Jumat, 13 April 2012

Siapa Ayahku??? - Cerpen Ayah Terbaru

SIAPA AYAHKU??
Cerpen Ony

Kletek …
Aku mengalihkan perhatianku dari Komik Detektif Conan yang sedang kubaca. Kulirik jam dinding di kamarku. Jarum jam menunjukan pukul 22.00 wib. Aku menghela nafas. Terdengar suara deru mobil
“Selalu aja, kemana sich Ayah ?” gumamku sambil menyibak tirai kamarku. Aku mengintip dari balik jendela kamarku. Terlihat mobil Ayah keluar dari garasi, lalu perlahan menuju ke jalan raya, lalu hilang di kegelapan malam. Aku menghela nafas. Apa sich yang selalu dikerjakan malam-malam begini ? Ini juga bukan yang pertama kalinya. Tapi sejak sebulan terakhir ini Ayah selalu keluar rumah tengah malam, malah kadang pulangnya 2 hari kemudian. Memang sich selama ini Ayah sering berpergian malam-malam tapi pulangnya tidak sampai berhari-hari. Ayahku juga sangat misterius & tertutup. Setiap hari wajah Ayah terlihat pucat & matanya merah . Pasti gak akan ada yang percaya bahwa sampai saat ini aku gak tau apa pekerjaan Ayahku. Yup, selama 15 tahun aku hidup di dunia ini, aku sama sekali gak tau. Sumpah. Kadang Ayah bersantai di rumah. Tapi, kadang Ayah tiba-tiba pergi tanpa memberi tahu. Kadang aku suka iri pada teman-temanku, mereka sering membanggakan pekerjaan Ayah mereka. Ada yang Dokter, anggota DPR, pengusaha. Sementara aku ? Sering aku bertanya kepada Ibu apa pekerjaan Ayah tapi Ibu hanya tersenyum menanggapinya. Aku juga gak dekat dengan Ayah. Ayah di mataku seperti orang asing. Ya, aku jarang berbicara dengan Ayah, malah hampir gak pernah. Kadang cuma pas Lebaran, itupun kalau Ayah gak tiba-tiba pergi.
Aku menguap dengan lebar. Kulirik lagi jam di dinding. Menunjukkan pukul 23.00 wib. Waktunya tidur. Aku segera menarik selimut dan tertidup lelap.

Di sekolah aku gak dapat menahan kantukku. Saat jam istirahat aku menelungkupkan kepalaku di meja berusaha untuk tidur. Tapi tiba-tiba saat aku mulai terlelap , terdengar suara berisik teman-temanku.
“Iya dy hilang secara misterius, sampe sekarang belom ketemu.” terdengar suara seorang cewek. Aku mengangkat kepalaku. Ternyata itu suara Tere.
“Siapa yang hilang ?” tanyaku sambil menghampiri mereka.
“Masa kamu gak tau cha, itu tuh si Reina.” jawab Tere. Tere memang selalu update info-info terbaru, gak heran dia ratu gossip di SMA Velacity ini. Walaupun baru kelas 10, dia udah terkenal dengan gosipnya.
“Reina anak 10_A ya, emang kapan hilangnya ?” tanyaku lagi sambil duduk di samping Tere, seketika ngantukku hilang.
“Kemaren siang sekitar jam 3, kayaknya diculik dech.” Tere mulai melancarkan gossip- gosipnya.
“Kayaknya yang nyulik orang yang sama, kan akhir-akhir ini sering terjadi penculikan misterius, yang penculiknya gak minta uang tebusan.” jelas Lia sahabat Tere. Aku hanya menganggukkan kepala. Memang akhir-akhir ini di media masaa sedang marak-maraknya berita tentang penculikan misterius. Yang jadi korbannya para ABG. Ibu sering mengingatkanku agar selalu waspada bisa-bisa aku diculik. Tapi aku gak perlu khawatir, jika ada yang berani macam-macam denganku, aku akan langsung menggunakan teknik nage waza* dalam judo, yaitu tenik membanting. Begini-begini aku seorang judoka dan terlebih lagi aku sudah dan* lima.
“Makanya, kalian tuh jangan main ke tempat yang sepi bisa-bisa kalian diculik.” Aku mencoba menasihati mereka. Mereka hanya menatapku.
“Kamu tau gak, pas Reina diculik dia tuh sama keluarganya,lagi makan di restoran, itu kan ditempat ramai.” Lia memasang wajah serius. Aku sedikit terkejut, bagaimana bisa seseorang di culik di tempat yang ramai. Bisa jadi penculiknya seseorang yang professional.
“Aku jadi penasaran.” kataku sambil menerawang. Tiba-tiba bel tanda istirahat berbunyi. Aku segera kembali ke tempat dudukku.


Hari ini aku pulang dengan lunglai. Pelajaran terakhir tadi diadakan ulangan mendadak, aku yang memang hanya belajar jika hanya ada ulangan aja jelas kelimpungan. Bisa-bisa ulangan kali ini aku remedial. Aku mengayuh sepeda ku dengan enggan, dari SMP sampai kelas 1 SMA ini aku selalu pulang pergi ke sekolah menggunakan sepeda. Walaupun teman-temanku hampir seluruhnya pergi ke sekolah menggunakan motor, malahan ada yang menggunakan mobil, tapi aku lebih menyukai naik sepeda. Bagiku naik sepeda lebih menantang daripada naik motor ataupun mobil. Lagian, bukan aku sendiri yang naik sepeda, ada Dicky sahabatku yang sekaligus tetanggaku dari kecil.
“Kok muka kamu murung banget,” Dicky mengayuh sepedanya mendekatiku. Aku hanya menatapmya dengan wajah yang memelas. Jangan bilang dia gak tau kenapa aku begini.

Dicky hanya tertawa melihat tampangku yang semakin kecut. Dia memang hobi menggodaku. Aku membelokkan sepedaku ke dalam pekarangan rumahku. Dicky melambai ke arahku dan masuk, rumahnya di depan rumahku.
Dengan lesu aku memasuki rumahku. Pada jam-jam segini rumahku memang sepi, Ibu pasti lagi mengurus salonnya, Kakakku sedang kuliah dan kalau pulang sore, sementara Ayahku ? Kadang-kadang dia ada, kadang-kadang menghilang. Saat melewati ruang kerja Ayah, kulihat pintunya sedikit terbuka. Dengan penasaran aku mengintip. Gak ada siapa-siapa didalam. Rasa penasaranku terhadap Ayah membuatku ingin masuk ke dalam, siapa tahu Ayah menyimpan rahasianya di ruang kerjanya. Seketika naluri detektif ku muncul. Dengan perlahan-lahan aku memasuki ruang kerja Ayah.
Sebenarnya ruang kerja Ayah gak ada yang aneh. Terdapat meja kerja & juga lemari. Tapi di atas meja berhamburan kertas-kertas. Bak Shinichi Kudo dalam Komik Detektif Conan aku segera mencari tahu apa itu. Selain kertas-kertas yang tak kumengerti isinya berhamburan juga foto-foto orang. Aku mengamati foto-foto itu. Foto itu kebanyakan foto cewek yang umurnya kira-kira sama denganku. Seketika aku terkejut, diantara foto-foto itu aku mengenali salah satunya. Ya, itu foto Reina temanku yang hilang kemarin malam. Aku membalik foto tsb, ternyata ada tulisannya.

24 maret 15.00. Begitu yang tertulis.
“24 maret kan kemarin ? Tere juga bilang Reina hilang jam 3 sore, jangan-jangan ini ada hubungannya dengan Ayah.” Aku kembali melihat-lihat foto tsb. Aku kembali terkejut menemukan foto Tere di antara foto-foto itu. Aku membaliknya.
25 maret 15.00
Hari ini tanggal 25 martet. Berarti Tere akan diculik jam 3 sore ini, aku melihat jam di tanganku. Jam 14.59 cepat-cepat kuambil ponsel di saku bajuku. Segera aku menelfon Tere. Nomornya gak aktif. Seketika aku memucat. Tiba-tiba kulihat laptop Ayah diatas meja. Ternyata Laptop itu sedang menyala. Terdapat fitur e-mail. Ternyata Ayah mendapat sebuah e-mail.

Kubaca e-mail misterius itu.
“malam ini datanglah ke tempat yang tak terlihat rembulan, tapi kaya akan suara”
Kuambil secarik kertas dan pena di dalam tasku. Segera kucatat kata-kata itu. Dengan tergesa-gesa aku mencatatnya. Setelah semua selesai segera aku mengendap-endap keluar dari ruang kerja ayah.

“Apa? Kamu serius Cha ?” teriak Dicky saat aku mencerikan kejadian di dalam ruang kerja Ayah. Saat ini kami sedang nongkrong di teras rumah Dicky. Aku segera menutup mulutnya.
“Jangan kenceng-kenceng ntar kedengaran orang tua kamu,” Aku melepaskan tanganku.
“Kamu udah telfon ke rumah Tere ?” kali ini Dicky berbicara dengan suara pelan.

Aku mengangguk,”Kata mamanya dia pergi berenang, kayaknya dia udah diculik,”
“Kenapa kamu gak tanya langsung sama Ayahmu?” tanya Dicky sambil duduk bersila di lantai.
“Aku gak berani, aku takut Ayah curiga, aku pengen menyelidiki semua ini, semua ini ada hubungannya dengan Ayah & pekerjaannya selama ini, kamu tau sendiri kan Ayahku sangat misterius,” jelasku.
“Jadi kita harus gimana ?” Dicky menopang dagunya di meja.
“Hanya ini satu-satunya petunjuk.” Aku mengeluarkan secarik kertas & memberikannya kepada Dicky.
“tempat yang tak terlihat rembulan tapi kaya akan suara ?” Dicky berfikir sejenak.”Tempat apa itu ? yang pasti ini tempat yang berisik , kayaknya ini di Mall dech, kan ga terlihat rembulan & juga di sana berisik,”

Aku menggeleng,”Gak mungkin,Ayah sering keluar diatas jam 10. Mall jam 10 udah tutup & yang jelas pasti sepi gak ada suaranya.”
Dicky kembali berfikir, alisnya bertaut, keningnya mengkerut. Itu tandanya dia sedang bingung. Kami berdua memang hobi dengan hal-hal yang berbau misterius & susah dipecahkan. Karena kami sama-sama menyukai Komik Detektif Conan, jadi gak heran kami ketularan gila teka-teki.
“Pokoknya male mini aku harus kesana, kemungkinan Ayah terlibat dalam kasus penculikan misterius ini, bisa-bisa nyawa Reina, Tere & remaja yang diculik lainnya terancam.” Kataku dengan yakin.
“Kamu yakin? Ini bukan masalah kecil, ini bahaya.” mata Dicky melotot ke arahku.
“Kalau kamu gak mau, aku bisa sendiri kok,” Aku berangkat dari dudukku & berjalan menuju rumahku.
“OCHAAAA..!!!
Aku gak memperdulikan teriakan Dicky. Aku harus menyelidiki semua ini.

Malamnya aku membongkar semua koleksi komik Detektif Conan milikku. Siapa tau aku bisa mendapatkan petunjuk. Tapi percuma saja, aku tetap gak bisa memecahkannya. Aku berbaring, sambil menatap langit-langit kamarku aku berfikir. Tiba-tiba ponselku bordering, kulihat nama ‘Dicky’ di layar ponselku. Aku mengangkatnya.
“Kenapa ? Mau mencegah aku lagi ?” tanyaku dengan nada ketus.
“Yeee, jangan jutek gitu donk, aku punya kabar gembira , aku udah tau tempat yang dimaksud ?” suara dicky terdengar riang. Seketika aku menjadi membuang segala kejutekanku.
“Beneran ? Dimana dick ?” tanyaku antusias. Aku segera berangkat.
“Kamu tenang aja, malem ini kita ke sana,”
“Kamu beneran mau ikut ? Kata kamu ini bahaya,” aku bener-bener gak percaya Dicky mau ikut.
“Kamu lupa ya ? Aku tuh si gila teka teki, gak mungkin aku melewatkan kasus yang misterius begini, kamu sekarang siap-siap jam, kita pergi setelah Ayah kamu pergi,” jelas Dicky.
“Siiiap Boos !” Aku berteriak kegirangan. Bisa jadi mala mini kami akan berpetualang mencasri tahu kebenaran tentang Ayahku. Siapa sebenarnya Ayahku ?

Aku mengintip keluar dari jendela. Kulihat Ayah sedang mengeluarkan mobil dari pekarangan rumahku. Setelah kupastikan mobil Ayah benar-benar sudah pergi. Aku memulai aksiku. Aku mengambil jaket & topiku.
“Tepat jam sepuluh.” Pelan pelan aku membuka pintu kamarku tanpa menimbulkan suara. Aku menuju kamar ibuku, kulihat Ibu sudah tertidur lelap. Lalu aku menuju ke kamar Kakakku, terdengar bunyi dengkurannya. Ternyata Kak Reno sudah tidur. Jadi semuanya aman. Aku menghela nafas lega. Segera aku menuju pintu belakang. Pelan-pelan kubuka pintu yang menyambungkanku ke garasi itu. Aku segera sepatu ketsku. Perlahan kubuka pintu garasi hingga menyisakan celah kecil untuk aku & sepeda ku lewat. Saat berada diluar aku merasakan hembusan angin yang kencang. Aku merapatkan jaket yang kupai. Kukayuhkan sepedaku menuju rumah Dicky. Terlihat sosok Dicky yang memakai topi sedang bersandar di sepedanya.
“Udah lama ya ?” Aku merapatkan sepedaku.
“Gak juga, kita berangkat sekarang,” ucapnya setengah berbisik. Aku mengangguk. Kami lalu mengayuh sepeda kami menuju jalan raya. Suasana jalan masih terlihat ramai oleh lalu lalang kendaraan.
“Kita mau kemana Dick ?” tanyaku sambil menyesuaikan sepedaku di samping Dicky.
“Kita mau ke Victory Mall .” Dicky menjawab tanpa melihat ke arahku. Seketika aku memberhentikan laju sepedaku. Dicky melakukan hal yang sama.
“Dicky, kan udah aku bilang, jam segini Mall udah tutup, gak mungkin disana.” tiba-tiba aku merasa kesal, bisa-bisanya Dicky membohongiku, berlagak udah tau tempatnya.
“Ocha dengerin aku dulu.” Dicky mencoba membujukku. Aku membuang muka. Dicky menghela nafas lalu mengeluarkan kertas dari dalam kantong jaketnya.
“Coba kamu liat ini dulu.” Dicky menyerahkan kertas itu kepadaku. Aku menerimanya masih dengan wajah yang jutek. Rupanya kertas itu adalah sebuah brosur.
“Raccing ? Maksudnya?” Aku bingung dengan brosur yang diberikan Dicky.

Dicky mengangguk mantap,”Di bassemant Victory Mall diadakin balap motor, di tempat itu kan gak terlihat sama bulan terus disana pasti berisik,” jelas Dicky mantap.
Dikotaku memang sering diadakan balap motor. Bassemant yang siangnya di jadikan tempat parkir, setelah Mall tutup dijadikan tempat untuk balap motor. Mall Victory salah satunya. Mall itu adalah Mall yang paling besar dikotaku. Seketika kekesalanku memudar & aku merasa bersalah terhadap Dicky.
“Maafin aku Dick, udah ngebentak kamu,” Aku meminta maaf dengan tulus.
“Iya gak apa-apa kok,” Dicky mengacak-acak rambutku. “Sekarang kita lanjutin lagi perjalanan kita.”
Aku mengangguk. Kukayuhkan sepedaku dengan cepat.

Aku menatap gedung bertingkat di depanku. Kulihat Dicky juga melakukan hal yang sama.
“Gimana kita bisa masuk ?Kita kan gak punya KTP.” Tanyaku kepada Dicky.

Peraturan menonton balapan di bassemant ini adalah orang yang berusia di atas 17 tahun. Yang jelas kami berdua yang belum mempunyai KTP gak bisa masuk.
“Tenang udah aku pikirin caranya, aku tau dimana pintu rahasia sehingga kita bisa masuk, sekarang kita sembunyiin sepeda kita di tempat yang aman.” Dicky turun dari sepedanya & menuntun sepedanya menuju semak-semak. Aku mengikutinya. Kami menyembunyikan sepeda kami di balik semak-semak itu.
Kami berjalan mengendap-endap, menuju samping gedung.
“Ini jalan pintasnya.” tunjuk Dicky pada sebuah celah antara dua ruko yang menyambung ke dalam basement. Aku mengintip dari celah yang ukurannya sangat sempit itu. Tapi gak terlihat apa-apa di dalam gelap. Tapi terdengar suara knalpot motor yang memekkan telinga.
“Emang muat masuk sini ?” tanyaku dengan pesimis.
“Pasti muat kita coba dulu aja, kamu duluan.” perintah Dicky. Aku menurut. Aku mencoba masuk ke dalam celah itu dengan posisi badan menyamping. Yup, muat walaupun agak sempit dan aku harus jalan pelan-pelan. Setelah aku masuk Dicky mengikutiku. Untung saja badan Dicky gak besar, bisa-bisa dia gak bisa masuk. Di dalam sini sangat gelap. Aku mempecepat langkahku, tapi sangat susah. Saat di ujung aku keluar dengan hati-hati, takut orang-orang mencurigaiku. Dicky pun melakukan hal yang sama. Tapi orang-orang gak memperhatikan kami. Mereka sibuk menonton balapan yang sedang berlangsung. Kami berjalan dengan santai. Tiba-tiba langkahku terhenti.
“Dick…ituu..” tunjukku. Dicky mengikuti arah yang kutunjuk. Dia juga sama terkejutnya.
“Berarti dugaan aku bener, ini tempatnya.”

Terlihat Ayahku sedang berbicara dengan seseorang. Ayah memakai jaket kulit hitam. Dan yang membuat aku heran Ayah merokok. Sungguh, aku gak percaya Ayah seperti ini. Ayah pernah memarahi habis-habisan Kak Reno karena ketahuan merokok. Dia bilang rokok itu gak baik , bla bla bla.. Tapi dia sendiri merokok.
“Dick, pakai jumper jaketnya, ntar kita ketahuan,” Aku segera memakai jumper jaketku & menurunkan topiku hingga menutupi sebagian wajahku bisa gawat kalau sampai ketahuan Ayah. Dicky mengikuti kata-kataku.
Kami memperhatikan gerak-gerik Ayah. Dengan gaya seorang detektif kami mengikuti Ayah yang berjalan menuju ke arah salah satu bekas ruko yang terdapat jauh dari keramaian. Ayah masuk ke dalam ruko itu. Kami bersembunyi di balik jendela untuk menguping percakapan itu. Aku mengintip dari balik jendela itu. Suasana dalam ruko itu remang-remang. Terlihat Ayah menghampiri laki-laki berjubah hitam yang berdiri didalam ruko itu. Laki-laki itu mengingatkanku kepada Gin & Vodka salah satu pimpinan anggota hitam dalam komik Detektif Conan. Pria itu sangat menyeramkan.
“Bagaimana ?” terdengar suara Ayahku. Aku memasang telingaku untuk mendengar percakapan mereka.
“Tenang, mereka semua disekap dalam gudang penyimpanan, “ terdengar suara berat, pasti suara pria berjubah hitam itu. Deg ! jantungku berdetak. Ternyata Ayah terlibat dibalik kasus penculikan misterius yang akhir-akhir ini terjadi. Ayahku ternyata orang yang jahat. Ternyata selama 15 tahun ini aku hidup dengan seorang penjahat. Mengetahui semua ini dadaku terasa sesak. Aku benar-benar malu mempunyai Ayah seorang penjahat. Aku kecewa dengan semua ini. Begitu hebatnya Ayah menyembunyikan semua ini dari Aku, Ibu & juga Kak Reno. Seketika amarahku memuncak. Tanganku mengepal.
“Dick, kamu tunggu disini aku mau ke gudang penyimpanan,” aku berangkat dari dudukku. Tapi Dicky menahan tanganku.
“Aku ikut cha,” Dicky hendak berdiri tapi aku menahannya.
“Kamu tunggu disini, kamu awasi mereka.” kataku sambil menatap mata Dicky. Dicky sepertinya khawatir terhadapku. Tapi aku menatapnya dengan pandangan-aku akan baik-baik saja-. Dicky lalu mengangguk. Dengan hati-hati aku berjalan menuju gudang penyimpanan yang letaknya gak jauh dari situ. Ternyata di depan gudang penyimpanan berdiri dua penjaga. Itu tak masalah bagiku dengan mendendap- endap ke belakang salah satu penjaga lalu memukul tengkuknya. Penjaga itu pingsan. Penjaga yang lain melihat temannya pingsan segera melakukan tindakan. Dia memegang bahuku, segera aku membantingnya dengan teknik nage waza, lalu menguncinya dengan teknik katame waza*. Saat dia gak bisa melawan lagi,aku memukul kepalanya, sehingga dia pingsan. Aku segera berangkat sambil mengibas-ngibaskan kedua telapak tanganku. Aku membuka pintu gudang tsb. Terlihat pemandangan yang mengejutkan bagiku. Terdapat kira-kira 10 orang cewek yang di ikat diantaranya ada Reina & Tere. Tere berteriak melihat kedatanganku. Aku segera menghampirinya & membuka lakban di mulutnya.
“Kok kamu bisa tahu aku diculik Cha, aku gak nyangka kamu nyelamatin kami semua,” aku gak memperdulikan ocehan Tere, aku membuka ikatan di tangannya.
“Ternyata benar dugaanku, masih ada tikus nakal lagi.” terdengar suara berat dari arah belakangku, aku menoleh. Seketika aku terkejut, aku melihat pria berjubah hitam itu. Kulihat di sampingnya pengawal yang memegangi Dicky yang babak belur.
“Dicky … kalian apakan temanku !” Aku gak percaya kami ketahuan. Tapi dia antara mereka gak ada Ayahku.
“Sudah kubilang, kalau kau mau mengaku kau tidak akan babak belur begini,” Pria itu menendang Dicky & melemparkannya ke arahku. Aku menangkap Dicky.
“Ocha …” suara Dicky melemah.
“Kurang ajar !” teriakku sambil berangkat & hendak menghajar pria itu. Tapi para pengawalnya siap menghadapiku. Dengan amarahku aku menghajar penjaga-penjaga itu. Dengan sekejap para pengawal itu habis kuhajar. Tinggallah pria berjubah hitam itu. Dia tersenyum sinis.
“Ternyata kau wanita yang kuat juga, tapi sayangnya kau tak akan bisa melawankku,” Pria itu mengeluarkan sesuatu dari dalam jubahnya. Sesuatu itu membuat aku terkejut. Dia mengeluarkan pistol. Dan mengacungkannya kepadaku. Terdengar teriakan Tere.
“Sebenarnya aku malas berurusan dengan wanita apalagi membunuhnya, tapi kau sudah mengetahui kejahatanku & kau pantas mati,” pria itu menarik pelatuk pistolnya. Aku memejamkan mataku. Mungkin ini memang akhir hidupku. Selamat tinggal dunia !

DOOORRR !!!
Terdengar suara tembakan, aku semakin kuat memejamkan mataku agar mengurangi rasa sakitnya nyawaku dicabut. Tapi, kenapa aku tidak merasakan apa-apa? Aku tidak merasakan sakit. Apa ini yang dinamakan kematian? Saat kita akan mati kita gak akan merasaka apa-apa? Aku mulai membuka mataku, barangkali aku sudah di surga atau mungkin di neraka. Tapi yang aku dapatkan melihat pria berjubah hitam itu ambruk di depanku dengan memegangi kakinya yang bersimbah darah. Dan yang lebih mengejutkan lagi, aku melihat Ayahku mengacungkan pistol ke pria itu.
“Kau ditangkap Jack, semua sudah tau perbuatanmu.” Ucap Ayah lantang. Di sekeliling ayah terdapat orang-orang yang memegang pistol. Aku semakin bingung dengan semua ini.
“Kauu..kauu..” Pria berjubah hitam yang bernama Jack itu menunjuk Ayah.
“Tangkap dia !” perintah Ayah, orang-orang yang berada di sekeliling Ayah itu segera menangkap Jack & juga pengawal-pengawalnya. Sementara yang lain membuka ikatan orang-orang yang disekap. Ayah menghampiriku.
“Ocha, kamu tidak apa-apa ? sudah Ayah duga, pasti kamu yang masuk ke ruang kerja Ayah.”
Aku beringsut, aku takut. “Siapa Ayah sebenarnya ?” tanyaku. Aku melirik pistol ditangan Ayah.

Ayah sepertinya tau aku sangat ketakutan. Dia menyimpan pistolnya.
“Ocha,,jangan salah paham, dengarkan Ayah dulu,” Ayah menatapku dengan tatapan kasih saying. Tatapan yang pertama kali kulihat dari Ayah. Karena selama ini Ayah gak pernah menatapku.
“Apa hubungan Ayah dengan semua ini ?” aku mengalihkan pandanganku.

Ayah menghela nafas,”Mungkin sekarang saatnya kamu tahu,” Ayah mendekatiku & duduk disampingku.”Ayah adalah seorang Intel. Tugas Ayah menyelidiki sebuah kasus. Pekerjaan ini memaksakan Ayah untuk menyamar. Dan sekarang Ayah menyelidiki kasus pembunuhan misterius ini. Mereka menculik gadis remaja untuk dijual ke luar negri.”
“Trafficking ?” tanyaku sambil menatap Ayah. Aku mulai tertarik dengan ceritanya.

Ayah mengangguk.”Ya, Ayah menyamar menjadi salah satu penyalur. Dan mereka percaya.” Jelas Ayah
“Jadi Ayah bukan penjahat ?”

Ayah tertawa mendengar ocehan ku. “Ya bukanlah ocha sayang, ini menyebabkan Ayah & Ibu merahasiakan pekerjaan Ayah kepada kamu & Reno, karna pekerjaan ini berbahaya & gak sembarang orang yang tahu.”
Aku hanya mengangguk. Ternyata Ayah merupakan seseorang yang hangat, aku sangat menyesal telah menyangka yang gak-gak tentang Ayah. Ternyata Ayah seorang yang baik. Pekerjaan Ayah malah patut dibanggakan karena bisa-bisa membahayakan Ayah. Aku ingin menangis.
“Sekarang kamu ikut pulang ya.” Ayah menarikku untuk berdiri.
“Tapii yah,” Aku melirik Dicky yang sedang diobati oleh salah satu tim medis. Dia sudah sadar & keadaannya mendingan, dia tersenyum kepadaku.
“Aku juga bakal ikut pulang bareng kamu kok,” Dicky bangkit & meraih tanganku. Walaupun wajahnya bonyok dia tetap manis. Ah beruntung aku mempunyai sahabat seperti dia. Aku mengangguk & mengikuti Ayah.

Ah, akhirnya sekarang aku tahu siapa Ayahku. Dia memang bukan Dokter, dia memang bukan seorang pejabat ataupun anggota DPR. Dia juga bukan pengusaha terkenal.
Tapi dia .. AYAHKU ☺
THE END

NB :
*Nage Waza : gerakan dalam judo yang dengan membantingnya dg tenaga & kecepatan dg punggung membentur lantai terlebih dahulu
*Katame Waza : teknik dalam judo dengan mengunci lawan.
*Dan : tingkatan pada judo

mav ya kalau jelek .. kalau ada kesalahan harap dimaklumi, krna kesempuraan hanya milik tuhan :Dthank yg udah baca, jangan lupa jangan jadi readers misterius, tinggalkan jejak ...

dilarang copas !!

PROFIL PENULIS
0wh iy ,, Q dah bnyk cerpen n cerbung yg mw Saya Publish truz Cerpen/Cerbung ,, Comment yg banyak ya :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar