Selasa, 01 Mei 2012

Cerpen Islam "Ketegaran dalam Naungan-Mu ya Rabb"

KETEGARAN DALAM NAUNGAN-MU YA RABB
Cerpen Miya_Senyumsetia

Getaran yang ada dalam hati membuat diri merasa tidak mampu lagi menitih kehidupan yang baru, rintik – rintik hujan yang sudah membasahi bumi seakan langit ikut merasakan kepedihan hidup ku, sebuah kenyataan yang telah menyeretku ke dalam situasi seperti ini dan aku hanya bisa meratapi hingga akhirnya kisah masa lalu ku yang ada dalam benak dan yang sudah di kubur dalam – dalam agar diri ini tidak masuk ke dalam penyakit dendam yang membara, namun sesuatu apapun itu bila kita berada dalam lamunan pasti lah kejadian – kejadian yang indah, duka maupun suka, dari hal yang kecil maupun yang besar, rasa tersakitipun akan menghantui siapapun itu.

Saat itu aku sedang duduk terdiam dalam kesendirian, penuh kebingungan dan kebimbangan. Andai saja bunuh diri itu adalah jalan terbaik mungkin aku sudah melakukan nya, tapi karena perbuatan itu adalah hal yang paling di murkai oleh Allah, ku tak sanggup melakukan nya karena sama halnya aku menjerumuskan diriku sendiri ke dalam jurang penyesalan di kemudian hari dan perbuatan itu akan di pertanggung jawabkan di hadapan Allah, akhirnya aku tersadar dan beranjak dalam lamunan ku untuk pergi mengambil wudhu lalu melaksanakan sholat setelah itu aku berdo’a “ ya…. Allah berikanlah kelapangan hati dan ke sabaran kepada hamba dalam menghadapi segala macam cobaan mu ya Allah, hamba tau bahwa hamba adalah mahkluk mu yang lemah dan tak berdaya, di hadapan engkau pun hamba bukan apa - apa ya Allah… hamba menyeru akan hidup dan jalan hamba dalam lindungan tiada daya dan upaya bagaimana hamba melaksanakan semua tugas hamba di bumi ini ya allah, hamba mohon dengan kerendahan hati hamba bahwasan hamba selalu membutuhkan akan bimbingan mu ya Allah….. “ seru ku dalam do’a.
 
Selama ini aku hidup dengan seorang ibu tiri dan saudara – saudara tiri ku, kenyatan hidup yang tak pernah ku bayangkan sebelumnya tapi inilah realitanya, ketika aku masih berusia 8 tahun dan di saat itu aku masih duduk di bangku sekolah dasar, pada saat itulah aku tidak pernah bertemu dengan ibu kandung ku sendiri karena ibu dan bapak ku sudah bercerai tanpa suatu permasalahan yang tidak jelas hingga sekarang akupun tidak mengetahui nya asal muasal perceraian itu, yang aku tau hanya kejadian yang mengingatku pada perbuatan bapak ku yng begitu kejam, dia menghajar ibu sampai luka – luka di bagian bibir nya karena tendangan sepatu but yang di pakai oleh bapak, saat itu memang tidak ada orang yang tau akan kejadian itu Karena bapak menyiruh ku untuk datang ke rumah paman , sebuah tugas yang harus aku laksanakan maka berangkatlah aku ke rumah paman ku bersama bibik . Tiba – tiba di tengah perjalanan aku mendengar teriakan seorang perempuan namun aku tidak mengenali suara itu, lalu aku bertanya pada bibik “ bi’ suara siapa itu ya ? kok seperti orang kesakitan sambil menangis ! “ namun bibik ku menjawab dia tidak tau juga itu suara siapa?. Tak terfikir lalu akan suara itu akhirnya aku melangkah menuju rumah paman dan ketika sampai di rumah beliau, akmi berdua tidak bertemu dengan beliau akhir nya kami pulang ke rumah. Tapi apa yang terjadi benar – benar tak di sangka, tiba di rumah aku sudah melihat ibu ku menangis dengan babak belur penuh luka di bagian wajah dan tubuh nya, melihat kejadian itu aku langsung memeluk ibu ku itu dan ikut menangis. Lalu ibu tetap memberi ku rasa semangat agar suatu saat aku tidak memiliki nasib yang buruk seperti ibu ku “ anak ku janganlah kamu memiliki nasib seperti ibu ini nak, bangkit kan semngat mu agar kamu tidak mudah di tindas dan di perlakukan semena – mena oleh kau laki – laki, cukup ibu saja yang merasakan tapi jangan kamu sayang karena ibu tidak akan merelakan siapapun yang menyakiti mu terutama dari bapak mu, bapakmu sudah tega menyakiti ibu nak “ ucapan ibu ku pahami meskipun aku tidak mengerti sepenuh nya. Setelah kejadian itu bapak mengajak ku untuk membeli sebuah perhiasan karena di saat itu aku memang tidak memilki perhiasan apapun yang melekat pada diri ku, akhirnya aku ikut dan kebetulan saat bapak datang mengajak ku di rumah tidak ada orang, nenek dan kakek pergi ke ladang, bibik sedang ada di rumah teman nya sedangkan ibu ku sendiri sedang ada di kota sampang beliau sedang bekerja untuk memenuhi kebutuhan ku, awalnya bapak kubilang kalau aku akan di pulangkan ke rumah nenek itualah janji bapak kepada ku. Tapi kenyatannya sampai sekarang aku belum di pulangkan oleh bapak malah aku suruh tinggal bersama di keluarganya , di rumah itulah awalnya aku di perlakukan baik oleh istri dan anak – anak nya bahkan oleh sanak saudara yang lain aku di perlakukan lembut oleh mereka.

Setelah berselang beberapa bulan aku tinggal bersama bapak, aku benar – benar kaget akan sikap istri bapak ku dan anak – anak nya, mereka mulai menyuruh ku melakukan pekerjaan berat yang selama aku tinggal bersama ibu ku, yang tidak pernah tersentuh akan pekerjaan yang kasar itu, namun mau apa lagi itu sudah menjadi tugas ku, mau tidak mau tetap aku kerjakan walau terkadang dalam fikiran pekerjaan itu memang bukan pekerjaan yang layak untuk ku, karena sama saja mereka mempekerjakan anak kecil. Perlakuan itu tidak pernah aku adukan pada bapak, setalah sekian tahun aku tetap menjadi anak pengangkut air. Dalam hati berseru “ ya allah sampai kapan hamba seperti ini “ dalam perjalanan membawa air di atas kepala aku menangis karena ingat pada ibu ku. 2 tahun ada di desa akhirnya bapak pindah ke kota bersama keluarga nya, aku pikir hal itu akan membuat ku lebih baik lagi karena bisa bertemu dengan ibu ku tapi hanya mimpi belaka justru berdampak buruk bagi ku dan hidup ku.
Karena rasa bakti ku pada mereka dan menganggap mereka sebagai keluarga ku sendiri aku melakukan pekerjaan lain nya, dengan mencari pekerjaan pada orang yang mau menampung ku untuk bisa di pekerjakan oleh mereka, namun ternyata Allah masih memberiku ke sabaran dan memberiku kelapangan dalam tekat mencari kerja,ketika itu aku ada di bangku sekolah dasar kelas 5 sampai kelas 6, tenaga ku terbagi pagi hari aku sekolah dan sepulang sekolah aku kerja di rumah seorang guru sebagai pekerja rumah tangga, pekerjaan it u terus aku tekunin sampai lulus sekolah dasar namun selama aku kerja uang penghasilan tidak tau aku gunakan pada siapa, saat itu aku memang tidak tau akan arti sebuah uang karena yang aku lakukan hanya sekedar membantu ibu tiri ku, sedangkan dari bapak ku sendiri tak pernah mau tau apa yang aku lakukan dan semenjak aku tinggal bersama dengan keluarga bapak, aku tidak pernah bicara lagi dengan beliau dan hubungan kami makin renggang, di antara kami seperti bermusuhan hal itu yang membuat hati ku saat sendiri bisa memikirkan sesuatu yamg tak bisa di lupakan sama seperti perlakuan bapak.

Ketika aku sakit tidak ada yang mau peduli akan diri ku, mereka membiarka ku tergeletak tak berdaya, dalam kesakitan aku hanya bisa menangis melihat sikap bapak dan keluarga nya acuh tak acuh pada ku.
“ ya…. Allah dosa apa yang sudah hamba lakukan pada bapak dan keluarga nya, mengapa mereka aku di perlakukan seperti ini, di saat mereka menyuruh aku berangkat , di saat mereka memarahi ku tanpa alasan yang jelaspun aku tetap diam dan tidak membantah, walaupun pernah juga pukulan aku rasakan. Salah hamba terlahir di dunia ini ya allah “ seruan ku dalam ratapan sedih.

Namun sekarang aku sudah duduk di bangku sekolah menengah atas dan aku bisa memilih kehidupan ku seperti apa? Belajar mencari jati diri ku seperti apa ?, terus belajar dan berusaha itulah tekat ku, tidak ada rasa ingin balas dendam pada keluarga ku sekarang, hati ini hanya ingin di sayang dan di perhatikan oleh mereka,sampai sekang masih belum aku rasakan tetapi tidak pernah aku lupa dalam setiap do’a ku untuk mereka semua agar di bukan hati mereka semua dan bisa menyayangi diri ini.

Sekarang aku bisa bertahan dengan semua rintangan hidup yang aku rasakan, walau sering hati ini terjatuh namun aku terus berusaha untuk bangkit dalam keterpurukan getir hidup yang sulit. Di usia yang remaja ini aku memiliki impian, suatu saat aku bisa mengubah nasib buruk ku menjadi lebih baik, aku memang sekarang sedang menuntut ilmu tapi ilmu itu ingin aku terapkan dalam rumah tangga dengan mendidik anak dan patuh akan suami, tak lain adalah ingin menjadi istri yang sholeh dan ibu yang baik untuk anak – anak ku nanti, hal itulah yang tertanam di hati ku, dan biarkan masa lalu yang sudah silam dapat terkubur dalam – dalam dan tidak menjadi turun temurun pada anak ku suatu saat nanti, impian seorang anak yang tak mendapatkan kasih sayang dari keluarga ini yaitu aku.

Saat tekat sudah bulat, aku mulai mencari dimana ibu kandung ku ? dalam usaha aku terus berdo’a agar di pertemukan dengan ibu yang melahirkan ku oleh allah, ternyata usaha ku selama ini tidak sia – sia, aku bertemu dengan ibu kandung ku di suatu acara pameran karya seni di kota. Ketika itu rasa rindu sudah membara dalam hati dan kaki ini terus melngkah untuk bertemu dengan beliau, namun setelah aku ada di depan beliau aku menatap wajah ibu dengan penuh rasa haru dan rindu lalu aku menyapa “ ibu ingatkah kau pada anak mu bu, ini aku bu rista anak mu bu “ setelah ku ucapkan kata itu langsung beliau merangkul dan memeluk ku seraya berkata “ anak ku rista kau kah ini nak, ibu merindukan mu nak selama ini ibu mencari mu kemana – mana tetapi ibu tidak juga menemukan mu, kenapa rista tinggalkan ibu dan nenek di desa ? “
lalu aku menjawab “ ibu aku tidak bermaksud untuk meninggalkan ibu dan keluarga kita di desa tetapi rista di ajak oleh bapak bu,untuk membeli perhiasan dan bapak berjanji akan mengantar rista pulang tapi sampai sekarng rista tidak di pulangkan pada ibu dan juga nenek, selama ini bapak sudah membiarkan diri ini tersakiti oleh istri dan anak – anak nya bu tapi rista tidak pernah membantah maupun menentang ucapan mereka bu,semua rista lakukan demi mereka tapi kasih sayang yang rista harapkan tidak pernah mereka berikan pada rista, saat rista sakit mereka membiarkan tak mau peduli apa yang terjadi pada rista, bapak kejam bu, bapak tega sama rista bu, rista mau ikut ibu saja dan tinggal bersama nenek di desa “ dengan isak tangis.
“ ya allah maaf kan hamba mu ini ya allah yang sudah menelantarkan titipan engkau dan membiarkan dia teraniaya oleh bapak nya sendiri, hukum lah hamba ya allah atas kelalain hamba ya allah, biarkan hamba yang menanggung derita anak hamba ya allah “ air hujan yang mencucuri air mata nya, hati sendiri merasa sedih mendengar seruan do’a dari sang ibu.

Karena pertemuan itu ahkirnya aku pergi dari rumah bapak ku dan tinggal bersama ibu kandung ku,lepas semua beban dan rasa tekanan dari keluarga itu. Namun sebelum aku pergi aku menulis sebuah surat untuk bapak dan ibu serta saudara – saudara ku
“ dear : keluarga ku

Pak, bu dan saudara – saudaraku maaf kan semua kesalahan ku selama aku bersama kalian, sekarang aku sudah bisa menentukan hidup yang baik demi masa depan ku pak, kalian tetap aku ingat dan semudah itu aku melupakan semua pengalaman yang kalian berikan untuk hidup ku, meskipun hati ini menangis atas semua perlakuan kalian pada ku namun aku tidak bisa membenci kalian sampai kapan pun, biarkan aku hidup dengan ibu kandung ku pak, karena bapak tidak menepati janji untuk mengantar ku pulang saat ini aku bisa pulang dengan sendiri, sekali lagi maaf kan rista anak mu ini pak, untuk ibu bukalah hati ibu untuk bisa menerima ku sebagai anak mu juga seperti saudara saudara ku yang lain, dan untuk saudara – saudara ku, rubah lah sikap kalian pada ku, hargai lah aku sebagai saudara kalian, rista hanya bisa berkata maaf kan rista pak. Suatu saat rista akan berkunjung ke rumah ini…..

Setelah menulis surat itu aku langsung pergi sambil menetes air mata, dan tiba di rumah ibu ku rasa haru dan bahagia menyelimuti hati ku,, karena keluarga ku yang di desa telah menunggu kedatangan ku, “ subhanallah mimpikah aku ini, bisa berkumpul kembali dengan ibu dan nenek, serta keluarga ku yang lain, terima kasih ya … allah atas rahmat yang telah kau berikan pada hamba selama ini dengan perlindunganmu, engkau memberi hamba kekuatan dan ke sabaran untuk hamba, hingga saat ini engkau member ku hidayah di pertemukan keluarga ku yang pernah hamba tinggal kan ya allah, kau lah maha agung dan penyayang bagi umat mu “ dengan tangis bahagia aku langsung memeluk nenek ku. 
 
Lulusan SMA menjadi kebanggan ku sendiri karena di saat pisah kenang sekolah ada ibu yang sangat aku sayang dan beliaulah yang pertama kali menerima raport ku selama aku sekolah Kebahagian itu terus berlangsung sampai tiba saat nya aku di lamar oleh seorang pemuda yang memiliki sifat, sikap, bahkan ketaatan nya pada agama islam yang menjadi sumber penerang umat muslim, karena aku ingin mengikuti sunnah nabi dan menciptakan impian dan cita – cita ku saat masih remaja maka aku menerima lamaran pria itu, meskipun sebelumnya kita tidak saling kenal tapi itu lah kehendak allah yang tidak pernah di pungkiri, akhirnya rencana pernikahan pun sudah di tentukan satu minggu sebelum pelaksanaan akad nikah aku dan ibu ku beserta calon suami ku berkunjung ke rumah bapak ku dengan maksud mengundang bapak , ibu dan saudara – saudara tiri ku hadir ke pernikahan ku. Setelah sampai di rumah bapak aku melihat rumah bapak kosong dan tatanan di rumah itu pun sangat kotor seperti rumah tak terawat, lalu aku bertanya pada mbo surmi yang merupakan tetangga bapak, untung nya mbo surmi masih mengingat ku saat aku menemui di rumah nya, saat aku menyapa mbo surmi dia langsung memeluk ku seraya berkata “ neng rista, kemana saja selama ini ? “
“ aku ada di rumah ibu ku mbo dan minggu depan aku akan melangsungkan pernikahan ku mbo, maka nya saya ke sini ingin sekali bertemu bapak agar kita semua bisa berkumpul saat hari ke bahagian ku, ohh… iya mbo kok di rumah bapak seperti gak ada orangnya dan tatanan rumah nya pun kotor seperti tak terawat, ? “ ucapku pad mbo surmi, namun mbo surmi diam malah dia masuk ke dalam rumah nya dan mengambil sebuah surat lalu di berikan surat itu pada ku sambil berkata mbo surmi “ neng ada titipan surat untuk neng dari bapak mu neng, surat ini di berikan sebelum beliau wafat, karena penyakit setrok yang tak kunjung sembuh – sembuh meskipun sudah berobat kemana – mana di tambah lagi penghianatan dari istri dan anak nya“

Aku kaget akan penuturan dari mbo’ surmi dengan rasa gemetar aku menerima surat dari bapak ku lalu membuka dan membacanya
“ rista anak ku, maaf kan bapak atas semua perbuatan bapak pada kamu nak mungkin rista membaca surat ini bapak sudah menghadap sang ilahi untuk mempertanggung jawabkan semua kesalahan bapak padamu nak, selama ini bapak sudah menelantar dan menyianyiakan kamu nak, bapak sadar akan perbuatan bapak hingga akhirnya allah menghukum bapak dengan memberikan cobaan berupa penyakit setrok yang tak dapat di obati lagi, ibu dan saudara – saudara mu yang lain sudah meninggalkan bapak karena bapak sudah tidak bisa apa – apa, maka dari itu sebelum bapak pergi menghadap sang ilahi bapak minta maaf, maaf kan bapak rista, maaf kan semua kesalahan bapak nak sampaikan salam dari bapak pada ibu mu yang pernah bapak sakiti, bapak sudah mendapat karma nya nak, sampaikan salam itu nak. Dari ayah mu yang kejam ini. Semoga hidup kamu bahagia nak, selamat tinggal “

Setelah aku membaca surat itu aku merasa terpukul karena di saat aku merasakan kebahagian dan mengharap bapak bisa berkumpul, semua tinggal harapan dan kenangan masa lalu. Air mata sudah menghujani pipi ku, begitu pula ibu ku.
“ ya… allah terimalah dia di sisi mu dan ampuni dosa – dosa nya “, seruan ku dalam tangis, aku mengajak mbo surmi untuk pergi ke ziarah dan di atas pusar makam bapak, aku ber kata “ pak rista sudah memaafkan bapak begitu pula ibu, istirahtlah yang tenang pak kita akan selalu mendo’akan bapak “

Usai dari itu, satu minggu kemudian tibalah waktu nya aku melaksanakan akad nikah bersama semi pria yang melamar ku, dalam kebahagian aku menangis mengingat akan bapak, dalam kebahagiaan nya dia tidak bisa hadir di tengah – tengah pernikahan ku. Namun semi yang sudah sah menjadi suamiku berkata “ rista istri ku, jangan lah kau basahi kebahagian pernikahan kita ini dengan air mata mu, aku mengerti akan perasaan mu tak ada seorang anak yang tega dan merasa bahagia bila tak di lengkapi oleh kedua orang tua, tak ada itu istri ku, sabar lah kamu dalam hidup ini, mari kita buka lembaran hidup baru dan membangun keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmahh bukan itu impian mu istri ku “ aku hanya bisa tersenyum mendengar ucapan suami ku, dan di saat itu pula semi suami ku memberiku sebuah lantuanan syair yang tak pernah dia berikan pada siapapun

“ Dalam hati ku terukir nama mu
Dalam hati ku hanya diri mu
Takkan berubah takkan terganti,
Sampai hayat ku, mengakhiri ,
Di saat aku melihat wajah mu
Betapa indah cantik parasmu,
Ku hanya ingin setia kepada mu
Sepenuh hati sanubari ku,
Hanya untuk mu hanya dirimu
Yang aku puja wahai istri ku.
Syair yang di lantunkan dengan indah dari suami ku, membuat hati ini merasa kan kebahagiaan yang sudah lengkap, bagi ku dia adalah sosok malaikat yang selalu memberikan rasa damai dan tenang, begitu sabar dan ihklas dalam menghadapi tantangan hidup, di kala aku sedih dia menghiburku dengan lantunan syair – syair indah nya, sungguh mulia budi pekerti yang dia miliki sebagai kaum adam.
“ siang tlah pergi malampun hadir lagi
Ku coba tuk lelapkan kamu, jangan kau murung wahai istri cantik ku, senyummu nan indah selalu, di hati “
 
Baca juga Cerpen Islam yang lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar