Minggu, 15 April 2012

Cerpen Persahabatan Sedih - Menutup Lembaran Lama

MENUTUP LEMBARAN LAMA
Cerpen Rendra Citra Pahlewi

Hari ini di bukanya pendaftaran bagi siswa baru untuk melanjutkan studynya ke jenjang SMA. Aku salah satu generasi pemuda Indonesia yang ingin melanjutkan study ke jenjang SMA. Aku mendaftarkan diri di salah satu sekolah Negeri yang ada di kota Malang. Alhamdulillah, tertera di pengumuman aku di terima menjadi siswa dari sekolah tersebut.

7 Juli 2011, ini hari pertamaku masuk sekolah sebagai siswa putih abu-abu setelah melewati MOS (Masa Orientasi Siswa) selama 3 hari. Hari pertama masuk sekolah masih di isi dengan sebuah perkenalan bagi siswa baru. Ini saat aku memperkenalkan diri, “Namaku Raisa Clara Pavita, bias dipanggil Clara. Ayahku seorang Manager di suatu Bank swasta, sedangkan mamaku seorang Ibu rumah tangga.
Perkenalan telah usai, saat pelajaran tak berlangsung suasana di kelas masih begitu dingin, maklum sajalah kami belum saling kenal. Seiring berjalannya waktu, lama kelamaan suasana dalam kelas menjadi hangat. Aku mulai menemukan teman yang cocok dengan ku. Namanya Rahel, Zivva, Felly, & Rida, mereka yag selalu temaniku saat di sekolah. Kami selalu di kantin bersama, dalam setiap tugas kita selau menjadi satu kelomok, mengerjakan tugas bersama, bercanda tawa bersama, saling berbagi suka dan duka, dan banyak hal lain lagi yang telah kita lewati bersama.


Sampai pada waktunya sebuah masalah datang mengganggu kebersamaan kita. Ini tentang Rahel, akhir-akhir ini Rahel mulai berubah tak seperti biasanya. Sekarang dia sering sekali tidak masuk sekolah, sering absen saat pelajaran berlangsung, tak pernah konsen saat pelajaran berlangsung, dan banyak hal lain lagi yang membuatnya semakin buruk. Semua perubahannya ini membuat kami sangat terusik dan bertanya-tanya, apa yang sebenarnya telah terjadi. Akupun juga merasa heran, apa yang bisa membuatnya menjadi seperti ini. Dari pada aku bingung dan tak kunjung mengerti akan semua ini, aku berinisiatif untuk bertanya langsung pada Rahel.
“Clara,apa kamu tau mengapa Rahel tidak masuk sekolah? Sudah 5 hari ini dia tidak masuk kelas tanpa ada keterangan yang pasti …” Tanya Zivva saat aku memasuki kelas.
“Kalau kamu tanya aku, aku tanya siapa donk. .Hahaha”. Jawabku sambil bergurau.
“Seriusan doonk”. Tegur Zivva.
“hehe, ya mana ku tau Ziv, aku aja tadi malam sms dia gak di bales, telfonpun juga gak di jawab. Mungkin dia sakit …” Saut ku.
“Hemmmt, ya sudahlah”. Jawabnya.

Saat pelajaran berlangsung, sungguh aku tak bisa konsen, yang ada di pikiranku hanyalah Rahel. Aku takut terjadi sesuatu yang buruk pada dirinya. Aku memutuskan untuk menemuinya saat pulang sekolah nanti tanpa sepengetahuan teman-teman yang lain.
“Teeetttt, teeetttt, teeeeeeeeeeeeettt…” bel tanda berakhirnya pelajaran telah bersuara.
“Horeeee, saatnya go home.” Kata ku dengan senang.

Aku bergegas menuju ke kost’an Rahel untuk menemuinya. “Hey Rahel,..” Ucap ku sesampainya di sana saat bertemu dengan dia.
“Ehh, Clara ! tumben kamu kesini, ada apa nieh ?” Sautnya dengan suara yang kaget.
“Aku Cuma pengen ketemu kamu aja kok.”
“OOhh, silakan duduk .. gimana kabarmu? Lama tak bertemu ya..”
“Tentu baik, kamu sendiri gimana? Kamu sudah 5 hari ini tidak masuk sekolah, apa yang terjadi dengan mu ?” Tanyaku dengan penuh penasaran.
“hhe, tidak ada apa-apa kok.” Jawabnya dengan gugup.
“Benarkah tidak ada apa-apa, jika tidak kenapa kamu tidak masuk selama 5 hari padahalkan kamu tidak sakit . .” Tanyaku mendesak.
“Baiklah aku jujur, ya aku malas saja akhir-akhir ini, tapi besok pasti aku masuk sekolah lagi kok, tenang aja !” Jawabnya membela diri.
“What? Malas.. Sejak kapan tuh di kamus mu ada kata MALAS, kamu ngerasa gak sieh bahwa kamu sekarang tuh berubah drastis, kamu terlihat kacau..” Ucapku
“Kamu ngomonk apa sieh? Gak ngerti deh aku, kacau gimanaaaa ?? aku merasa baik-baik aja kok, kamu aja tuh yang lebay..”
“Heelllooww … Lebay kamu bilang? Uuuhhhhh dasar ya kamu tuh. Ya gak Cuma aku aja kale’ yang ngerasa kamu berubah, teman-teman satu kelas juga ngerasain hal yang sama sepertiku. Udahlah jujur aja Raheeeel sama aku, aku kan sahabat mu, gunanya sahabat tuh untuk berbagi suka dan duka. So, sama sahabat sendiri tuh gak usah di tutup-tutupin, cerita aja lah girl, aku siap dengerin dan kasih solusi kok..” Ucapku panjang lebar.
“Hahaha..uucchh, kamu gemesin banget dech (sambil mencubit pipiku). Clara sahabat ku yang paling cantik sedunia, kapan sieh kamu bisa berhenti lebay. Beneran dech, aku tuh gak papa. Aku tuh fine aja girl..” Jawab Rahel.
“Aaarrgggh, capek aku ngomong sama kamu. Aku tuh serius kok malah di bilang lebay sieh. Uddaah ach kalau gitu, aku mau pulang aja” Jawabku dengan murung.
“hahaha, waaahhh ngambeg nieh critanya, jangan ngambeg donk ntar cantiknya hilang loh. .”
“Siapa yang ngambeg, Cuma marah aja kok. Udah dulu ya aku mau pulang, besok masuk sekolah ya, awas kalu gak masuk ..”
“Iya Claraaa, TITI DJ ya alias aTI-aTI Di Jalan .”

Hari ini ternyata Rahel lagi lagi tak masuk sekolah. Sebenarnya kenapa sieh dia. Rahelkan sudah tertinggal banyak pelajaran, ucapku dalam hati saat pelajaran berlangsung. Usai pulang sekolah aku mampir ke Mall dulu untuk membeli buku, tiba-tiba “bbbrrraaakkkk..” aku menabrak seseorang dan ternyata itu Rahel.
“Claraa.. !!” ucap Rahel dengan kaget.
“Rahel, kok kamu malah di sini, tadi kenapa kook gak masuk sekolah sieh?”

Tanya ku penasaran.
“gak papa kok, udah ya aku cabut dulu” (tergesa-gesa).
“wait, itu siapa yang jalan sama Rahel, kayaknya wajahnya tak begitu asing”. Heran ku saat melihat Rahel pergi dengan seorang cewek misterius.
Aku mencari informasi tentang cewek misterius itu, ternyata dia kakak kelas kami sendiri, kelas 2 namanya Dilla, menurut informasi yang ku dapat Dilla ini terkenal nakal, trouble maker, sering mbolos, dll. Kaget memang saat aku mendengarnya, kenapa Rahel mau berteman dengannya. Pantas saja selama ini dia berubah dan ternyata ini dampak negative yang di dapatnya dari berteman dengan Dilla. Ironis, berteman dengan siapa saja sah-sah aja kok, asalkan dari pertemanan itu kita hanya mengambil sisi positive dan membuang sisi negativenya. Tapi tidak dengan Rahel, dia mudah sekali terbawa arus.

Saat duduk di bangku, “Kenapa harus dia yang kamu jadikan teman?” Tanya ku mendesak.
“Apa maksudmu?” Jawab Rahel dengan bingung.
“DILLA, siswa kelas 2 di sekolah kita, dia terkenal nakal, trouble maker, sering mbolos. Bukankah kamu sudah tau tentang dia? Atau kamu pura-pura gak tau atau malah gak mau tau tentang dia..Semenjak kamu temenan sama dia kamu berubah, kamu semakin mahir saja mengikuti jejaknya. Okey, kamu boleh aja kok berteman sama dia, tapi tak seharusnya hal negative yang dia lakukan juga kamu ikutin. Di luar sana masih banyak teman yang lebih baik dari dia, tapi kenapa harus dia yang kamu pilih…”
“Akkuu….” Rahel terdiam saja dengan kebingungan.
Semua temanku satu kelas telah tau bahwa Rahel berteman dengan Dilla, karena itu semua teman satu kelas menjauhi Rahel, dengan alasan agar mereka tidak terkena virus trouble dari Rahel. Bahkan Zivva, Felly, & Rida menjauhi Rahel, dan juga melarangku untuk berteman lagi dengan Rahel. Aku berfikir, benar juga yang di bilang mereka. Aku mencoba untuk menjauhinya, tapi aku sungguh tak sanggup melihat Rahel sendirian tiada yang menemani. Aku tau pasti dia sangatlah kesepian, Apa ini yang namanya sahabat? Bukankah seorang sahabat itu harus selalu ada saat sahabatnya sedang terpuruk, tapi mengapa aku malah menjauhinya, betapa egoisnya aku.

Baiklah aku putuskan untuk menemani Rahel dan juga membuatnya menjadi seperti dulu lagi, walaupun karena keputusan itu aku jadi dijauhin juga sama teman-teman.
“Clara, makasih ya kamu masih mau jadi sahabat ku dan tak meninggalkan aku seperti yang lain, Kamu memang the best deh… ”. Ucap Rahel dengan terharu.
“sama-sama Rahel, yang namanya sahabat juga gini selalu ada dalam suka maupun duka, apa sieh yang engga’ buat kamu. Hehehe”. Kata ku penuh semangat.
“Hemmmt, dasar gombal. Hahahhh. Oiiya, Omongan mu kemaren bener juga seharusnya aku tak berteman dengan Dilla, dia hanya membuatku semakin ironis saja. Aku mulai sekarang mencoba untuk menjauhinya Ra…”
“Wooouuuw, I Like That. Hahaha, itu baru sahabat ku”
Rahel menjadi seperti dulu lagi, bahkan lebih baik dari yang sebelumnya. Senang rasanya sahabatku kembali seperti semula, walaupun keadaan sekarang ini belum juga reda. Yaaah, teman-teman masih menjauhi kami, tapi masa bodo aja, yang pentink kita berdua happy kok, Aku dan Rahel mengahabiskan waktu dengan main bersama, kemana aja selalu berdua, serasa dunia ini milik kita berdua aja.

Suatu ketika, pada saat bel menunjukkan waktunya untuk rehat dari pelajaran, aku segera mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat duha. Aku kembali ke kelas dan membuka tas untuk mengambil uang, tapi ternyata dompetku hilang, “Oh my God, dompet ku kok gak ada sieh..Rahel, kamu tau dompet ku gak, yang aku taruh di dalam tas?”. Tanyaku dengan hati yang was-was.
“Enggak tuh, emank kenapa? Dompet kamu gak ada ya..” Tanya Rahel.
“Iya, dompetku gak ada”. Aku berencana untuk menggeledah semua tas yang ada di kelas, namun bel tanda pelajaran di mulai telah berbunyi dan Gurunya juga sudah memasuki kelas.
Ketika pulang aku mulai menggeledah semua tas, namun pada saat aku akan menggeledah tas Rahel, wajahnya tampak aneh dan dia segera pamit pulang padaku dengan tergesa-gesa.Ada apa dengannya, gerak geriknya sangat aneh. Sempat terlintas di fikiranku apa dia yang mengambil dompetku, namun rasa-rasanya tidak mungkin dia kan sahabatku sendiri, mana mungkin dia tega padaku.

Keesokannya di kelas, tiba-tiba Rida bertanya padaku saat Rahel taka da, “Clara, dompet kamu sudah ketemu apa belum?”
“Belum Rid, mank kenapa?”
“Kayaknya Rahel deh yang ngambil dompet kamu.”
“Huuzzt, jangan zuudzon gitu donk..”
“Ya bukannya aku zuudzon, kemaren pada saat istirahat yang berada di dalam kelas cuma Rahel aja, terus saat kamu mau menggeledah tasnya raut wajahnya terlihat sangat aneh juga kan..”
Aku hanya terdiam sambil berfikir, gimana kalau yang di bilang Rida ternyata benar juga, kalau orang lagi kepepetkan gak mandang itu temen sendiri. Haduh, situasi ini membuatku semakin bingung saja. Perlakuan teman-teman pada Rahel pun semakin parah saja, kerena mereka mengira yang mengambil dompetku itu Rahel. Aku sendiri juga merasa seperti mereka, namun aku mencoba bersikap biasa saja.

Hari ini, aku melihat Rahel sangat pucat sekali, beberapa saat kemudian, “ddaarrrkkk..” Rahel pingsan dan jatuh dari kursinya.
“Tolong donk, Rahel pingsan nih..” Ucapku dengan lentang.

Karena tak kunjung siuman, dan suhu badannya semakin panas, Rahel di bawa ke rumah sakit. Esoknya di sekolah dia terllihat masih pucat.
“Rahel, kalau kamu belum sembuh total, gak usah masuk aja kale’, buat istirahat aja.” Saranku
“Aku udah sembuh koq Ra.” Jawab Rahel dengan suara yang lesu.

Esoknya Rahel tak masuk, esoknya lagi juga enggak, terhitung 8 hari dia tak masuk. Aku mencoba menghubunginya, tapi hp nya gak aktif. Saat Rahel tak ada aku merasa kesepian sekali, serasa sunyi dan taka da yang seru. Dua hari kemudian ada telfon masuk di hp ku, ternyata dari Rahel, “Bisa bicara dengan Clara, saya Rahel..”
“Aku Clara, hel. Akhirnya aku denger suara kamu juga, kemana aja kamu kok gak ada kabarnya sieh, di hubungin juga gak bisa, apa yang terjadi sama kamu?”. Tanyaku dengan penasaran.
“Clara, tenang aja deh, aku tuh di sini baik-baik aja. Saat aku gak masuk sebenernya aku ngurus pindahan sekolahku..”
“Appaaaa? Pindahan sekolah? Kamu pindah sekolah. Kok mendadak, tanpa crita sama aku dulu.. “(raut muka kaget).
“Yaa, aku pengen aja pindah sekolah, aku gak betah sekolah di situ. Maaf deh kalau aku gak crita dulu ma kamu. Jaga diri mu baik-baik ya di sana, yang serius juga kalau sekolah, jangan nakal ya sahabatku sayang..”
“Kamu ngomongnya enteng banget sieh, pindah sekolah gitu aja tanpa ada alasan yang jelas. Katanya sahabat, harusnya kamu gak ninggalin aku di sini sendirian dong, aku kesepian tanpa mu, galau banget aku saat kamu tak di sini. Hikz hikz hikz.” Ucapku sambil menangis.
“Clara, walaupun kita terpisahkan oleh jarak yang jauh, tempat yang berbeda, namun kau selalu ada di hatiku dan posisimu tak kan pernah tergantikan di hatiku. Makasih ya atas segalanya yang telah kau beri padaku, makasih juga karena telah mau menjadi sahabatku dan maaf ya jika aku punya salah sama kamu. Aku yakin tanpa ku di samping mu, kamu pasti bisa melewati semuanya. Jaga diri mu baik-baik ya sobat. Good bye.”
“Tuuuuuttt..” telfon langsung terputus.

Saat ini aku hanya bisa menangisinya, kenapa dia mengambil keputusan itu, dan ucapan terakhirnya membuatku semakin sedih saja.
Hari-hariku tanpanya sangat membosankan, rasa sepi seakan membunuhku, sampai ketika ada tukang pos yang mengantarkan surat padaku. Ku buka amplop berwarna merah, dan ku baca tulisan yang ada di secarik kertas warna merah bertinta hitam.

Dear Clara,
Aku senang selama hidupku, ada seseorang yang selalu setia menemaniku saat suka maupun duka. Dia bisa membuatku selalu tersenyum, selalu menghapus air mata yang ku teteskan, dan hanya Dia yang membuat hidupku lebih berwarna. Dia adalah CLARA. Clara, maafkan aku, di saat aku masih bernafas, aku belum bisa membalas kebaikan mu.
Aku ingin mengungkapkan sesuatu , sebenarnya yang mengambil dompet dan uang mu itu aku, sebenarnya aku tak mau melakukan itu tapi keadaan yang memaksa ku. Aku menggunakannya untuk mebeli obat. Aku menderita kanker otak, yang tak bisa di selamatkan lagi. Aku bilang kalau aku pindah sekolah agar kamu tidak terlalu beban dengan semua yang aku alami. Aku sudah sering membuatm susah.
Sebelum aku menutup mata dan berhenti bernafas, aku menulis surat ini untuk mengatakan Terima kasih atas segala yang kau beri padaku dan maaf atas segala hal salah yang telah ku perbuat pada mu. Walaupun kita berada di dunia yang berbeda tapi kamu selalu ada di hati ku.
Please, Never Forget Me Sobat 
Sahabatmu
Rahel
Derai tetesan air mata ini seakan tak bisa berhenti saat mengetahui bahwa dia meninggalkan ku untuk selamanya. Aku tak menyangka secepat ini kami terpisah di dunia yang berbeda. Rasanya hati ini sakit terasa di iris-iris. Mengapa aku harus bertemu dengan dia jika pada akhirnya berpisah juga. Siapa yang akan menemaniku, apa aku harus terbunuh oleh rasa sepi lagi?. . .

(1 minggu kemudian)

Aku tak mau larut terlalu lama dalam kesedihan ini. Kan ku tutup lembaran lama yang telah ku isi bersamanya, dan kini ku mulai mebuka lembaran baru lagi tanpanya, tanpa Rahel. Mulai sekarang kan ku jalani hidup ini seperti sedia kala.
Good bye forever Rahel, semoga di alam damai sana kau bisa tenang dan bahagia selalu. Never forget me okay……

Mengapa di pertemukan jika pada akhirnya berpisah? Jawabannya adalah kita di pertemukan dengan seseorang agar hidup kita lebih berwarna dan saat bersama dia agar kita bisa mendapatkan pelajaran yang berharga dalam hidup meskipun pada akhirnya perpisahan yang terjadi. Maka, selama kita masih bersamanya, lakukanlah yang terbaik untuknya yang kita bisa, agar kelak saat berpisah kita tak menyesal.

PROFIL PENUIS
Nama : Rendra Citra Pahlewi
Umur : 15 tahun
Akun Facebook : Rendra Citra Pahlewi

Baca juga Cerpen Persahabatan dan Cerpen Sedih yang lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar