Jumat, 20 April 2012

Minggu Yang Mencekam - Cerpen Sedih

MINGGU YANG MENCEKAM
Cerpen Irfan Sona

Pagi itu, disudut kamar sepi aku terduduk sembari terpaku menatap layar laptopku. Sesekali mataku terpejam karena menahan rasa kantunk yang amat berat. Maklum semalaman begadang demi menyelesaikan dua tulisan sekaligus. Hari itu merupakan hari terakhir para santri monash institute liburan, dan kebetulan liburan kali ini saya tidak pergi kemana-mana hanya tinggal di asrama dengan Mr. Ulum. Melihat hari baru menunjuki pukul setengah tujuh, maka saya yang ketika itu masih sangat ngantuk mencoba untuk memejamkan mata sejenak. Tapi ternyata tidak bisa, sebab pikiran saya sudah melalang buana enath kemana. Kalau kata orang si “Badannya dirumah tapi hati dan pikirannya sudah jauh entah kemana.”

Aku terlihat seperti orang yang bego, maklumlah sudah siang tapi belum mandi. Bukan apa-apa tapi namanya juga lagi sendirian jadi mau ini malas, mau itu juga malas, jadi serba malas. Malasnya bukan berarti gak mau melakukan apa-apa, tapi Cuma malas mau mandi saja, soalnya masih dingin. Ketika saya lagi asyik memainkan keyboard laptopku, tiba-tiba aku teringat akan sesuatu. Dan aku menconba terus mengigat hal itu, sampai akhirnya aku sadar kalau ternyata hari itu hari minggu. Aku tertawa lirih melihat tingkahku yang sedikit konyol itu. Tapi mau diapakan lagi memang kenyataannya gitu.

Keasyikan bermain laptop membuat aku lupa segalanya, rasa lapar aja sudah gak aku perduliin, padahal aku belum makan dari malamnya karena mau makan juga gak ada makanan. Jadi terpaksa aku puasa dulu. Tapi karena rasa semangat untuk bermain laptop benar-benar membuat aku tidak ingat apapun, padahal aku belum mandi. Dan untuk melepaskan lelah, sesekali-kali aku berdiri sambil berjalan-jalan kecil untuk meluruskan pingang yang dari tadi duduk terus. Tak lama setelah itu, aku melihat ada Mr. Ulum keluar kamar entah apa yang dia perbuat aku tak tahu. Sebab aku memang lagi asyik dikamar sambil main laptopku.


Tiba-tiba aku teringat kalau aku belum juga mandi, padahal hari sudah menunjukan pukul setengah sebelas. Dalam hatiku bergumang kata-kata untuk menyuruh aku mandi. Akan tetapi aku tidak pernah menghiraukan itu. Sampai akhirnya aku benar-benar merasa gerah, barulah aku pergi mandi. Setelah mandi aku juga tidak pergi kemana-mana. Ya terhitung dari hari pertama liburan sampai hari minggu itu aku tidak kemana-mana, hanya menjadi penghuni asrama saja. Sebab aku juga malas mau keluar, toh kalau keluar aku juga gak tahu mau keluar kemana. Jadi ya mending aku diasrama aja.

Lagi-lagi aku memainkan laptopku, sambil membuka facebook dan email. Sesekali aku selingi dengan bermain game agar tidak jenuh. Sampai hari sudah menunjuki pukul setengah dua belas. Ketika itu aku tidakbelum melihat satupun dari anak asrama yang datang. Padahal menurut info yang aku dapatkan kalau anak asrama itu wajib datang pukul lima belas. Tapi sudah mau dhuhur ko satu orangpun belum datang, ada apa ini? Tanyaku pada diriku sendiri.

Lantunan suara gemuruh adzan memberikan suasana baru pada diriku, setelah seluruh tubuhku diguyuri air satu jam yang lalu sehingga menambahkan kesegaran dalam tubuhku. Akan tetapi ada satu hal yang membuat hatiku tidak merasa bahagia, sebab aku sebebarnya sangat ingin pulang dan bertemu adikku dirumah yang sangat aku rindukan. Tapi semua itu tidak bisa aku lakukan, lantaran mau pulang juga waktunya gak ada dan faktor keuangan juga tidak mendukung. Hal itulah yang membuat aku merasa sedih sekaligus merubah suasana menjadi sepi dan hampa. Kehundahan itu berlajut cukup lama, sampai-sampai dalam shalatku aku tak kuasa menahan diri. Walaupun gak menangis secara langsung, tapi alam hati aku sangat merasa sedih. Kenapa tidak? Sebab kerinduan yang sudah lama terjadi, namun pada saatnya dibolehkan pulang aku tidak bisa pulang.

Selesai shalat, aku kembali bermain laptop. Dan sesekali aku keluar kamar untuk mencari sesuatu yang bisa dimakan. Ya untuk menangkal rasa lapar yang sudah tak tertahan lagi. lalu tak lama kemudian ada Mr. Ulum menanyaiku apakah sudah makan atau belum. Dan karena Mr. Ulum tahu aku gak punya uang jadi jelas dia juga tahu kalau aku belum makan. Oleh karena itu Mr. Ulum langsung pergi keluar untuk membeli makanan. Setelah beberapa saat Mr. Ulum keluar datanglah Mr. Nasih yang ketika itu baru saja kembali dari kampung halamannya. Lalu aku dimintai tolong untuk menurunkan ayam-ayam yang beliau bawa dari kampung halamannya. Dan setelah aku menurunkan ayam itu dari mobil, lalu aku mengambil kandang tempat untuk menyimpan ayam-ayam tadi nantinya. Setelah semuanya aku kira cukup, maka aku mencuci tanganku dan megangkat pakaianku, setelah itu ya langsung aku rapikan.

Setelah selesai merapikan pakaian, barulah aku dan Mr. Ulum makan bersama-sama. Tapi susana yang seperti itu juga belum merubah nuansa hatiku yang masih dilanda kerinduan akan adik dan keluargaku. Waktu sudah hampir menunjuki pukul setengah dua siang. Tapi para teman-teman asramaku belum ada satupun yang datang. Entah kenapa dan ada apa gerangan aku tak tahu. Aku hanya tahu kalau hari itu adalah hari terakhir liburan, sebab hari seninnya kami harus sudah kembali beraktivitas dikampus lagi.

Ketika aku teringat kalau esoknya harus kembali ke kampus, maka perlahan-lahan rasa sedihku hilang. Entah kenapa ketika mendengar nama kampus aku merasakan ada hal yang indah dalan hidupku. Aku gak tahu kenapa, tapi itulajh kenyataannya. Kalau dikatakan apakah aku ada girl friend atau gak, yang jelas bukan itu alasan kenapa aku bahagia jika kembali ke kampus. Satu hal yang menarik hati aku dikampus adalah pada saat diskusi dengan teman-teman kampus. Dimana kalau mereka yang menjadi presenternya atau pemakalahnya, maka aku akan dapat leluasa memberikan pertanyaan sekaligus mendebat mereka dengan segala argumen yang mereka tidak tahu. Itulah salah satu hal yang amat berkesan dihatiku saat aku berada dikampus. Kalau masalah lain ya itu menyusul dan kondisional.

Beberapa saat sebelum ashar, barulah aku melihat ada temanku yang datang. Dan itu sedikit menambah kegirangan dihatiku, karena aku tak lagi kesepian seperti pada hari Jum’at, Sabtu, dan Minggunya. Tapi walaupun begitu masih belum terlalu membuat hatiku benar-benar bahagia. Karena sudah jam segitu masih banyak teman-temanku yang belum datang. Barulah setelah selesai shalat Ashar teman-temanku mulai berdatangan satu persatu.

Hari semakin sore, dan sampai memasuki waktu magrib ada beberapa temanku yang belum juga kembali. Enah kenapa yang jelas mereka sudah tidak konsisten terhadap waktu yang dijanjikan. Padahal di infonya pukul 15.00 WIB harus sudah wajib datang. Tapi ko sudah magrib masih ada yang belum datang. Tapi aku tidak terlalu mempermasalahkan itu, sebab ketika itu tepatnya setelah shalat magrib kami semua anak asrama yang sudah hadir dikumpulkan oleh Dr. Mohammad Nasih, karena ada beberapa hal yang ingin beliau sampaikan.

Disitu aku lagi-lagi aku mendapatkan sesuatu yang sedikit membuat aku sedih, karena satu dari temanku harus angkat kaki dari sini. Ya memang itu adalah kesalahan dia, tapi sebagai teman tentu aku akan sangat merasa kehilangan sekali. Maklum dia adalah salah satu teman yang asyik diajak becanda, dan sedikit mengerti aku ketimbang yang lain. Sejujurnya jika dibandingkan dengan yang lain, dia jauh lebih asyik bagi aku. Tapi ya mau diapakan lagi, jika memang itu sudah kehendak Allah dan sudah menjadi peraturan asrama maka aku akan ikhlas melepaskannya. Panjang lebar Mr. Nasih menyampaikan pengumuman kepada kami, sampai akhirnya beliau kembali ke Jakarta. Dan beberapa jam kemudian, aku mendapat sms bahwa kami dimintai untuk membuat tugas menulis tentang pemilu dan menulis kisah tentang hari minggu. Tapi karena aku sedikit ngantuk, jadi malam itu tugasnya tidak bisa langsung aku kerjakan karena aku tidurnya cukup awal.

PROFIL PENULIS
IRFAN SONA, lahir di Desa Nanga Pak, Kecamatan Sayan, Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat pada 08 Oktober 1994. Ia menempuh pendidikan di SD Negeri 07 Nanga Pak (lulus 2005) dan melanjutkan ke SMP Negeri 01 Nanga Pinoh, Melawi (lulus 2008). Setelah lulus SMP, dia bertekad untuk melnjutkan studi menengah atasnya di Pesantren Modern Darussalam, Sengkubang (lulus 2011). Saat ini, pemuda yang menyukai gaya rambut cepak ini, sedang menempuh pendidikan S1 di Institut Agama Islam Negeri(IAIN) Walisongo Semarang (masuk 2011).

Semasa kecil dia tinggal di desa Nanga Pak bersama orang tuanya. Ayahnya bernama Akang (alm.) dan ibunya bernama Muri (alm.). Diusia yang ke-2 tahun dia sudah di tinggal pergi oleh ayahnya. Kemudian, dia hidup bersama ibunya. Namun, pada usianya yang ke-5 tahun dia juga harus berpisah dengan ibunya.

Sejak ia ditinggal orang tuanya, pria yang menyukai sepak bola ini tinggal bersama ayah angkatnya yaitu H. Sukiman, S.Pd.MM. Karena tinggal di tempat orang akhirnya dia mulai berfikir tentang hidupnya “ mau dibawa kemana arah hidupnya nanti”. Hingga akhirnya dia memutuskan untuk melanjutkan kembali sekolahnya yang sempat tertunda karena tidak ada biaya.

Sejak duduk dibangku SD dia sudah aktif dalam organisasi seperti Pramuka dan lain-lain. Tidak hanya dibidang ekstra saja. Di kelas ia terpilih sebagai ketua kelas. Begitu juga pada masa SMP dan MA. Di SMP dia juga aktif di kepramukaan dan OSIS. Sama halnya waktu di MA. Sekarang dia sudah berkecimpung disebuah organisasi yaitu HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) salah satiu organisasi mahasiswa terbesar yang ada di Indonesia. Meskipun baru mengikuti latihan kader 1(LK1) tapi dia sudah tidak di ragukan lagi.

Semenjak SD hingga MA kemampuan dia sudah tidak diragukan lagi. Terbukti sejak duduk dibangku SD dia selalu berada diurutan 1 dalam prestasi kelas. Begitu juga di SMP dan MA dia selalu berada dalam urutan 10 besar bahkan 1 dalam urusan peringkat kelas.

Selain pandai dalam bidan Intelektual, dia juga seorang sastrawan muda. Meskipun karya belum dipublikasikan; namun, pada waktu dekat ini dia bertekat akan menjadikan impiannya itu menjadi nyata.
Itulah biografi singkat tentang IRFAN SONA. Seorang yang tidak mudah menyerah pada suatu hal walaupun itu sakit. Dan itu sesuai dengan motto hidupnya yaitu “ Maju Terus Pantang Mundur, Walaupun Badai Menghadang”

alamat facebook: Irfan Sona (sona irfan31@yahoo.com)

Baca juga Cerpen Sedih yang lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar