WANITA MALAM
Cerpen Rurin Luswidya a.u
Limpahan harta merupakan suatu hiburan semata panggung drama dunia, entah itu sebagai pemuas kita di dunia atau bekal kita di akhirat kelak. Limpahan harta identik dengan kekayaan materi, layaknya memiliki emas, intan atau apalah, namun tidak denganku, siapa aku? Apa latar belakangku? Bagaimana hidupku? Tak ada yang mengerti, jangankan mereka, aku yang di takdirkan tuhan sebagai aku saja tak tahu aku siapa, bagaimana kehidupan ku dulu, yang aku tau aku adalah seorang sukses. Perjalananku sangatlah mulus hampir tak ada kerikil pun yang menghalangiku untuk menggapai apa yang ku mau sekarang, liatlah aku, semua tubuhku diselimuti oleh untaian benang dari merek ternama yang mungkin kata orang umumnya limited edition, sedangkan kakiku dimanjakan dengan berbagai mahakarya desainer ternama, semua kenalanku adalah orang kalangan atas yang mugkin kekayaannya di ambil dari korupsi sana sini, korupsi mungkin sudah jadi trend hobi orang kalangan atas yang menjadikan dunia sebagai tuhan, yang terpenting adalah berkah tuhan yang diberikan kepadaku, rambutku hitam lurus tergerai indah jika aku berjalan, wajah ku yang kata banyak orang cantik dihiasi dengan hidung bangir, bulu mata lentik, mata bulat indah, serta bibir yang seksi, banyak orang mengatakan pada ku kalau aku adalah pencium yang handal. Tubuhku putih dan ramping hampir tak ada satu jengkal luka di tubuhku, kaki kaki jenjang serta betis yang kecil membuat banyak orang menganggap ku layaknya bidadari, Banyak sekali yang di depanku mengatakan aku cantik, namun di belakangku semua cacian hinaan yang menusuk satu persatu bagian tubuhku yang suatu saat dapat membawaku ke rumah tuhan yang terkenal indahnya.
Ciiit. . . . . . tiba tiba membangunkan Vita dari lamunan panjang, Vita segera turun dari mobil nya dan melihat apa yang terjadi di luar. Sesosok wanita paruh payah yang sedang mencoba berdiri di antara kegelapan, Vita dengan sigap membantu wanita itu, kulitnya putih, wajahnya cantik, namun mengapa di kegelapan seperti ini dia berpakaian setengah te***jang dengan polesan wajah yang apik. Namun rona wajahnya menampakkan batinnya tergocang hebat diperkuat ada luka sembab di pipi kirinya
“Tak apa apa bu?”
“Makasih nya neng udah bantu ibu, ibu tidak apa apa”
“Namun wajah ibu terlihat pucat?”
“Ouw eneng, ibu hanya kaget saja, ya sudah ibu pergi dulu”
“Tapi bu. . . “
Belum aku menyelesaikan ucapanku wanita paruh baya itu pergi melanjutkan hidupnya kembali yang sempat terhenti dengan kehadiran ku. Dari belakang ku perhatikan dia, sepertinya ku kenal dia dan pernah bertemu dia, ah lupakan terlalu banyak orang yang ku temui hari ini
Semangat pagi di hari cerah seperti biasanya ku telan beberapa butir dewa penunda kematian, lucunya aku takut mati, padahal aku yakin jiwa ku sudah mati sejak belasan tahun lalu silam. Kerja, kerja, kerja aku bingung mengapa aku harus kerja padahal hidupku hanya bertahan dari terapi terapi yang namanya entah apa
Tuhan dan malaikat pasti disana menertawakan kehidupan ku yang tak jelas tujuan dan hanya di tutupi selembar kain putih agar aku terlihat sempurna. Pekerjaan ku juga kotor dan banyak dianggap sebagai pekerjaan yang menghancurkan rumah tangga budak penyembah kekayaan, aku tak ambil pusing dengan anggapan tersebut toh aku hanya berniat mencari kehidupan semata.
Tak terasa tuhan menaikkan mataharinya lebih tinggi lagi, manusia manusia berlalu lalang di hadapan mataku , tiba tiba mataku tertuju dengan wanita paruh payah yang ku temui tadi malam, lagi lagi dia memakai balutan setengah tel***jang seperti bangga dengan apa yang dia punya, tanpa sadar aku sudah mengikuti tapak kakinya sejauh ini, dia berhenti di sebuah wisma mungil yang terletak di ujung gang perkampungan kumuh, kakiku bergerak menuruni mobil langsung menuju wisma tersebut,
“Pagi bu”
“Pagi oh eneng yang tadi malamnya “
“Iya benar bu”
Tiba tiba mata ku berkunang kunang sekelebat cahaya putih memenuhi otak otak resposif . . . blaaak
“Mama mama”
“Iya sayang, kamu sudah makan ?”
“Sudah mama, mama aku sayang mama”
“Mama juga sayang Vita”
Secercah bayangan putih itu menghilang mencari pangkuan lain, mata ku terbelalak menandakan ku telah bangun dari nyanyian kalbu yang menyenangkan hati setiap biduan yang mendarat, membuka kelopak ku terlihat sosok wanita paruh payah dengan balutan busana putih ketat yang menurut ku tidak pantas digunakan wanita itu
“Kamu tidak apa apa nak?” wanita itu membuka pembicaraan
“Tidak apa apa bu, terima kasih telah membantu saya”
Tiba tiba dering hp memanggilku, ternyata hanya membahas uang dan uang, kepuasan batin semata. Klik tanda akhir dari pembicaraan
“Nama mu Vita nak?”
“Iya benar bu”
“Apakah nama mu Vita Karunia Agustin ?”
“Iya benar bu”
“Vita ini mama nak”, wanita itu langsung beranjak memeluk putrinya yang lama tak bertemu
Tiba tiba sebuah rekaan dokumentasi berjalan di fikiran ku, rasanya membuka kenangan yang tak pernah muncul dalam otak ku
“Mama”
“Iya sayang ini mama”
Memang dalam benak ku perasaan marah benci senang bercampur aduk, namun mendengar pangakuan dan sorot mata wanita itu, aku memaafkan masa lalu itu, aku berjanji akan mengarungi lautan ini dengan wanita depan mata ku dan tak akan merasa malu meskipun mama ku seorang pelacur. Sekelebat bayangan putih mengangkatku ke udara terbang ke langit ke tujuh untuk menemui tuan raja agung, senyumku melambung tinggi jatuhkan beban beban yang merangkulku selama ini
“VVVIIIITTAAAAAAAAAAAAAAA”, teriak wanita itu.
“Tak apa apa bu?”
“Makasih nya neng udah bantu ibu, ibu tidak apa apa”
“Namun wajah ibu terlihat pucat?”
“Ouw eneng, ibu hanya kaget saja, ya sudah ibu pergi dulu”
“Tapi bu. . . “
Belum aku menyelesaikan ucapanku wanita paruh baya itu pergi melanjutkan hidupnya kembali yang sempat terhenti dengan kehadiran ku. Dari belakang ku perhatikan dia, sepertinya ku kenal dia dan pernah bertemu dia, ah lupakan terlalu banyak orang yang ku temui hari ini
Semangat pagi di hari cerah seperti biasanya ku telan beberapa butir dewa penunda kematian, lucunya aku takut mati, padahal aku yakin jiwa ku sudah mati sejak belasan tahun lalu silam. Kerja, kerja, kerja aku bingung mengapa aku harus kerja padahal hidupku hanya bertahan dari terapi terapi yang namanya entah apa
Tuhan dan malaikat pasti disana menertawakan kehidupan ku yang tak jelas tujuan dan hanya di tutupi selembar kain putih agar aku terlihat sempurna. Pekerjaan ku juga kotor dan banyak dianggap sebagai pekerjaan yang menghancurkan rumah tangga budak penyembah kekayaan, aku tak ambil pusing dengan anggapan tersebut toh aku hanya berniat mencari kehidupan semata.
Tak terasa tuhan menaikkan mataharinya lebih tinggi lagi, manusia manusia berlalu lalang di hadapan mataku , tiba tiba mataku tertuju dengan wanita paruh payah yang ku temui tadi malam, lagi lagi dia memakai balutan setengah tel***jang seperti bangga dengan apa yang dia punya, tanpa sadar aku sudah mengikuti tapak kakinya sejauh ini, dia berhenti di sebuah wisma mungil yang terletak di ujung gang perkampungan kumuh, kakiku bergerak menuruni mobil langsung menuju wisma tersebut,
“Pagi bu”
“Pagi oh eneng yang tadi malamnya “
“Iya benar bu”
Tiba tiba mata ku berkunang kunang sekelebat cahaya putih memenuhi otak otak resposif . . . blaaak
“Mama mama”
“Iya sayang, kamu sudah makan ?”
“Sudah mama, mama aku sayang mama”
“Mama juga sayang Vita”
Secercah bayangan putih itu menghilang mencari pangkuan lain, mata ku terbelalak menandakan ku telah bangun dari nyanyian kalbu yang menyenangkan hati setiap biduan yang mendarat, membuka kelopak ku terlihat sosok wanita paruh payah dengan balutan busana putih ketat yang menurut ku tidak pantas digunakan wanita itu
“Kamu tidak apa apa nak?” wanita itu membuka pembicaraan
“Tidak apa apa bu, terima kasih telah membantu saya”
Tiba tiba dering hp memanggilku, ternyata hanya membahas uang dan uang, kepuasan batin semata. Klik tanda akhir dari pembicaraan
“Nama mu Vita nak?”
“Iya benar bu”
“Apakah nama mu Vita Karunia Agustin ?”
“Iya benar bu”
“Vita ini mama nak”, wanita itu langsung beranjak memeluk putrinya yang lama tak bertemu
Tiba tiba sebuah rekaan dokumentasi berjalan di fikiran ku, rasanya membuka kenangan yang tak pernah muncul dalam otak ku
“Mama”
“Iya sayang ini mama”
Memang dalam benak ku perasaan marah benci senang bercampur aduk, namun mendengar pangakuan dan sorot mata wanita itu, aku memaafkan masa lalu itu, aku berjanji akan mengarungi lautan ini dengan wanita depan mata ku dan tak akan merasa malu meskipun mama ku seorang pelacur. Sekelebat bayangan putih mengangkatku ke udara terbang ke langit ke tujuh untuk menemui tuan raja agung, senyumku melambung tinggi jatuhkan beban beban yang merangkulku selama ini
“VVVIIIITTAAAAAAAAAAAAAAA”, teriak wanita itu.
PROFIL PENULIS
Nama : rurin luswidya a.u
Add fb ; Ruriin Luswidya Artatyy U
Email : rurinyb@yahoo.com
Add fb ; Ruriin Luswidya Artatyy U
Email : rurinyb@yahoo.com
Baca juga Cerpen Motivasi dan Cerpen Sedih yang lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar