Jumat, 15 Juni 2012

Cerpen Pengalaman Hidup - Nilai Plus Untuk Wanitaku

NILAI PLUS UNTUK WANITAKU
Karya Tiur Sinurat

Kata orang aku ini tampan, saat bercermin pun aku merasakan hal demikian wajarlah kalau banyak wanita yang tergila-gila padaku. Wanita-wanita cantik yang mengajari aku semangkin ahli menahlukkan kaum hawa yang aku suka, aku bisa meminta mereka datang lagi bila aku suka dan aku juga bisa mencampakkan mereka bila aku bosan. Wanita-wanita selalu pengertian dengan setiap keputusanku.

Sejak usia dini aku telah menjadi petualang cinta, mudahnya mendapatkan cinta membuat aku merasa mudah juga untuk melepasnya. Bila satu pergi dariku, sudah ada beberapa wanita lain yang menanti. Aku juga heran mengapa mereka begitu menggilaiku walau mereka tau aku dekat dengan banyak wanita. Aku memang berasal dari keluarga berada, tetapi aku tidak pernah mengeluarkan uangku untuk menyenangkan mereka, aku memang berpendidikan formal tetapi hari-hariku hanya untuk hura-hura. Aku tidak pernah menjanjikan masa depan pada mereka, tetapi mereka begitu giat memberikan perhatian padaku.

Sejak muda aku selalu berprinsip nikmati saja hidup ini, ya aku pun menikmati hidupku walau sebenarnya hati kecilku sering bertanya; apa yang sedang aku lakukan ini, benarkah aku menikmati hidup yang seperti ini. Akhirnya aku merasa jenuh dan ingin menjalin hubungan serius dengan satu wanita saja, aku mulai memikirkan wanita mana yang akan kujadikan pendamping hidupku. Dunia ini sangat bersahabat denganku, bagaimana tidak dalam waktu sekejap saja alam mengirimkan wanita tercantik yang pernah aku lihat, ada saja jalan untuk mendekatinya dan ia pun jatuh kepelukanku. Aku merasa semangkin hebat mampu menyingkirkan beberapa pria sainganku. Batinku terus berkata; bila aku bisa mendapatkannya maka aku tidak akan melepaskannya sebab dialah wanita yang akan kujadikan istri, pendamping hidupku selamanya.

Aku memperkenalkan wanita pujaan hatiku pada orang tuaku, awalnya respon ayah kurang bersahabat, tetapi pada pertemuan berikutnya ayah justru mengusulkan agar diadakan pertemuan keluarga, aku sangat bahagia keinginanku untuk berumah tangga berjalan dengan mulus.

Sunggu tidak kusangka kalau pada pertemuan keluarga itu ayah langsung melamar wanita pujaan hatiku, aku menyebutnya angel, paras cantik luar biasa bening dan bersahaja, di dukung dengan bodi bak gitar spanyol, di tambah lagi dengan wawasannya yang luas, bagiku dialah wanita ciptaan Tuhan paling sempurna. Aku benar-benar merasa terlahir sebagai pria paling beruntung di dunia.

Resepsi pernikahan yang mewahpun diadakan, kebahagiaan terpancar di raut wajah kami semua. Menari dan bernyanyi tak membuat orang-orang menjadi lelah. Aku tidak ingin berkedip sekalipun untuk memandang istriku yang teramat jelita, senyumnya langsung mengembang bila mata kami sedang beradu. Ingin kucium, kupeluk dan kuangkat dia segera ke tempat spesial yang telah kusediakan untuk kami memadu kasih, tetapi aku harus sabar sampai acara selesai.

Untuk pertamakalinya dalam hidupku, aku begitu menggilai seorang wanita. Ya seorang wanita yang membuat aku bertekuk lutut padanya. Aku siap menjadi pelayan baginya, aku siap bekerja di perusahaan orang tuaku untuk menafkahinya, aku tinggalkan semua kebiasaanku yang dekat dengan hiburan malam. Wanita cantik manapun tidak mampu menarik perhatianku, hatiku benar-benar tertambat oleh istriku.

Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, bulan berganti tahun. Aku pun mulai jenuh menjadi pemuja istriku, aku menjadi bertanya-tanya dalam hati; adakah cintanya untukku, untuk pertamakalinya dalam hidup aku tidak mendapatkan kata cinta dari seorang wanita yang dekat denganku walaupun dia telah menjadi istriku, istri yang sangat aku cintai dengan segenap jiwaku, istri yang membuat aku mampu melepaskan kebiasaan-kebiasaan burukku.

Semangkin hari kepercayaanku kepada istri tercinta menjadi berkurang, aku selalu merasa curiga ada sesuatu yang tidak beres, tetapi aku tidak dapat menemukan apa sesuatu itu. Aku kembali mencari hiburan malam, ku teguk minuman sebanyak mungkin, aku ingin menikmati hidup seperti yang dulu aku rasakan. Tetapi hatiku tetap tidak tenang, kenikmatan hidup itu serasa pergi jauh entah kemana dan aku tak tau lagi cara memanggilnya. Pada malam berikutnya aku kembali mencari hiburan malam, wanita-wanitaku yang dulu tergila-gila padaku mulai bertanya mengapa aku kembali, aku menyingkirkannya dari hadapanku sampai dia tersungkur, kemudian aku sadar telah berbuat kasar padanya maka aku pun menolongnya untuk bangkit berdiri, tetapi dengan samar-samar aku melihat sosok seorang wanita yang sangat aku kenal, aku ragu dengan pikiranku sendiri tetapi rasa penasaran itu mengayunkan langkah kakiku untuk mengikutinya, dengan spontan tangan wanita yang kupegang itu terlepas, dan kali ini aku tidak perduli padanya apakah dia tersungkur lagi atau tidak.
Langkahku terhenti pada sebuah hotel berbintang, wanita itu berjalan dengan pria yang tidak ku kenal, aku terus mengikutinya sampai mereka memasuki kamar hotel. Aku tidak berhasil melihat wajahnya dengan jelas, sehingga aku harus berpikir pasti wanita itu bukanlah wanita yang aku kenal.

Aku kembali ke rumah, kudapati kamar kami yang masih rapi. Istriku belum pulang, mungkin dia masih marah padaku karena aku meragukannya sehingga dia menginap di rumah orang tuanya pikirku berharap sesuatu yang positif. Aku tidak bisa tidur memikirkan wanita yang ku temui tadi, postur tubuh dan rambutnya sangat mirip dengan istriku, tetapi tidak mungkin pikirku kemudian.

Satu minggu sudah istriku tidak pulang kerumah dan hiburan malamlah yang menjadi temanku, aku berharap bertemu dengan wanita yang pernah ku lihat itu, penantianku pun terjawab. Wanita itu datang lagi dengan pria yang berbeda, penampilannya sangat elegan dan menawan tetapi wajahnya tidak dapat ku lihat dengan jelas karena mereka di kawal oleh beberapa pria berbadan besar, karena penasaran aku pun bertanya pada salah seorang yang duduk disampingku, dan aku pun segera tau bahwa pria itu adalah salah satu orang yang disegani karena dia pengusaha sukses dengan beberapa perusahaan terkenal. Lalu aku bertanya tentang wanita itu, dan aku terkejut begitu mengetahui ada wanita penghibur dengan bayaran tertinggi untuk kalangan elite, wanita cantik dan terpelajar, tidak sembarangan orang yang dapat kencan dengannya. Tarifnya permalam mencapai berberapa digit angka nolnya, kamu tidak akan sanggup membayarnya kata pria itu sambil tertawa meledek. Rasa penasaran itu semangkin meruncing, adakah wanita penghibur yang tak ku kenal dan adakah wanita tercantik melebihi istriku, hatiku terus bertanya dan menjawabnya kemudian.

Langkahku semangkin mendekat padanya dan jantungku seakan ingin lepas begitu mata kami beradu dan aku bisa melihat wajahnya dengan jelas, dia benar-benar istriku, wanita yang sangat aku cintai. Tinjuku melayang begitu saya ke wajah pria yang di sampingnya, tak perduli siapa pun dia, aku benar-benar merasa terbakar dan aku tak tau entah apa saja yang aku lakukan malam itu, tetapi begitu bangun aku merasakan sekujur tubuhku lemah tak berdaya, ku tatap sekelilingku dan semua berwarna biru, kulihat tanganku berbalutkan perban dan kepalaku juga terasa sangat berat. Samar-samar ku dengar isak tangis, ku kumpulkan tenaga untuk bertanya; siapa itu, dan seseorang pun mendekat. Kamu sudah siuman jawabnya, segera ku lihat wajah istriku yang ku rindukan, tetapi aku menjadi jijik padanya sehingga ku palingkan wajahku, istriku terus memohon maaf dan kemudian bercerita bahwa; saat pertama kali bertemu denganku dia baru datang dari luar negeri, profesi sebagai wanita penghibur telah di jalaninya sejak kuliah, setelah selesai pendidikan tarifnya menjulang tinggi sehingga tidak sembarang orang yang dapat berkencan dengannya, bahkan diluar negeri pun dia sudah sangat di kenal. Awalnya mengira pernikahan adalah solusi untuk melepaskan diri dari dunia hitam, tetapi seberapa besarpun keinginan untuk berhenti ada saja yang menariknya untuk kembali pada dunianya, berkali-kali istriku menghapus air matanya disertai isak tangis.

Aku sedih melihat wanita yang kucintai itu menangis, tetapi aku merasa tertipu dengan wajah anggunnya, sikap manisnya, aku merasa inilah hukuman atas perbuatanku selama ini yang suka mencampakkan wanita sesuka hatiku, mereka sangat mengerti aku, tetapi aku mendapatkan balasan penghianatan cinta dari istri yang sangat kupuja. Setelah hari itu aku tidak ingin bertemu dengannya lagi, aku memilih untuk menginap di vila keluarga kami, disana aku mencoba menenangkan diri dan berusaha untuk bangkit. Tetapi semangkin aku ingin tidak mempercayai yang terjadi, hatiku semangkin sakit. Aku baru menyadari bagaimana perasaan wanita-wanita yang ku goda kemudian aku tinggalkan, aku baru menyadari mangapa wanita-wanita itu merelahkan penghasilan bulanannya hanya untuk membuat aku senang, mengapa wanita-wanita itu tidak menuntutku walau aku telah menodai kesuciannya. Sampai akhirnya aku memujah sampah, ya sampah dari orang-orang yang senang menghamburkan uang demi kesenangan semalam, oh dunia ini serasa gelap saat kenangan itu terputar kembali di kepalaku.

Ibu merasa kasihan akan keadaanku sehingga mengusulkan seseorang untuk merawatku, karena aku memang belum sembuh benar saat keluar dari rumah sakit. Aku tidak menjawab iya atau tidak karena bagiku saat itu hidup atau mati sama saja, aku tidak merasakan sesuatu yang berbeda.

Seorang wanita muda pun datang, ku pandangi dirinya dari ujung kaki sampai ujung kepala, oh sungguh membosankan aku akan berada di dekat wanita seperti ini pikirku, dari wajah tidak ada menarik-menariknya, bodi juga minus, mengapa ibu mengirimkan wanita seperti ini untuk merawat aku, sungguh pemandangan yang buruk, gerutuku dalam hati.

Wanita itu menyapa dengan lembut, suara lembut itu begitu enak terdengar sehingga aku menambahkan satu angka untuknya, paling tidak aku tidak ada sesuatu yang menjadi nilai lebihnya pikirku kemudian. Aku memanggil bibi untuk menunjukkan kamarnya, dan bibi segera datang kemudian mengantarnya.

Aku benar-benar muak melihat wajahnya yang telah di tambahi satu angka nilainya masih termasuk minus, sangat jauh dari rata-rata sementara selama ini aku selalu di kelilingi wanita-wanita bernilai plus. Aku berusaha membuatnya tidak betah dengan cara marah-marah, membentak kalau dia terlambat datang saat ku panggil, bahkan mengerjakan pekerjaan yang tidak seharusnya dia kerjakan, aku tidak bisa mengusirnya karena ibu yang telah mengirimkannya, dan statusnya bukan pembantu atau perawat, tetapi ibu minta tolong padanya untuk merawat aku sehingga aku tidak punya kuasa untuk meniadakannya dari hadapan aku.

Hari-hari yang menyebalkan itu telah berubah menjadi hal yang biasa, aku mulai jenuh untuk menyiksa hatinya, dia telah tahan uji, bibirnya mengeluarkan suara lembut meski aku telah berbuat kasar, perhatiannya tidak berkurang walau aku terus memarahinya walau dia tidak salah. Aku mulai berpikir untuk menambahkan satu nilai lagi padanya, ya sekarang nilaimu bertambah satu angka lagi, kesabaran dan keuletanmu membuat nilaimu menjadi 6 aitu nilai pas-pasan. Paling tidak sekarang aku tidak merasa muak lagi melihatmu pikirku.

Saat mandi aku mendengar bunyi suara organ, siapakah yang telah memainkannya pikirku, aku mencoba untuk berhenti sejenak dan mencoba mendengar dengan jelas benarkah itu suara organ pikirku, sehingga aku dapat mendengarkan alunan musik yang begitu lembut selembut perasaan orang yang sedang memainkannya pikirku, kemudian aku menjadi penasaran siapakah yang datang. Segera ku sematkan handuk, aku membuka pintu kamar mandi dan melangkah dengan perlahan, kini bukan hanya suara organ tetapi disertai dengan alunan lagu merdu, sehingga kakiku terus melangkah mendekat padanya, dari jauh hatiku terus bertanya siapa wanita berambut panjang itu, kalau ibu mengirimkan seseorang ke villa ini kenapa tidak di beritahukan dulu, sampai tak sadar kalau aku masih memakai handuk saat berada di belakangnya, dan ia pun menoleh begitu menyadari keberadaanku. Aku terkejut saat melihat siapa yang duduk disana sambil bernyanyi dan dia pun terkejut saat melihatku, kemudian aku segera memungut handuk dari lantai tempat aku berdiri.

Gila, dia pandai memainkan alat musik dan suaranya merdu sekali, oh dia sudah melihat aku dengan polos, apa yang dia pikirkan tentang aku, sepertinya aku layak menambahkan satu nilai lagi untuknya, ya untuk kepiawaiannya memainkan alat musik dan untuk suara merdunya, kini nilaimu menjadi 7, kemudian aku merebahkan diri sambil tersenyum. Si buruk rupa telah membuat aku tersenyum pikirku kemudian, tetapi aku tidak menyesal untuk menambahkan nilai padanya dia memang layak mendapatkan itu.

Aku sudah merasa dia layak untuk di jadikan teman, karena dia memiliki kecantikan dari sisi lain, sesuatu yang berbeda dari yang pernah aku kenal selama ini. Tetapi bayangan istri tercintaku kembali muncul dan aku tak mampu menahan sesak didadaku darinya saat perasaan terpukul itu kembali muncul, aku tidak menjadi malu untuk menangis di hadapannya, justru dia menyarankan agar aku menangislah sepuasnya, sebab menangis bukan hanya untuk wanita tetapi menangis bisa membantuku untuk membuang beban yang tersimpan didada, aku benar-benar menangis sejadi-jadinya, seandainya ada orang lain yang melihat mungkin akan mengira aku banci, wajah tampan dengan kulit putih mulus mengis di pangkuan seorang wanita, tetapi aku benar-benar tidak perduli dengan pendapat orang, aku ingin menuangkan semua amarahku melalui air mata, kemudian aku sadar kalau mataku terasa bengkak dan aku tertawa saat melihatnya di cermin. Pantas saja wanita putus cinta tidak mau keluar rumah untuk beberapa saat ternyata seperti inilah yang terjadi pada mereka pikirku kemudian.

Ku renungkan kembali saran dari wanita kiriman ibuku itu, dia memintaku untuk melupakan semua yang terjadi dan memberi semangat agar aku bangkit kembali, sebab bukan hanya aku saja yang pernah mengalami hal seperti itu, tetapi orang lain pun sama dan kejadian-kejadian yang menyakitkan itu adalah pelajaran yang akan membuat hidup seseorang itu semangkin kuat, tahan uji dan semangkin bijak dalam menyikapi kehidupan ini, hiduplah untuk hari ini, bukan kemarin atau esok, bila bisa tertawa hari ini mengapa harus menangis karena hari kemarin. Inilah cara menikmati hidup yang sesungguhnya. Kini aku menambahkan satu nilai lagi untukmu sehingga nilaimu kini menjadi 8, nilai-nilai yang ku buat sendiri itu terus bertambah tanpa di ketahui olehnya, dengan berjalannya waktu aku menjadi semangkin terbiasa dan membutuhkannya, setelah surat perceraian dengan istri pertama aku selesai aku menikahi wanita itu, aku terus menambah nilainya sampai berpuluh-puluh jumlahnya, rekor tertinggi dariku untuk seorang wanita, wanita yang sederhana dalam kasat mata tetapi tak ternilai harganya didalam jiwanya, kini kami hidup bahagia dengan dua orang anak. Aku bersyukur pada Tuhan yang mau membukakan mata dan hatiku untuk melihat ciptaanNya yang sempurna dari sudut pandang yang berbeda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar