Rabu, 18 April 2012

Cerpen Cinta Terbaru - Kala Takdir Memisahkan Cinta Kita

KALA TAKDIR MEMISAHKAN CINTA KITA
Cerpen Yulie Widiyanti

Di pagi yang cerah, burung-burung bersiul-siul menyambut indahnya sang mentari. Namun pagi yang cerah ini tidak secerah hati Vely. Gadis kelas 2 SMA ini berjalan dengan gontai.
“Hai, Vel. Lemes banget?” sapa Zahra, sahabatnya.
“Masa’ sih? Enggak kok.” Elak Vely

Lalu mereka pun berjalan ke kelas sambil ngobrol.
“Vel.” Panggil Zahra
“Hmm…” jawab Vely tanpa menatap Zahra
“Kemarin waktu pulang sekolah Evan Tanya sama aku.”

Vely langsung mengalihkan pandangannya ke Zahra
“Tanya apa?”
“Dia Tanya, kenapa akhir-akhir ini kamu kok seperti menghindar dari dia.”

Vely hanya diam dan berfikir.
“Vel, kenapa sih akhir-aklhir ini kamu jadi aneh?” lanjut Zahra
“ Em… Aku cuma kahir-akhir ini lagi gak enak badan.”

Hari ini Vely benar-benar gak fokus mengikuti pelajaran. Fikiranya melayang entah kemana.
“Vely, tunggu.” Panggil Evan
“Sorry Van, aku harus pulang.”
“Kamu kenapa sih Vel? Selalu menghindar dari aku?”
“Aku harus pulang sekarang.”





Vely tidak memperdulikan pertanyaan Evan. Ia terus berjalan menghindari Evan. Sedangkan Evan mencoba mengejar Vely.
“Aku anter ya.”
“Gak usah aku udah dijemput.”
“Vel, Vely.” Panggil Evan
Vely tidak memperdulikan panggilan Evan. Ia mempercepat langkahnya ke luar sekolah.
‘Maafin aku, Van. Tapi aku harus ngelakuin ini.’ Batin Vely.

***

4 Mei 2010
Ya Tuhan, sampai kapan aku harus menghindar dari Evan? Aku tidak sanggup terus ada dalam kepura-puraan.
***

Vely langsung berjalan kembali menuju kelas. Tadi waktu ia dan Zahra sedang di perpustakaan, di situ juga ada Evan. Maka dari itu Vely langsung menghindar, ia beralasan pada Zahra mau ke toilet.
“Vel, tadi aku tungguin kok gak dating-dateng sih?” Tanya Zahra
“Sorry, lupa.”
“Bohong. Tadi kamu sengaja ngehindar dari Evan kan?”
“Apaan sih, gak lah. Buat apa aku ngehindar.”
“Cerita dong, Vel. Kamu kenapa sih?” desak Zahra
“Gak kenapa-kenapa kok. Kalo ada apa-apa aku pasti cerita sama kamu.”
Vely mencoba meyakinkan Zahra. Zahra sendiri sebenarnya tidak yakin dengan alas an Vely. Namun ia tidak mau terlalu jauh mencampuri urusan Vely dan Evan.
“Tapi asal kamu tau aja, sikap kamu yang kaya’ gini malah ngebuat Evan serba salah.”
Vely hanya diam sambil merenungi kata-kata Zahra.
***

5 Mei 2010
Aku gak bias teru-terusan kaya gini. Aku gak ingin menyakiti orang-orang yang adadisekitar aku. Aku akan mengambil keputusan ini, walaupun berat.
***

Vely baru memasuki gerbang sekolah, di belakangnya Evan memanggil. Kali ini Vely memilih untuk tidak menghindar.
“Vel, aku butuh penjelasan dari kamu. Kenapa kamu kaya gini.”

Evan mencoba memegang tangan Vely, namun langsung di tepis Vely.
“Kaya gini gimana? Aku biasa-biasa aja kok.”
“Vel, aku gak mau kamu gantungin hubungan kita kaya gini.”
“Terus mau kamu gimana? Putus? OK kita putus.”

Evan mencegah Vely yang akan meninggalkanya, Evan memegang lengan Vely.
“Bukan itu yang aku mau.”
“Udahlah Van. Mungkin emang hubungan kita sampai di sini aja..”

Kali ini Evan tidak mencegah Vely untuk pergi. Ia hanya terdiam, tak percaya dengan tindakan Vely.
“Kenapa, Van?” Tanya Zahra
“Vely mutusin aku, Ra. Aku gak tau apa alasannya.”

Zahra memandang iba kea rah Evan.
“kamu tenang aja. Nanti aku tanyain ke Vely.” Hibur Zahra
“Thanks ya, Ra.”

Zahra masuk ke kelas dan melihat Vely yang sedang membaca buku.
“Vel, kamu putus sama Evan?”
“Iya.” Jawab Vely singkat
“Kenapa?”
“Ya, karena aku sama Evan udah gak cocok aja.”
“Aku gak percaya.”
“Tapi itu emang kenyataanya.”
“Vel, aku tahu kamu bohong. Cerita sama aku.” Desak Zahra.
“Ra, tolong jangan paksa aku.”pinta Vely
“Vel”

Zahra berusaha mengejar Vely yang berlari ke luar kelas.
“Vel, kamu mau ke mana?”
“Ra, aku mohon biarin..aw….”

Tiba-tiba kepala Vely terasa sakit. Zahra langsung menangkap tubuh Vely yang mulai roboh.
“Vely. Vel..!! bangun Vel.”
***

Zahra terus menunggu Vely yang belum sadar di UKS. Wajah Vely terlihat sedikit pucat. Zahra mengelus rambut Vely, yang tiba-tiba terbangun.
“Vely, kamu udah sadar?”

Vely masih memegangi kepalanya yang masih sedikit pusing. Zahra menyodorkan segelas the hangat kepada Vely.
“Makasih, Ra.”
“Sekarang kamu cerita. Kamu sebenarnya kenapa?”

Vely tidak menjawab pertanyaan Zahra, ia malah meneteskan air mata. Melihat Vely menangis, Zahra menjadi bersalah telah menanyakan hal yang Vely belum mau untuk menceritakannya. Zahra pun memeluk Vely dan membelainya.
“jangan nangis dong,Vel. Maafin aku ya, gak seharusnya aku nanyain itu ke kamu. Aku Cuma gak mau terjadi apa-apa sama kamu, Vel.”
“Umur aku gak lama lagi, Ra.” Kata Vely disela tangisnya.
“Apa??? Kamu gak usah ngaco gitu deh, Vel.”
“Aku serius, Ra. A….. Aku… Kena kanker otak, Ra.”

Zahra sangat kaget mendengar itu. Sedangkan Vely makin deras menitikan air mata.
“Kenapa kamu gak pernah cerita?” kini Zahra melepaskan pelukannya.
“Aku gak mau orang yang ada disekitar aku sedih apalagi cemasin aku.”
“Apa karena itu kamu ngehindar dari Evan?” Vely hanya mengangguk.
“Kamu jangan bilang siapa-siapa ya?”
“Tapi…”
“Aku mohon…”
“OK. Aku gak akan bilang ke siapa-siapa.”

Tiba-tiba pintu UKS terbuka. Vely langsung mengusap air matanya. Ia berusaha bersikap sebiasa mungkin.
“Vel, kamu gak apa-apa kan? Tadi aku denger kamu pingsan.”kata Evan
“Aku gak kenapa-kenapa kok.”
“Bener?”
“Udahlah, Van. Kamu gak usah perhatian lagi sama aku. Kita kan udah gak ada hubungan apa-apa lagi.”
“Jadi kamu serius mau putus?”
“Kita balik ke kelas aja yuk,Ra.”

Vely turun dari ranjang dan berjalan duluan. Ketika Zahra akan menyusul Vely, Evan menahannya.
“Sebenarnya Vely kenapa?”
“……..”
“Ra, kamu kok diem aja?”
“Eh....Vely gak apa-apa kok. Cuma pusing aja.”
Evan menatap Zahra curiga. Namun ia mencoba untuk tetap percaya pada Zahra.
***

6Mei 2010
Semoga keputusan yang aku ambil ini adalah yang terbaik. Walaupun itu berat tapi harus ku lakukan. Dan kini beban ku sedikit berkurang setelah aku cerita dengan Zahra.
***
“Vel, kamu ke dokter aja ya?”saran mama
“Gak usah,Ma. Vely gak apa-apa kok.”
‘Maafin Vely, Ma. Vely harus bohong sama mama.’ Batin Vely.
“Oh ya, di luar ada Evan tuh.”
“Evan?”
“Apa mama bilang aja kamu lagi sakit.”
“Gak usah.”
Vely beranjak dan ke bawah untuk menemui Evan.
“Ngapain kamu kesini?”
“Aku mau ajak kamu ke suatu tempat.”
“Aku gak bisa.”
“Please, Vel. Sekali ini aja.”
Vely pun akhirnya setuju. Namun begitu sampai di tempat yang dimaksud Evan, Vely hanya bias terdiam menahan air matanya. Tempat ini adalah tempat di mana mereka pertama kali bertemu dan tempat dimana Evan menyatakan persaannya pada Vely.
“Ngapai kamu ngajak aku ke sini?”
“Vel, aku Cuma pengen kamu tahu kalo perasaan aku ke kamu dari dulu pertama
Kita ketemu sampai sekarang masih sama dan gak akan pernah berubah.”
Vely langsung memalingkan wajahnya, ketika air matanya mulai mengalir.
“Vel…’
“Van, semakin kita dekat itu malah akan nyakitin kamu, jadi aku mohon lupain
Aku,”kata Vely dengan berlinang air mata.
Vely pun langsung pergi meninggalkan Evan yang masih terdiam.
***

Zahra melangkah menuju kelasnya dengan lemas. Penyakit Vely kambuh lagi, dan sekarang ia dirawat di rumah sakit.
“Zahra!” panggil Arga, sahabat Evan.
“Lemes banget sih? Kenapa?” Tanya Arga
“Gak apa-apa kok. Oh, ya kamu gak sama Evan?”
“Lha? Emang dia gak cerita sama kamu?”
“Enggak. Emang cerita apa?”
“Dia kan mau pindah sokolah. Orang tuanya pindah tugas.”
“Hah?? Yang bener?”
“Iya, ntar pulang sekolah aku mau nganter dia ke bandara. Kamu mau ikut?”
Vely hanya mengangguk. Pikiranya sekarang sedang kacau. Vely masuk rumah sakit, sekarang evan mau pindah.
Pulang sekolah Zahra langsung ke rumah Evan dengan Arga.
“Zahra?kamu kok ada di sini?’ Tanya Evan
Namun Zahra tak memperdulikan pertanyaan Evan.
“Kamu serius mau pindah? Please Van, jangan pergi. Demi Vely.”
“Demi Vely? Ra dia aja udah gak butuh aku, jadi…”
“Enggak Van, vely butuh kamu. Dia sakit.” Potong Zahra
“Sakit? Sakit apa?”
“Udah mending kamu sekarang ikut aku aja, cepet.”
Di rumah sakit, mreka bertemu mama Vely. Mama terlihat sangat pucat, dan matanya sembab.
“Gimana keadaan Vely tante?’
“Vely masih gak sadar,Ra. Vely… vely kena kanker otak.”
Mama Vely kembali menitikan air mata, tubuhnya sangat lemas. Sehingga Zahra menahan mama Vely agar tidak jatuh.
“Iya, Zahra udah tau kok tante.”
“Ka.. kanker tante??”Tanya Evan
“Iya, umurnya udah gak lama lagi. Jadi tante minta kalian menemani Vely di saat-saat terakhirnya.”
“Boleh kita liat keadaan Vely tante?”
Setelah diizinkan, mereka pun masuk dan mendapati Vely yang terbaring tak berdaya. Wajahnya sangat pucat. Evan mendekati Vely dan menggenggam tangannya.
“Kenapa kamu gak pernah cerita sih, Vel? Kalo kamu pikir aku akan meninggalkan kamu saat aku tahu kamu sakit, itu salah besar Vel. Dalam keadaan sakit atau pun tidak, aku akan tetap di samping kamu.”
Tiba-tiba mama Vely datang dan menyerahkan sebuah buku dairy milik Vely. Zahra dan Evan mulai membacanya. Namun tak lama, air mata Zahra langsung melelh setelah membaca buku dairy Vely. Evan hanya terdiam. Matanya berkaca-kaca saat membaca tulisan Vely yang terakhir.

7 Mei 2010
saat aku tahu kenyataan yang menyakitkan. Kenyataan kalau kesempatan ku untuk melihat dunia ini tak lama lagi. Aku sangat terpuruk. Sejak itu aku salalu menghindar dari Evan. Aku berusaha keras menghindar walau sebenarnya itu sangat menyiksa aku. Tapi aku harus melakukan itu karena semakin aku dekat dengannya semakin aku membuat Evan tersakiti ketika tiba saatnya mata ini terpejam untuk selama-lamanya.
Buat mama, maafin Vely karena Vely udah bohong sama mama, dengan menyembunyikan semua ini. Vely gak mau mama kepikiran terus. Dan buat Zahra, makasih udah mau jadi sahabat terbaik aku, mau dengerin semua keluh kesah ku. Dan terakhir buat Evan, makasih karena kamu udah ngisi hari-hari ku dengan cinta, walaupun harus berakhir seperti ini. Makasih untuk semuanya. Cuma satu pintaku, jika tiba saatnya nanti aku harus pergi aku ingin kalian tetap tersenyum dan jangan terpuruk.
***

“Happy birthday,” ucap Zahra ketika masuk ruangan Vely.
“Kan ulang tahunnya besok.” Kata Vely lemah
“Gak apa-apa dong, kita kan mau jadi yang special.” Canda Zahra
Evan mendekati Vely dan memberinya bunga mawar putih kesukaan Vely. Vely pun tersenyum.
“Cepet sembuh ya, Vel.” Kata Evan
“Itu kayaknya gak mungkin banget,Van.”
“Vel, kamu jangan ngomong gitu dong. Kamu pasti sembuh kok.” Kata Zahra
“Tapi memang itu kenyataannya, Ra. Umur aku tinggal hitungan bulan lagi bakan hitungan hari lagi.”
“Ssstt.. udah sayang, jangan ngomong gitu lagi. Apapun keadaan kamu mama dan yang lain akan selalu ada buat kamu.”
“Ma, Vely boleh minta sesuatu?”
“Boleh. Apa?”
“Biasanya kan kalo Vely ulang tahun, Vely gak mau dirayain. Tapi untuk kali ini Vely mau ulang tahun Vely dirayain. Boleh, Ma?”
‘Tentu aja boleh.”
“Makasih ya, Ma.”
Besoknya ulang tahun Vely, di rayakan. Hampir semua teman-temannya hadir. Zahra memilihkan gaun yang cocok untuk Vely, dan sedikit memberikan polesan bedak dan lipglos agar wajah pucat Vely tak terlalu terlihat. Sepanjang acara itu, Evan melihat Vely selalu berusaha tersenyum. Namun Evan tahu bahwa itu hanya utuk menutupi penyakitnya. Vely naik ke panggung untuk menyapa teman-temannya.
“Makasih buat teman-teman yang udah hadir di acara ulang tahun ku ini. Bahkan mungkin ulang tahun yang terakhir dalam hidup aku.”
Semua yang hadir terdiam, sibuk dengan pikiran masing-masing. Tak mengerti ucapan Vely barusan. Namun Vely tetap mencoba tersenyum, dan melanjutkan kata-katanya.
“Kok pada diem sih? Oh, ya aku akan mempersembahkan sebuah lagu untuk semua orang yang aku sayangi.”
Suara alunan music mulai terdengar. Vely pun mulai menyanyikan bait-bait lagu.

Awan awan menghitam
langit runtuhkan bumi
saat aku tahu kenyataan menyakitkan
Mendengar Vely menyanyikan lagu itu, Zahra dan mama Vely pun tak kuasa menahan tangis. Sedangkan Evan hanya diam membisu. Sulit untuk menebak isi hatinya saat ini.
Sambil bernyanyi Vely turun dari panggung dan menghampiri mamanya. Mengusap air mata mamanya dan tersenyum.
Mengapa semua menangis
padahal ku selalu tersenyum
usap air matamu
aku tak ingin ada kesedihan
Vely sendiri tak kuasa menahan air matanya. Ia mengusap air matanya namun mencoba untuk tetap tersenyum.
Burung sampaikan nada pilu
angin terbangkan rasa sedih
jemput bahagia diharinya
berikan dia hidup
Vely pun kembali naik ke panggung dan menatap teman-temannya yang juga ikut menitikan air mata.
Tuhan terserah pada-Mu
aku ikut mau-mu tuhan
ku catat semua ceritaku
dalam harianku
Lagu pun berakhir dengan diiringi tepuk tangan dari teman-temannya. Lalu acara berikutnya dilanjutkan dengan pemotongan kue. Vely memberikan potongan kue pertama untuk mamanya.
“Mama jangan nangis lagi ya.”
“Makasih, sayang. Happy birthday.” Ucap mama Vely sambil mencium kening Vely. Lalu kue potongan yang kedua di berikan kepada Zahra.
“Vel, jangan pergi.” Kata Zahra sambil memeluk Vely.
“Aku gak akan pergi ke mana-mana kok.”

Vely melepaskan pelukan Zahra dan mengusap air mata yang mengalir di pipi Zahra. Dan ketika Vely memberikan kue untuk Evan, ia kembali tersenyum.
“Aku boleh meluk kamu?” Tanya Vely
Evan hanya tersenyum dan mengangguk. Dengan canggung Vely pun memeluk Evan. Vely pun menitikan air matanya kembali dalam pelukan Evan.
“Makasih atas semua cinta dan kasih sayang yang udah kamu kasih buat aku selama ini. Dan makasih udah ngizinin aku buat meluk kamu untuk yang terakhir kalinya. Love you.”
Lalu Vely dengan perlahan memejamkan matanya. Evan merasakan tubuh Vely semakin lemah. Dan ketika menyadari bahwa Vely telah menutup matanya untuk selamanya, Evan menitikan air matanya sambil tetap memeluk erat tubuh lemah Vely. Dan ia selalu setia menemani Vely sampai ke peristirahatannya yang terakhir.

PROFIL PENULIS
Nama: yulie widiyanti
TTL: Pekalongan, 13 Juli 1996
Alamat:Pekalongan, Jawa Tengah
Facebook: Yulie Aja Dech

Baca juga Cerpen Cinta yang lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar