayang...”
 
Karena Yusa merasa bahwa umur Dea tidak lama lagi maka dia menuruti semua permintaan Dea. Diciumlah kening Dea dengan penuh kelembutan dan tulus kasih sayang, dan secara bersamaan detak jantung yang tergambar di layar elektrokardiografi (EKG) pun menunjukkan detak jantung berhenti. Akhhirnya, Dea menghembuskan napas nya yang terakhir dalam ciuman Yusa yang mendarat di keningnya. Sontak Yusa tidak dapat membendung air matanya. Hatinya hancur dan tidak bisa berkata apa-apa. Dia sadar bahwa ini jalan cinta yang diberi oleh Tuhan kepadanya.
 
Kenangan bersama Dea tidak akan mungkin ia lupakan. Walaupun sesaat, tapi berkualitas bagi Yusa. Orang yang didamba-dambakannya dulu, telah ia dapatkan, walaupun dengan kondisi yang tidak ia inginkan. Yusa selalu bersyukur dengan apa yang didapatnya, dialaminya, dan dirasakannya. Tuhan Maha Adil.
 
Dua tahun kemudian......
Yusa akan menikah dengan Rea. Dia bekerja sebagai customer service di sebuah bank. Orangnya tinggi, cantik, putih rambutnya lurus terurai, ada lesung pipit di pipinya, dan perawakannya agak kurus. Semua ciri-ciri fisik tersebut mengingatkan kepada Dea. Jika Dea masih hidup, orang-orang akan beranggapan bahwa Dea dengan Rea, kembar! Dilihat dari namanya juga hampir sama. Akhirnya mereka menikah.
Tiba-tiba Yusa teringat dengan surat yang diberikan oleh Dea, sewaktu detik-detik terakhir Dea. Kemudian dia mebuka surat itu yang tersimpan rapi di kotak surat. Lalu Yusa membacanya.

To My Lovely,
Sayang, makasih kamu sudah mau menemaniku hingga akhir hayatku
Aku tidak bisa membalas setimpal dengan besarnya sayang mu kepadaku,
Aku gak mau kamu menanggung beban dengan anak dalam kandunganku ini.
Sayang, kamu adalah laki-laki yang paling baik yang pernah aku temui.
Kamu bisa nerima aku dalam kondisi seperti ini..
Aku perempuan yang tidak layak jadi kekasihmu, seharusnya kamu dapat yang lebih baik dariku
Tapi kamu berusaha mempertahankan cintamu padaku..
Aku yakin bahwa hidupku tersisa sebentar lagi
Kamu harus kuat, masih banyak perempuan yang lebih baik dariku.
Sayang, jika kelak dirimu menikah, cintailah dia sepenuh hatimu seperti kamu mencintaiku
Jangan pernah mengecewakan dia, ya 
Aku akan slalu di samping kamu, menjagamu.....maaf jika aku telah menyusahkan kamu dan tidak pernah bisa membalas yang setimpal cintamu kepadaku.
Tuhan mengirimkan seeorang untuk membahagiakan aku, itu adalah kamu, sayangku.. 
Good bye....

Karena sekeras apapun kesenangan yang didapatkan karena materi, ia tidak akan pernah bisa memberikan kebahagiaan sejati, sebab kebahagiaan sejati tercipta karena keikhlasan, kasih sayang dan ketulusan sesama untuk saling melengkapi. #agnes davonar

Apabila kita selalu salah,,,, penyesalan selalu timbul dan membuat kita benci akan diri sendiri,,,,, kesalahan yang membuat penyesalan seumur hidup, maka janganlah terlalu bersalah dalam bertindak. Karena kesalahan proses dari kebenaran. #arcelina

Cinta itu bukan dicari melainkan diciptakan untuk membuat sesuatu yang indah dalam kehidupan, dan kasih sayang itu ada karena cinta yang timbul dari dalam hati kita. #indrasaputro

PROFIL PENULIS
Nama : Indra Saputro
Lokasi: Klaten
Alamat FB: Indra Saputro
 
Baca juga Cerpen Cinta yang lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar