Sabtu, 05 Mei 2012

Bukan Sekedar Kakak - Cerpen Remaja

BUKAN SEKEDAR KAKAK
Cerpen Alif Fanny Wulandari

Berawal dari aku menginjakkan kaki ku lagi di tanah kelahiran ku, di salah satu kota tepatnya di provinsi Jawa Tengah. Aku kembali ke sini untuk melanjutkan sekolah menengah atas, yang pada akhirnya aku bersekolah di salah satu sekolah kejuruan negeri di daerah tempat kelahiran ku ini. Sebut saja aku Difa. Sebelum aku kembali ke sini untuk bersekolah, aku dan orang tua ku berdomisili di kota Bekasi.

Mulanya aku seperti orang asing yang baru menginjakkan kaki di negeri orang, maklum saja. Sedikit tentang kota kelahiran ku ini, banyak orang menjuluki kota kelahiran ku ini sebagai kota Berhias. Tak tau darimana julukan itu tercipta, yang jelas i’m coming abu-abu . . . . !

Segala perlengkapan MOS ku di hari pertama ini, sudah siap. Tinggal rambut ku saja yang belum selesai. Rambut yang dikuncir 12 dengan sedotan plastik membuat aku jadi semakin nggak pede. Terlebih ini hari pertama MOS di sekolah ku yang baru. Semua yang serba baru. Setibanya aku di sekolah, aku sedikit merasa risih. Entah karena aku yang terlalu nggak pede dengan kunciran rambut ku atau ada hal lain yang sedikit mengganggu fikiran ku di hari yang teramat pagi ini. Maklum saja sehari sebelum MOS, panitia MOS menuturkan pada semua peserta MOS untuk datang lebih pagi dari ayam yang berkokok.

Semua mata tertuju pada ku, fikiran jelek ku jadi semakin bertambah. Karna tatapan-tatapan mata asing yang silih berganti menatap ku berbarengan. Tiba saatnya apel pagi di lapangan untuk ucapara MOS. Masih saja dengan tatapan yang asing untuk ku.
“kamu dari mana ?” tanya seorang cewek di sebelahku.
“eh,, gue, owh aku dari Bekasi.” Jawab ku ragu-ragu. Waktu di Bekasi aku terbiasa dengan panggilan ‘loe gue’. Di sini aku jadi ikutan panggil ‘aku kamu’ sama teman-teman baru ku, yang so pastinya akan satu kelas selama 3 tahun. Aku sedang bercerita pun masih dengan panggilan ‘aku kamu’ supaya terlihat lebih santun lah.
“owh, pantes logat kamu logat anak jakarta. Hehehehe, kenalin aku Nisa.” Perkenalan baru dengan satu teman pun berlangsung. Dan aku baru menyadari dengan logat ku berbicara yang masih dengan logat anak Jakarta, mereka jadi melihat ku dengan tatapan mata yang asing. Secara, yang aku dengar dari setiap teman-teman ku ketika berbicara dengan ku atau dengan teman yang lain, mereka berbicara dengan logat yang ‘medok’ khas jawa. Awalnya aku merasa itu adalah kebiasaan yang unik dan lucu. Tapi lama-lama aku jadi terbiasa dengan kebiasaan-kebiasaan teman-teman ku yang berlogat medok itu. Jadi ciri khas tersendiri tentunya.

Satu, dua hingga tiga hari MOS berjalan dengan lancar. Walau ada tawa dan tangis yang hadir di setiap sesi nya. Tapi aku sangat menikmati masa-masa orientasi ini.

***
Nggak terasa hampir dua tahun aku bersekolah di sini. Tepatnya kelas satu semester akhir. Dan dari sinilah kisah cintaku bermula. Kedekatan ku dengan Radi, jauh di luar dugaan ku. Sedikit tentang Radi, cowok yang dulu adalah teman kecil ku waktu di sini, sekaligus sekarang jadi kakak kelas ku. Kedekatan aku dengan dia berawal sejak aku tahu kalau dia ternyata adalah teman kecil ku. Dari sekedar sms-an, bareng satu ekskul paskibra, bareng satu group lomba paduan suara. Hmmm, pokoknya kebersamaan ini menumbuhkan satu rasa padaku. Aku menyukainya, ya aku menyukainya. Mungkin bukan lagi sekedar teman kecil ataupun kakak kelas ku. Mungkin bisa dibilang lebih dari sekedar itu. Hmmmm, setelah kebersamaan ini tercipta, timbulah satu hubungan yang membuat aku semakin dekat dengan dia. Tak tau apa yang membuat aku menyukainya. Yang jelas, aku sangat menyukainya terlebih menyayanginya.

Sorot mata itu begitu indah jika dibayangkan, terlebih indah jika dilihat dari jarak dekat. Senyum yang tergaris di bibir itu pun membuat aku semakin ‘sreg’ sama dia. Namun, kadang cinta nggak berjalan mulus sesuai dengan harapan kita. Itu yang kini aku rasakan padanya. Hanya satu minggu usia hubungan ku dengannya. Begitu singkat memang jika di ukur dari kadar waktu aku mengenalnya dari kecil hingga sekarang. Bertahun-tahun aku mengenal sosok dia yang aku fikir cukup sempurna bagi ku, namun berakhir dengan hitungan minggu saja hubungan ku yang begitu aku jaga untuknya.

Minggu pagi yang sangat kelabu bagi ku, itu adalah hari di mana dia memutuskan hubungan ku dengannya. Tak terasa aku menangisinya. Ya, aku menangisinya. Aku begitu sedih akan waktu itu. Dengan cepatnya dia leburkan perasaan yang sedang kental-kentalnya.

Hanya kata maaf yang aku terima dari dia. Dan aku mengerti akan sebab dia yang lebih memilih untuk memutuskan hubungan ku dengannya. Satu hal yang tak bisa ku jelaskan lewat kata-kata, yang menurut ku itu adalah hal yang masih sepele. Tapi mungkin dia akan beranggapan lain untuk alasan yang dia utarakan untuk ku. Aku terima, walau hati ini begitu sakit. Mungkin hingga sekarang perasaan itu akan masih tetap ada untukku, dan untuknya. Walau hanya sebatas teman atau sebagai kakak angkat perasaan itu ditempatkan.

Terimakasih kakak, kau telah mengajarkan aku akan arti cinta yang tak harus memiliki. Sama seperti judul lagu dari ‘st 12’, ‘cinta tak harus memiliki’. Dan aku pun jadi sadar akan judul lagu dari ‘ungu’, ‘jika aku bukan pilihan hatimu’. Namun, hati ini akan ada untuk mu, dan seperti apa kata mu “ade adalah peri kecil kakak”. Dan aku pun juga akan selalu jadi peri kecil di hati mu.

Karna engkau, bukan hanya sekedar kakak. Tapi kakak yang kan selalu ada di hati ini. Walau nantinya akan ada hati lain yang menempati hati ini selain dirimu.

Salam sayang selalu, 20 februari.

Dari peri kecil mu, 10 mei.

PROFIL PENULIS
Nama : Alif Fanny Wulandari
@ facebook : Fanny Shegadiez Violet
@ twitter : fanny_shegavi
@ mail : aliffannysmeansabez@yahoo.co.id / fannyshegadiezviolet@yahoo.co.id

Baca juga Cerpen Remaja yang lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar