AILA
(Sebuah cerpen paparan dari puisiku yang juga berjudul AILA)
Karya Zainal Arifin
17.15 wib,
Hening masih selimuti anganku yang semakin gundah, ingin sekali kupejamkan mata ini menjemput indahnya mimpi, diantara gumpalan harap yang kian menjauh namun tetap kulukis dalam benak ini.
Seandainya saja gerimis tidak menyapa pastilah senja ini sangat indah kunikmati di sela pohon kelapa yang menjulang seakan menanti malam tiba untuk menyambut bulan mengantarkan sebuah bintang terang untuknya.
Tetesannya kunikmati tanpa terlewat, kurangkai satu demi satu hingga mengalir kebumi menggenang membentuk kisah. Angin tidak begitu kencang namun cukup untuk membuat pori-poriku sedikit terganggu yang hanya memakai kaos oblong
"Mas ... lusa aku mau ke Batam"
Lima tahun sudah kalimat itu terucap dari bibir Aila membuka kebisuan kami yang sudah 15 menit hanya menyaksikan kesibukan di penyeberangan Sungai Indragiri tanpa ada dialog, seperti dua manusia yang tidak saling kenal, padahal sudah dua tahun lebih kami lewati saat terindah dalam sejarah hembusan nafas, he he terlalu puitis ya.
Sebenarnya aku tidak pernah menganjurkan Aila untuk memanggilku "Mas" karena Aila berdarah Melayu sedang aku sendiri masih keturunan dari pulau seberang sumatera, jawa tepatnya, walau tidak menguasai kromo inggil (bahasa jawa halus) kecuali injih dan mboten (iya dan tidak) saja, dan memang Aila 3 tahun lebih muda dariku, awalnya Aila memang memanggilku abang tapi Aila bilang biar lebih romantis panggil mas aja lagian kan mahal harganya, begitulah sebagian candanya.
Gerimis masih saja memaksa memandanginya dari balik jendela kamarku.
Karya Zainal Arifin
17.15 wib,
Hening masih selimuti anganku yang semakin gundah, ingin sekali kupejamkan mata ini menjemput indahnya mimpi, diantara gumpalan harap yang kian menjauh namun tetap kulukis dalam benak ini.
Seandainya saja gerimis tidak menyapa pastilah senja ini sangat indah kunikmati di sela pohon kelapa yang menjulang seakan menanti malam tiba untuk menyambut bulan mengantarkan sebuah bintang terang untuknya.
Tetesannya kunikmati tanpa terlewat, kurangkai satu demi satu hingga mengalir kebumi menggenang membentuk kisah. Angin tidak begitu kencang namun cukup untuk membuat pori-poriku sedikit terganggu yang hanya memakai kaos oblong
"Mas ... lusa aku mau ke Batam"
Lima tahun sudah kalimat itu terucap dari bibir Aila membuka kebisuan kami yang sudah 15 menit hanya menyaksikan kesibukan di penyeberangan Sungai Indragiri tanpa ada dialog, seperti dua manusia yang tidak saling kenal, padahal sudah dua tahun lebih kami lewati saat terindah dalam sejarah hembusan nafas, he he terlalu puitis ya.
Sebenarnya aku tidak pernah menganjurkan Aila untuk memanggilku "Mas" karena Aila berdarah Melayu sedang aku sendiri masih keturunan dari pulau seberang sumatera, jawa tepatnya, walau tidak menguasai kromo inggil (bahasa jawa halus) kecuali injih dan mboten (iya dan tidak) saja, dan memang Aila 3 tahun lebih muda dariku, awalnya Aila memang memanggilku abang tapi Aila bilang biar lebih romantis panggil mas aja lagian kan mahal harganya, begitulah sebagian candanya.
Gerimis masih saja memaksa memandanginya dari balik jendela kamarku.
Santunnyalah yang membuat aku berani berada disampingnya dengan bermacam cerita terlebih tentang Windi, adik bungsunya, yang juga adik iparku he.. He, terkadang batinku terlalu sombong dengan kata kata itu. Dan memang tidak jarang Aku, Aila dan Windi menghabiskan hari liburku meski hanya jalan jalan dan minum es sekuteng kesukaanku, karena disamping enak juga banderolnya yang lumayan bersahabat dengan dompet, dengan Rp15.000 sudah dapat tiga porsi dan itulah alasan tepat bagiku menjadi pelanggan setia. Biasannya aku bersama teman kerja sering menghabiskan waktu sore sehabis bermain futsal dengan ngobrol santai di SMAN 3 alias Sekuteng's Mbak Ayu Ningsih meja no 3 begitu sandi kami bila janjian bertemu sekedar melepas lelah, berbeda dengan di penyeberangan di dekat Aila tinggal, kedai mbak Ayu menyediakan lesehan yang lumayan nyaman, rumah Aila memang agak jauh dari tempat tinggalku hampir dua jam perjalanan 80 km/jam menggunakan matik ku, itulah sebabnya aku dan Aila hanya hari minggu bisa bertemu ditambah bonus tanggal merah, tapi komunikasi tetap berjalan setiap hari via telpon ataupun sms.
Aku jadi tersenyum sendiri saat Aila mengirimkan pesan singkatnya pukul 08.45 wib waktu aku baru saja sampai di tempat kerja "Mas .... aku tadi lupa makein CD Windi"
Hari itu hari ketiga Windi masuk sekolah dasar, aku nggak habis pikir kenapa Windi nggak pernah protes kalau tidak nyaman padahal Aila yang mengantarnya ke sekolah yang hanya berjarak 100 meter dari rumah Aila, ya maklum namanya juga anak-anak, dan di banding Diana, adik Aila yang duduk di kelas III SMA, Windi lebih dekat dengan Aila. Dan untuk kali ini aku sepakat dengan pendapat anak usia 6 tahun tentang kedekatan Windi dan Aila, Aila yang sabar, santun, penyayang dan contoh yang baik untuk adik adiknya, dan aku tentunya.
Aila adalah semangat dalam menjalani liku hidupku disaat aku dalam masalah dengan pekerjaanku aku selalu bisa melewatinya, Aila adalah sahabat terbaikku, aku bisa tersenyum dan tegar saat aku ingin kabur oleh masalah dalam keluarga, Aila adalah kakakku yang bisa menjadikannya tempat berkeluh dan bermanja, komplit deh.
Aila tampak lebih manis saat Memakai jilbab cokelat klop banget dengan warna kulitnya yang bersih karena Aila memang pandai merawat diri, dan untuk sedikit catatan bukan karena Aila gadis berjilbab sehingga aku tertarik padanya, tapi memang tak bosannya aku menyanjung dengan kata "santun" nya pokoknya lengkap deh yang ada pada diri Aila, jujur aku sangat menyayangi Aila, banget..........
"Mas ... Tante tetap nawarin aku kerja disana"
Aila berucap lagi setelah aku hanya diam tanpa merespon, minggu yang lalu Aila memang sudah bercerita tentang tantenya di Pulau Batam yang menawarkan pekerjaan di perusahaan elektronik dengan kontrak minimal dua tahun, aku benar-benar bingung dalam hal ini, seminggu sekali saja terasa lama apa lagi bertahun tahun ? di tempat yang jauh pula, Tapi disatu sisi aku harus memberikan support untuknya atas cita cita yang ingin membiayai adik adiknya sampai ke Perguruan Tinggi, sebuah niat yang patut aku banggakan tentunya.
"Gimana ya mas ... Sekarang kan era emansipasi wanita" itulah jawaban Aila ketika aku tanya kenapa Dia hobi banget dengan barang barang antik, julukan dariku untuk barang elektro seperti Dioda,Ic,Anoda,capasitor,Pcb dan apalah lagi lainnya aku juga nggak ngerti. Makanya selepas SMA Aila masuk di fakultas elektro POLITEKNIK INDRAGIRI salah satu perguruan tinggi swasta di kabupaten indragiri hulu Riau dan nilainya pun tidak mengecewakan, dan untuk kepergiannya ke Batam aku tak punya banyak pilihan.
"Mas ingat nggak kisah San Pek Ing Tai,Roro Mendut,Romeo Juliet,Rama Shinta ...."
Aku tertegun sejenak
"Kok jadi bahas sejarah ..." jawabku sekenanya
"Cinta sejati itu pasti akan berujung indah mas, percaya deh ucapan Aila"
"Kalau kita memang berjodoh Tuhan pasti akan menyatukan kita nantinya, biarlah keindahan ini tertunda untuk keindahan yang lebih indah ..." lanjut Aila
Aku kembali terdiam untuk kesekian kalinya.
"Mas ... Aila titip Windi ya"
"Kok sama mas nitipnya?" tanyaku heran.
"Windi cuma mau denger orang yang dipercayainya, yaitu Aila, walau ada ayah,ibu dan Dina, dan Aila yakin banget orang kedua setelah Aila adalah mas .."
"Mas janji ya sama Aila ..." sambung Aila setelah aku hanya menganggukkan kepala.
"ihh .... Kok serius nanggepinnya sih mas, Aila cuma bercanda, ya nggak mungkin kan mas mandiin, ngantar sekolah, ngajak main Windi tiap hari" diiringi tawa kecilnya.
"Lusa biar ayah yang ngantar Aila, kerjaan mas kan nggak bisa ditinggal"
Aku baru ingat kalau mulai hari senin sampai hari rabu tim audit lapangan akan masuk yang mengharuskan kerja ekstra selama tiga hari bahkan tak jarang bisa sampai malam hari.
Sudah empat hari ini cuaca selalu mendung mulai pagi dan gerimis lepas tengah hari terkadang sampai malam. Kubalikkan badanku membelakangi jendela, tertatap gambar Aila dalam bingkai berukuran 10r diatas meja tulis. Dengan jilbab putihnya namun tak kalah manis dengan saat Aila memakai jilbab cokelatnya.
"Mas do'ain Aila ya ... Aila mau berangkat nih, titip Windi dan cinta kita ya mas " pesan singkatnya di nokia 8250 ku. Ya aku memang hanya bisa mendoakan Aila semoga segala niatnya tercapai tanpa ada hambatan.
"Nanti kalau sudah nyampek Aila kasih kabar".
Dan memang, dua belas jam lebih aku harus bersabar menuggu kabar dari Aila tentang keberangkatannya.
Walau sebenarnya aku terbiasa dengan hari tanpa hadirnya Aila secara langsung seperti hari yang akan aku lalui toh masih bisa komunikasi juga, tapi aku tak bisa menyembunyikan rasa takut kehilangan Aila.
Hari berikutnya perasaan itu akhirnya pelan-pelan mulai hilang dengan tensi komunikasi yang mulai staabil.
Tak terasa sembilan bulan sudah berlalu dengan berbagai cerita tentang kerinduan, pekerjaan, ataupun liburan saat off kerja, Aila benar-benar menepati janjinya, terbukti Diana sudah memasuki semester awal di Universitas Islam Riau.
"Ayah Aila mau pindah ke Painan mas" kata Aila lewat pesan singkatnya, ya Painan sebuah kota dekat Padang arah ke Pesisir Selatan sumatera Barat, memang adik beradik orang tua Aila memang tinggal disana semua. Sebagai alasan ingin menghabiskan masa masa tuanya bersama keluarga besarnya walau disana sebagai pendatang.
"Tapi Aila kan pulang kampungnya ke rumah mas, makanya cepetan di lamar nanti di ambil orang loh".
Sambung Aila membuatku tenang. Hati ini jadi berbunga bunga seakan pertama kali ungkapan cintaku diterima, serasa minum sekuteng ditengah siang bolong terik sueger tenan, lepas semua dahaga yang tersimpan fresh kembali pikiran .. Hmmmm seperti iklan mizone.
Dua tahun sudah Aila menemaniku dengan ponselnya.
Dan dua hari sudah pesanku gagal terkirim, aku tak bisa menghubungi Aila, nomor ponselnya non aktif. Kembali beribu kekhawatiran bermunculan, pertanyaan tanpa jawab bertubi tubi mengelilingi isi kepala.
Akankah ketakutanku menjadi kenyataan ?
Aku bagai kapas diterpa angin tanpa pesan pesan singkat Aila walau cuma rangkaian huruf itulah hidupku, candanya adalah hariku, tawanya adalah kisahku.
Tak ada sanjungan di pagiku, tak ada canda di siangku, tak ada manja dimalamku kecuali kegalauan disepanjang hari, sungguh berat hidup ini. Ada apa dengan Ailaku. Seminggu sudah ini berlalu.
Aku masih berbaring ketika ponsel keduaku berdering, ternyata sebuah email masuk dan langsung aku buka untuk melenyapkan rasa keingintahuanku 30 detik akhirnya dapat kubaca setelah loading yang jaringan kebetulan sedikit bersahabat.
" Assalamu'alaikum mas ...
Maaf sebelumnya kalau aku lancang mengirim email ini, aku Yuni sahabat Aila, Aila sudah banyak bercerita tentang mas makanya aku memberanikan diri menulis ini untuk mas. Aila sekarang dirumah sakit mas dia mau operasi kanker payudaranya, aku tahu sepenuhnya kalau Aila sayang banget sama mas , dan aku gak mau mas terus menunggu ketidak pastian ini, mas doain Aila ya semoga baik adanya, sebenarnya masih banyak yang ingin aku sampaikan sama mas tapi bukan saat ini.
Wassalam ...."
Bagai berhenti jantungku berdetak, perasaan sedih, takut, kecewa bercampur baur. Sedih karena tidak bisa mendampingi Aila disaat seperti ini, takut kalau aku akan benar benar kehilangan Aila, kecewa karena Aila tak pernah bercerita tentang penyakit yang dideritanya.
Aila maafkan aku disaat ini aku tak ada kecuali sebait doa untukmu. Tak henti kupanjat doa saat aku bersujud pada-Nya.
Sembilan hari sudah berlalu kembali sebuah email masuk
" Assalamu'alaikum mas ...
Sebenarnya aku sudah berjanji sama Aila tidak menceritakan ini pada mas
mas .... Aku harap kita semua berfikir jernih menyikapi hal ini.
alhamdulillah Aila tinggal melewati masa pemulihannya.
Mas ... saat Aila masuk ke rumah sakit dan sampai saat semuanya berjalan lancar ada seseorang dibalik itu termasuk semua tanggungan biaya perobatan yang tak lain adalah pilihan tante Aila yang sudah dijodohkan dengan Aila jauh sebelum Aila datang kesini, dan dua minggu lagi sesudah kesehatan Aila pulih Aila akan melangsungkan pernikahan, semoga mas masih percaya kalau Aila masih mencintai mas, aku tau itu mas .. Aila sering meneteskan airmata jika kami bercerita tentang mas.
Semoga mas bisa memahami ini semua.
wassalam .....
Yuni
Aku terpaku diam.
Ya Robb berat banget perjalanan hidup ini kenapa harus terjadi diantara aku dan Aila, kenapa masih ada kisah Romeo dan juliat seperti kata Aila, bukankah itu cuma legenda ?? Roman penghantar tidur lalu dimana indahnya ??. Haruskan aku membenci Aila ??. Tidak ... Tidaaaaakkk !! Aku tidak akan pernah membenci dan meninggalkannya, Aila adalah cinta sejatiku walau aku harus berjalan sendiri, itu janjiku.
Dua minggu ternyata begitu cepat, aku mencoba tegar meski terseok seok sampai akhirnya kembali aku terima email dari yunitaniez88@yahoo.co.id
Aku jadi tersenyum sendiri saat Aila mengirimkan pesan singkatnya pukul 08.45 wib waktu aku baru saja sampai di tempat kerja "Mas .... aku tadi lupa makein CD Windi"
Hari itu hari ketiga Windi masuk sekolah dasar, aku nggak habis pikir kenapa Windi nggak pernah protes kalau tidak nyaman padahal Aila yang mengantarnya ke sekolah yang hanya berjarak 100 meter dari rumah Aila, ya maklum namanya juga anak-anak, dan di banding Diana, adik Aila yang duduk di kelas III SMA, Windi lebih dekat dengan Aila. Dan untuk kali ini aku sepakat dengan pendapat anak usia 6 tahun tentang kedekatan Windi dan Aila, Aila yang sabar, santun, penyayang dan contoh yang baik untuk adik adiknya, dan aku tentunya.
Aila adalah semangat dalam menjalani liku hidupku disaat aku dalam masalah dengan pekerjaanku aku selalu bisa melewatinya, Aila adalah sahabat terbaikku, aku bisa tersenyum dan tegar saat aku ingin kabur oleh masalah dalam keluarga, Aila adalah kakakku yang bisa menjadikannya tempat berkeluh dan bermanja, komplit deh.
Aila tampak lebih manis saat Memakai jilbab cokelat klop banget dengan warna kulitnya yang bersih karena Aila memang pandai merawat diri, dan untuk sedikit catatan bukan karena Aila gadis berjilbab sehingga aku tertarik padanya, tapi memang tak bosannya aku menyanjung dengan kata "santun" nya pokoknya lengkap deh yang ada pada diri Aila, jujur aku sangat menyayangi Aila, banget..........
"Mas ... Tante tetap nawarin aku kerja disana"
Aila berucap lagi setelah aku hanya diam tanpa merespon, minggu yang lalu Aila memang sudah bercerita tentang tantenya di Pulau Batam yang menawarkan pekerjaan di perusahaan elektronik dengan kontrak minimal dua tahun, aku benar-benar bingung dalam hal ini, seminggu sekali saja terasa lama apa lagi bertahun tahun ? di tempat yang jauh pula, Tapi disatu sisi aku harus memberikan support untuknya atas cita cita yang ingin membiayai adik adiknya sampai ke Perguruan Tinggi, sebuah niat yang patut aku banggakan tentunya.
"Gimana ya mas ... Sekarang kan era emansipasi wanita" itulah jawaban Aila ketika aku tanya kenapa Dia hobi banget dengan barang barang antik, julukan dariku untuk barang elektro seperti Dioda,Ic,Anoda,capasitor,Pcb dan apalah lagi lainnya aku juga nggak ngerti. Makanya selepas SMA Aila masuk di fakultas elektro POLITEKNIK INDRAGIRI salah satu perguruan tinggi swasta di kabupaten indragiri hulu Riau dan nilainya pun tidak mengecewakan, dan untuk kepergiannya ke Batam aku tak punya banyak pilihan.
"Mas ingat nggak kisah San Pek Ing Tai,Roro Mendut,Romeo Juliet,Rama Shinta ...."
Aku tertegun sejenak
"Kok jadi bahas sejarah ..." jawabku sekenanya
"Cinta sejati itu pasti akan berujung indah mas, percaya deh ucapan Aila"
"Kalau kita memang berjodoh Tuhan pasti akan menyatukan kita nantinya, biarlah keindahan ini tertunda untuk keindahan yang lebih indah ..." lanjut Aila
Aku kembali terdiam untuk kesekian kalinya.
"Mas ... Aila titip Windi ya"
"Kok sama mas nitipnya?" tanyaku heran.
"Windi cuma mau denger orang yang dipercayainya, yaitu Aila, walau ada ayah,ibu dan Dina, dan Aila yakin banget orang kedua setelah Aila adalah mas .."
"Mas janji ya sama Aila ..." sambung Aila setelah aku hanya menganggukkan kepala.
"ihh .... Kok serius nanggepinnya sih mas, Aila cuma bercanda, ya nggak mungkin kan mas mandiin, ngantar sekolah, ngajak main Windi tiap hari" diiringi tawa kecilnya.
"Lusa biar ayah yang ngantar Aila, kerjaan mas kan nggak bisa ditinggal"
Aku baru ingat kalau mulai hari senin sampai hari rabu tim audit lapangan akan masuk yang mengharuskan kerja ekstra selama tiga hari bahkan tak jarang bisa sampai malam hari.
Sudah empat hari ini cuaca selalu mendung mulai pagi dan gerimis lepas tengah hari terkadang sampai malam. Kubalikkan badanku membelakangi jendela, tertatap gambar Aila dalam bingkai berukuran 10r diatas meja tulis. Dengan jilbab putihnya namun tak kalah manis dengan saat Aila memakai jilbab cokelatnya.
"Mas do'ain Aila ya ... Aila mau berangkat nih, titip Windi dan cinta kita ya mas " pesan singkatnya di nokia 8250 ku. Ya aku memang hanya bisa mendoakan Aila semoga segala niatnya tercapai tanpa ada hambatan.
"Nanti kalau sudah nyampek Aila kasih kabar".
Dan memang, dua belas jam lebih aku harus bersabar menuggu kabar dari Aila tentang keberangkatannya.
Walau sebenarnya aku terbiasa dengan hari tanpa hadirnya Aila secara langsung seperti hari yang akan aku lalui toh masih bisa komunikasi juga, tapi aku tak bisa menyembunyikan rasa takut kehilangan Aila.
Hari berikutnya perasaan itu akhirnya pelan-pelan mulai hilang dengan tensi komunikasi yang mulai staabil.
Tak terasa sembilan bulan sudah berlalu dengan berbagai cerita tentang kerinduan, pekerjaan, ataupun liburan saat off kerja, Aila benar-benar menepati janjinya, terbukti Diana sudah memasuki semester awal di Universitas Islam Riau.
"Ayah Aila mau pindah ke Painan mas" kata Aila lewat pesan singkatnya, ya Painan sebuah kota dekat Padang arah ke Pesisir Selatan sumatera Barat, memang adik beradik orang tua Aila memang tinggal disana semua. Sebagai alasan ingin menghabiskan masa masa tuanya bersama keluarga besarnya walau disana sebagai pendatang.
"Tapi Aila kan pulang kampungnya ke rumah mas, makanya cepetan di lamar nanti di ambil orang loh".
Sambung Aila membuatku tenang. Hati ini jadi berbunga bunga seakan pertama kali ungkapan cintaku diterima, serasa minum sekuteng ditengah siang bolong terik sueger tenan, lepas semua dahaga yang tersimpan fresh kembali pikiran .. Hmmmm seperti iklan mizone.
Dua tahun sudah Aila menemaniku dengan ponselnya.
Dan dua hari sudah pesanku gagal terkirim, aku tak bisa menghubungi Aila, nomor ponselnya non aktif. Kembali beribu kekhawatiran bermunculan, pertanyaan tanpa jawab bertubi tubi mengelilingi isi kepala.
Akankah ketakutanku menjadi kenyataan ?
Aku bagai kapas diterpa angin tanpa pesan pesan singkat Aila walau cuma rangkaian huruf itulah hidupku, candanya adalah hariku, tawanya adalah kisahku.
Tak ada sanjungan di pagiku, tak ada canda di siangku, tak ada manja dimalamku kecuali kegalauan disepanjang hari, sungguh berat hidup ini. Ada apa dengan Ailaku. Seminggu sudah ini berlalu.
Aku masih berbaring ketika ponsel keduaku berdering, ternyata sebuah email masuk dan langsung aku buka untuk melenyapkan rasa keingintahuanku 30 detik akhirnya dapat kubaca setelah loading yang jaringan kebetulan sedikit bersahabat.
" Assalamu'alaikum mas ...
Maaf sebelumnya kalau aku lancang mengirim email ini, aku Yuni sahabat Aila, Aila sudah banyak bercerita tentang mas makanya aku memberanikan diri menulis ini untuk mas. Aila sekarang dirumah sakit mas dia mau operasi kanker payudaranya, aku tahu sepenuhnya kalau Aila sayang banget sama mas , dan aku gak mau mas terus menunggu ketidak pastian ini, mas doain Aila ya semoga baik adanya, sebenarnya masih banyak yang ingin aku sampaikan sama mas tapi bukan saat ini.
Wassalam ...."
Bagai berhenti jantungku berdetak, perasaan sedih, takut, kecewa bercampur baur. Sedih karena tidak bisa mendampingi Aila disaat seperti ini, takut kalau aku akan benar benar kehilangan Aila, kecewa karena Aila tak pernah bercerita tentang penyakit yang dideritanya.
Aila maafkan aku disaat ini aku tak ada kecuali sebait doa untukmu. Tak henti kupanjat doa saat aku bersujud pada-Nya.
Sembilan hari sudah berlalu kembali sebuah email masuk
" Assalamu'alaikum mas ...
Sebenarnya aku sudah berjanji sama Aila tidak menceritakan ini pada mas
mas .... Aku harap kita semua berfikir jernih menyikapi hal ini.
alhamdulillah Aila tinggal melewati masa pemulihannya.
Mas ... saat Aila masuk ke rumah sakit dan sampai saat semuanya berjalan lancar ada seseorang dibalik itu termasuk semua tanggungan biaya perobatan yang tak lain adalah pilihan tante Aila yang sudah dijodohkan dengan Aila jauh sebelum Aila datang kesini, dan dua minggu lagi sesudah kesehatan Aila pulih Aila akan melangsungkan pernikahan, semoga mas masih percaya kalau Aila masih mencintai mas, aku tau itu mas .. Aila sering meneteskan airmata jika kami bercerita tentang mas.
Semoga mas bisa memahami ini semua.
wassalam .....
Yuni
Aku terpaku diam.
Ya Robb berat banget perjalanan hidup ini kenapa harus terjadi diantara aku dan Aila, kenapa masih ada kisah Romeo dan juliat seperti kata Aila, bukankah itu cuma legenda ?? Roman penghantar tidur lalu dimana indahnya ??. Haruskan aku membenci Aila ??. Tidak ... Tidaaaaakkk !! Aku tidak akan pernah membenci dan meninggalkannya, Aila adalah cinta sejatiku walau aku harus berjalan sendiri, itu janjiku.
Dua minggu ternyata begitu cepat, aku mencoba tegar meski terseok seok sampai akhirnya kembali aku terima email dari yunitaniez88@yahoo.co.id
"Assalamu'alaikum ....
Mas ... Aila selalu berdoa semoga mas selalu dalam lindungan-Nya.
Maafkan Aila mas .. Aila benar benar tidak menginginkan semua ini terjadi.
Aila tak bermaksud mengingkari janji kita, Aila tak berniat membuat mas kecewa, sungguh mas...
Aila tak diizinkan memegang handphone dan email pun selalu dilacak tante. Aila gak tau kenapa tante berubah.
Aila tak bermaksud membuat mas tak berarti dimata keluarga Aila .....
Tante sudah merasa berhutang budi mas, demi Allah mas maafin Aila ... Aila mohon mas, mungkin keindahan mas bukan bersama Aila, kita cuma bisa merancang mas,
Mas maafin Aila ya ..... Nanti malam selepas maghrib Aila akan melangsungkan akad nikah, Aila mohon ikhlaskan Aila ..... Mas percaya kan kalau saat ini Aila sedang menangis menyimpan rapi hati mas dihati Aila, dan Aila berjanji sampai mata ini tertutup hati mas selalu ada, mas jangan sedih ya ....
Mas Aila kangen mas ... Aila ingin sekali didekapan mas, mas ucapkan lagi cita cita kita untuk hidup bersama, mas maafin kelemahan Aila.
semoga kita selalu bertemu walau dalam mimpi.
Aila sangat menyayangi mas, cinta Aila hanya milik mas, tolong bawa cinta ini mas biar Aila bisa memeluk mas kapanpun.
Jangan lupa sarapan kalau kerja ya mas Peluk erat Aila
.......
Wassalam
Untuk kesekian kalinya darah ini seakan berhenti mengalir tak terasa butiran butiran kecil menetes dari sudut mata laki laki seorang aku.
Aku harus bisa lewati suasana ini, aku harus bisa melanjutkan sisa hidup ini tanpa Aila, berat memang dan sungguh teramat berat, tapi demi cinta suciku aku harus berjalan meski tertatih.
Tak ada lagi deringan pesan singkat dari Aila namun aku masih bisa merasakan getarannya, aku masih bisa membaca pesan pesannya setiap pagi sebelum berangkat kerja, siang hari ketika istirahat siang, malam hari menjelang tidur aku selalu tersenyum karena Aila selalu bercerita kembali tentang kisahnya, canda manjanya, rindunya kepadaku dan semuanya, tawaku dan Aila. Aku bahagia bersama Aila, tiada duka disepanjang hari.
Kini akupun percaya kata kata Aila kalau cinta sejati itu akan berujung indah .... Sangat indah dan takkan bisa terlukiskan biarpun itu hanya dalam imaji.
Kuusap air mataku saat gerimis sudah mulai reda, kutatap kembali photo Aila yang masih terawat baik meski sudah lima tahun sebelum aku bangkit dari tempat tidur, suara adzan maghrib telah berkumandang sudah waktunya aku berdoa untuk kekasih hatiku. Aila. semoga tempat terindah selalu Aila singgahi, di sisi-Nya tiga bulan sesudah pernikahannya.
PROFIL PENULIS
Nama : Zainal Arifin
TTL : Lampung, 26 September 1984
Agama : Islam
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Belilas, Kab Indragiri Hulu, Riau
TTL : Lampung, 26 September 1984
Agama : Islam
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Belilas, Kab Indragiri Hulu, Riau
Baca juga Cerpen Cinta yang lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar