Sabtu, 28 April 2012

Cerpen Remaja "Galih dan Ratna Versi 2012"

GALIH DAN RATNA VERSI 2012
Cerpen Dian Putri Ramadhani

Sejak awal Dhea duduk dibangku SMA, sejak itu pulalah ia mengalami masa pubertasnya. Hari-harinya seolah mendung, ia mengalami perkembangan hormon yang pesat. Ya, wajahnya ditumbuhi jerawat. “Eh, Dhea emangnya lo jarang cuci muka ya? Muka lo jerawatan gitu. Hahahaha” Ledek Sinta diikuti tertawaan teman-teman sekelasnya yang lain. Dhea hanya bisa terdiam merunduk ia merasa sangat malu. “Eh pada ngapain lagi kalian, mau ngeledek jerawat Dhea lagi? Ga kapok ya kalian, pergi sana” Sembur Gia mengusir teman-temannya. “Lo, gak apa-apa kan Dhe?”Ujar Gia khawatir. “Huftt gak kenapa-kenapa kok Gi, thx ya” Jawab Dhea lesu. “Tuh kan , kenapa sih mereka, gak ada kapok-kapoknya ngeledek jerawat lo terus. Kesel banget gue Dhe”Ucap Gia kesal. 

Dhea hanya bisa terdiam ia sebenarnya sudah tidak tahan lagi diolok-olok terus soal wajahnya yang berjerawat itu. Ia bahkan sering dipanggil “Monster” oleh cewek yang paling jutek dikelasnya, Dhea bahkan hanya punya Gia, sahabatnya satu-satunya. Hanya Gia yang mengerti dirinya, hanya Gia jugalah yang selalu memberinya semangat disaat-saat terberatnya. Ditengah ledekan anak-anak lain yang tidak memikirkan perasaannya. “Dhe, pulang sekolah nanti kita ke apotek yu kita cari obat jerawat yang cocok buat lo”Saran Gia bersemangat. Dheapun membalasnya dengan senyuman penuh harapan. Setelah sampai dirumah Dhea segera meminum obat jerawat yang dibelinya bersama Gia tadi. “Ya tuhan semoga obat ini manjur, jerawatku hilang dan teman-temanku berhenti menghina diriku, amin”Harapnya yakin. Setelah sebulan kemudian Dhea kembali lesu, karena ia tidak menemukan hasilnya. Ditatapnya cermin kecil ditangannya Ia melihat wajahnya masih sama, jumlahnya pun tak berkurang sedikitpun. Malah dibeberapa jerawatnya justru bertambah merah. 
 
Dhea langsung menaruh cerminya disakunya kembali, ia tak berani menatap wajahnya lagi. Ia makin merasa down, ia putus asa dan merasa serba salah.”Ya tuhan, kenapa jerawatnya belum pergi juga? Hiks-hiks”Bisiknya dalam hati. “Wey , Dhea ngelamun aja? Kenapa lagi sayoong?”Suara Gia memecah lamunannya. “Eh Gia, nggak kok nggak ngelamun. Oia lo abis dari mana?”Tanya Dhea membuka obrolan. “Gak dari mana-mana kok, eh kantin yuk lapeerr nih ogut”Jawab Gia sambil mengelus perutnya yang kurus. Disambarnya tangan Dhea menuju kantin. “Ta..tappi disana gak rame kan Gi? Gue malu”Ujar Dhea terbata-bata. Benar dugaannya, kantin ramai sekali. Penuh sesak dengan teman-teman sekelasnya yang membuatnya hampir mati karena malu. “Dhe, mau pesen apa? Gue juga mau pesen nih, sekalian”Tanya Gia cepat. “Orange Juice aja deh Gi”Jawab Dhea pelan. Selama Gia pergi memesan makanan Dhea duduk sendiri dan ia tidak berani menatap kearah teman-temannya yang berada tak jauh dari mejanya. Namun, kehadiran Dhea ternyata sudah diketahui oleh teman-temannya yang iseng mulai meledek Dhea lagi. 

Dhea lagi-lagi hanya terdiam, ia kembali malu. Didepan banyak orang, Sinta meledeknya dengan lantang membuat Dhea tidak tahan menahan malunya yang sudah memuncak. Ia ingin menangis, namun ia tidak mau terlihat cengeng dihadapan orang banyak. Dhea memutuskan untuk meninggalkan kantin, dengan wajahnya yang memerah. “Eh, Si monster pergi tuh, hahahhahhahaha”Sembur Sinta terbahak-bahak. Teman-temannya pun ikut menertawakan kepergian Dhea. Langkah kakinya cepat, ia ingin segera ketoilet untuk memecahkan tangisnya. Dhea berjalan cepat hingga ia tidak memerhatikan sekitarnya, sampai ia menabrak seseorang dan terjatuh. “Aww.. ”Rintihnya kesakitan. Ia menatap orang yang ia tabraknya , ternyata dia menabrak Gusti kapten basket yang ia idolakan sejak dulu. Wajah Dhea makin memerah karena malu “Ma.. aaf ya”Ucapnya terbata sambil merunduk. “Oke, ga apa-apa kok hati-hati ya lain kali”Balas Gusti ramah, lalu berlalu dari hadapannya. “Gusti, ”Bisiknya pelan. Langkahnya kini pelan menuju toilet. Ia masih terbayang-bayang kejadian tadi, ia tergetar karena untuk pertama kalinya ia bisa menatap wajah Gusti dengan jarak sedekat itu. Senyum simpulpun merekah dari bibirnya yang merah, ia pulang dengan hati gembira. Dhea masih membayangkan wajah Gusti, seusai mengerjakan PR bahasa inggrisnya Dhea meraih laptopnya dan membuka facebook. Dhea menulis nama “Gusti Adriansyah” dikolom pencarian lalu membuka profilnya. Ditatapnya foto profil Gusti. 

Lamunannya pun melayang-layang, ia kembali memikirkan Gusti, panggeran dalam istana cintanya. Gusti sangat indah, bukan hanya karena ia tampan atau karena dia kapten tim basket, namun ia menyukai gusti karena sifatnya yang baik, ramah dan jauh dari kesan angkuh. Buatnya Gusti adalah cowok yang pantas untuk dicintai, mungkin rasa suka terhadap Gusti bukan hanya milik Dhea seorang. Disekolahnya banyak sekali yang jatuh cinta padanya, bahkan ada yang sampai membuat fans club di facebook dan twitter. 

Namun Gusti tak terdengar memiliki pacar disekolahnya. Ia anak yang kalem, temannya banyak namun hanya satu teman yang selalu bersama dirinya. Yaitu Renny, dari kabar yang Dhea dengar mereka sudah bersahabat sejak SMP dulu. Keakraban mereka membuat banyak fans Gusti iri bukan main. Termasuk Dhea, namun ia segera sadar akan posisinya yang hanya penggemar si idola yang tidak memiliki hak apapun untuk merasa cemburu pada Gusti. 

Keesokan harinya Gia menepuk pundaknya, “Woy kemarin kemana Dhe? Masa gue ditinggalin gitu aja sih. Tega banget deh lo”Ujar Gia cemberut. “Sorry Gi kemarin gue sakit perut , gue langsung lari ke toilet”Jawab Dhea berbohong. “Yakin? Bukan karena si Sinta yang ngeledek lo lagi kan? Dhe, gue mau lo gak usah dengerin mereka lagi. Mereka itu Cuma haters yang mau bikin lo ngedown. Mereka iri sama prestasi lo yang gemilang. Lo cantik Dhe, lo juga anak cerdas lo gak perlu malu hanya karena jerawat diwajah lo Dhe”Ujar Gia panjang lebar. “ah bisa aja deh lo Gi, hehehe iya mulai hari ini gue mau jadi orang yang kuat dan gak mau minder lagi”Sahut Dhea tersenyum lebar. Perasaan Dhea sedikit plong, ia bahagia karena selalu ada Gia yang menguatkan dirinya. 

Entah apa jadinya ia tanpa dukungan Gia yang begitu kuat pada dirinya. Saat bell istirahat tiba Dhea membuka rapat tim madingnya, Dhea sebagai ketua eskul mading yang aktif sangat menyukai dunia tulis menulis. Bahkan cerpen yang ia tulis sempat beberapa kali dimuat dimajalah. Kemampuannya itu tak hanya ia gunakan sendiri. Dhea selalu membantu teman-temannya yang ingin belajar menulis padanya. Dhea dikenal ramah dan pintar oleh semua guru-guru disekolahnya. Atas prestasinya yang banyak membawa nama sekolahnya guru-gurupun komapk mengusulkannya sebagai pemeran utama dalam pementasan perpisahan kelas 3 nanti. Ia dicalonkan sebagai “Ratna” dalam pementasan yang diadaptasi dari film lama berjudul “Gita Cinta Dari SMA”. Mendengar kabar itu Dhea kaget bukan kepalang, ia sama sekali tidak menyangka akan terpilih menjadi peran utama dalam pementasan yang paling bergengsi disekolahnya itu. Menyadari akan hal itu, Dhea merasa minder dan tidak percaya diri bisa berperan dengan baik. 

Apalagi jerawat diwajahnya yang seperti menghalangi langkahnya. Namun, Gia kembali mendorongnya untuk maju. “Udah lah Dhe ngapain lo pusingin masalah jerawat lagi. Gue mau lo maju dan terima peran ini, gue yakin lo pasti bisa”Ujar Gia bersemangat. “Tapi.. Gi”Potongnya gemetaran. “Ssstttttt”Bentak Gia keras. Dhea jadi galau, perasaannya bercampur aduk akankah bisa melakukannya, terlebih tidak ada teman-temannya yang mendukungnya. Sudah terbayang bagaimana cercaan teman-temannya yang meledeknya kejam. Dhea binggung, saat dikelas pun ia tidak bisa melakukan apa-apa ia terus menerus memikirkan pementasan itu. Sampai Gia datang terburu-buru “Dheeaaa”Jerit Gia lantang. “Ada kabar gembira Dhe, haha pasti lo bakal seneng banget deh”Ujar Gia sumringah. “Kabar apa Gi?”Sahut Dhea penasaran. “Yuk, kita kemading sekarang ada info penting”Sembur Gia sambil menarik lengan Dhea dengan cepat. ‘Pemeran Galih dalam pementasan “Gita Cinta Dari SMA” : Gusti Adriansyah’. Baca Dhea terkejut. “Gu.. gusti Gi?”Tanyanya heran “Iyaa, Dhe, cieee selamat yaa hahaha”Jawabnnya tersenyum. Setelah hari itu Dhea da Gusti jadi sering bersama untuk latihan drama berdua. Dhea pun sudah mulai melupakan rasa mindernya dulu, juga rasa malu akan jerawatnya yang dulu menyurutkan langkahnya. 

Namun kini , ia sudah jadi orang yang lebih optimis berkat Gia sahabatnya juga Gusti panggeran impiannya yang kini menjadi panggeran nyatanya dalam drama. Setelah berminggu-minggu disibukan dalam latihan yang rutin. Akhirnya esok hari itu akan segera tiba. Kenyataan indah itu ternyata terbawa sampai mimpi oleh Dhea. Dalam mimpinya Gusti dan dirinya sedang memerankan Galih dan Ratna dengan baik, mereka kelihatan serasi dengan akting mereka yang keren, membuat semua mata terhanyut dalam pementasan mereka. Gusti tersenyum manis pada Dhea, Dhea merasa seperti melayang dalam mimpinya sendiri. 

Tiba-tiba suara alaram mengejutkan mimpinya. Dhea terjaga dari tidurnya, ia mematikan alaramnya dan tersenyum lebar. Memulai harinya dengan berjanji akan selalu bersikap optimis dan percaya diri terhadap apapun yang akan ia kerjakan. Dheapun beranjak dari kasur dan bersiap menghadapi pementasan itu untuk membuktikan kata hatinya.

PROFIL PENULIS
Nama : Dian Putri Ramadhani
TTL : Lampung, 14 Januari 1995
Umur : 17 Tahun
Status : Pelajar
Alamat : Jl.Nilam 02 rt/04 rw/10 kranggan permai, bekasi 17434
Sekolah : SMK Hutama Bekasi

Baca juga Cerpen Remaja yang lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar