Jumat, 15 Juni 2012

Cerpen Pengalaman Pribadi - Suami Pilihan Ibu

SUAMI PILIHAN IBU
Karya Tiur Sinurat

Panggil saja aku Merry, aku bukanlah orang yang sempurna, aku bahagia bila banyak cinta. Tetapi aku tidak tau harus kemana meletakkan kasih ini karena kasih yang suci hanya untuk orang yang benar-benar tulus mengasihiku.

Pada suatu waktu ibu menjodohkan aku dengan pria dari kota M, kota asal kami. Pria yang baik, santun dan berpendidikan. Ibu ingin aku menikah dengannya karena menganggap aku akan bahagia dan masa depan aku juga cerah. Aku tak ingin menyakiti hati ibu sehingga aku terima saja perjodohan itu.

Komunikasih kami lancar, tetapi hubungan aku dengan pacar-pacarku yang ada di kota J ini tetap berlanjut, sampai pada akhirnya aku harus memutuskan hubungan dengan mereka semua dua bulan sebelum hari H. 

Dengan berat hati aku pun meninggalkan kota J menuju kota M, disana kehidupan baru sedang menanti. Tetapi setelah beberapa hari berada di kota M aku merasa sangat bosan sehingga aku mengusulkan untuk mengisi waktu luangku dengan kursus keterampilan. Senang rasanya ketika calon suamiku memberi ijin, ya mungkin karena pada saat itu aku baru berusia 19th dan calon suamiku sudah 30th sehingga dia sangat mengerti aku.

Sepulang kursus aku sangat terkejut dan tidak menyangka akan bertemu dengan mantan pacar yang sangat aku cintai waktu di kota J dan saat itu dia sedang bertugas di kota M, aku bingung harus mundur atau maju saat bertemu dengannya karena saat itu statusku sudah menjadi calon istri orang lain, tetapi kemudian cinta itu terlalu kuat menarik diriku yang ingin dekat dengannya dan akhirnya pertemuan menyebabkan adanya pertemuan-pertemuan berikutnya yang bukan lagi kebetulan, tetapi hati kami yang seperti magnet seakan menarik diri kami yang selalu ingin dekat.

Dua minggu sebelum hari H pertemuan rahasia kami pun terungkap, sehingga aku tidak di ijinkan lagi keluar rumah, sampai hari H. Suamiku yang dewasa ternyata sangat perhatian dan penyayang, aku sangat menghormatinya, dan akhirnya aku mengandung buah hati kami yang pertama. Aku bukanlah pengeluh sehingga dalam kondisi hamil tua pun aku tetap melakukan apa yang bisa aku lakukan dan hal itu mungkin yang membuat suami aku percaya bahwa aku adalah istri yang tepat untuknya.

Bayi pertama kami lahir, seorang wanita mungil yang sangat manis, kami sangat bahagia akan karunia Tuhan yang paling indah yang pernah kami miliki, aku pun tau kemana harus meletakkan kasihku yang tak kunjung menemukan tempat perhentian selama pacaran. Ibuku benar pikirku sambil memandang wajah suamiku yang sedang menggendong bayi kami.

Tetapi kebahagiaan itu ternyata tak ingin berlama-lama denganku, setelah bayi kami berusia satu bulan kami harus menerima kenyataan bahwa suamiku terkena penyakit Leukemia, awalnya aku tidak tau jenis penyakit apa itu, tetapi kondisi suamiku semangkin memburuk dan itu menyesakkan dadaku, aku bukan hanya mengasihinya tetapi aku pun mencintainya dengan segenap jiwaku, aku menjadi sangat takut kehilangan dirinya. Setelah satu bulan lebih terbaring di rumah sakit suamiku masih sempat menggodaku dan meminta aku untuk melayaninya, aku sangat ingin membuatnya bahagia sehingga aku melayaninya di rumah sakit dengan air mata yang tak tertahankan, setelah terbaring dua bulan di rumah sakit suamiku pun pergi meninggalkan aku dan anak kami yang baru berusia tiga bulan.

Usiaku baru 20th tetapi status janda telah menempel padaku, aku selalu membuka diri bagi siapa saja yang ingin dekat denganku, tetapi aku tidak menemukan lagi yang seperti alm suamiku, sehingga status itu tetap melekat padaku hingga kini walau telah enam tahun berlalu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar