CINTA DIUJUNG PENANTIAN
Cerpen Yosep Priyangga
Hari ini adalah hari yang istemewa. Hari Jumat yang disebut rajanya hari ,benar-benar sempurna.Suara bising kendaraan berlalu lalang.sesekali terdengar suara klakson mobil yang menyapa.
Hari ini mungkin adalah hari yang dinanti hampir seluruh anak SMA di Indonesia .Perjuanganku selama belasan tahun terjawab sudah.Dihari yang sang raja sinar bersinar gemerlap dan awan putih yang jarang terasa memayungiku.Hatiku amat begitu gembira.Itu karena aku lulus dari sekolahanku yang amat kucinta yaitu SMAN 3 Ponorogo dengan nilai terbaik melampaui sainganku.Aku mengetahuinya dari papan nilai yang terpampang dimuka sekolahku SMAN 3 Ponorogo
Setelah bosan memandangi papan nilai aku lalu menemui pacarku.Aku baru ingat kalu aku sudah mendaftar ke Universitas Malang
“Assalamu alaikum, Hai Ar” kata kekasihku, Riri.
“Wa alaikum salam, Ri” kataku. Aku belum yakin untuk mengatakan yang sebenarnya padanya tapi aku harus mengatakan yang sebenarnya. Tapi aku sadar kalau harus tak membohongi dan menutupi tujuanku.
“Ri, kita harus terpisah sementara waktu jadi mungkin kita tak bisa bertemu lagi”. Itu yang harus kukatakan padanya walau akhirnya Riri tak kuasa menahan air mata dan memelukku. Ya, dia selalu aku ajari jika tak tahu dan belum bisa dalam suatu mata pelajaran. Dia begitu mencintaiku dan ingin selalui disampingku. Dia adalah adikku kelasku dan kini tanpaku dia mungkin kesepian dan tak punya tempat berbagi.
“Ar, aku tak bisa jika harus tanpamu kuharap kita kita bisa selalu bersama”. Ucap adik kelas yang juga pacarku itu dalam tangisnya. Itulah jawaban dari Riri dalam galau hati terasa mengiris jiwanya.
Setelah itu kami pulang sekolah bersama seperti biasa. Ketika aku memboncengnya, masihku dengar tangisannya dari daun telingaku. Sesampainya dirumah Riri, aku berpamitan untuk terakhir kalinya. Karena besok pagi-pagi sekali aku harus sudah berangkat.
“Ri, tolong jadilah lebih mandiri walau tanpaku” kataku saat berpamitan dengannya. Aku melanjutkan perjalanan kerumahku.
Dirumah aku mempersiapkan diri dan berbekalan untuk besok. Baju-baju yang harus aku bawa sudah aku masukkan ke tas besarkau.
Keesokan hari ternyata hujan lebat membuat raja sinar tak tampak dari tempatnya. Sesekali kilat dapat menerangi angkasa namun tak lama. Petir mengelegar menembus gendang telingaku. Namun jam 5 pagi setelah berpamitan dengan keluargaku aku berangkat ke terminal dengan diantar kerabatku.
Perjalanan di bus yang penuh dengan penumpang terasa sepi karena kekasihku Riri tak ada disampingku. Hujan yang sudah reda memang menghadirkan pelangi disamping matahari. Tapi itu tak seindah ketika aku disamping Riri. Setelah perjalanan yang panjang dan lama sekali aku sampai ke kota Batu. Aku sudah tahu dimana letak kost-kostan terdekat dari tempat kuliahku. Dan segera aku pergi ke sana.
Kost-kostanku sangat nyaman meski bagai gubuk reot di tengah istana. Namun bagai istana kaca. Meski tak ada Riri yang mendampingiku sebagai permaisuri. Banyak teman yang karab dengan jadi tak merasa kesepian. Walau hatiku sepi tanpa Riri.
Beberapa hari kemudian aku mulai berkuliah setelah aku terdaftar di Universitas Negeri Malang. Penjurusan yang aku ambil memang bukan jurusan yang sembarangan. Itu membuat aku harus memutar otakku kali lebih sering dari biasanya. Aku mulai melupakan Riri karena materi yang sulit ditambah lagi aku harus mencari uang untuk menambah pemasukan untuk membayar kuliah dan menyambung hidup.
Beberapa bulan telah berlalu. Diliburan semester aku ingin pulang menemui Riri. Aku memilih hari Minggu karena hari libur nasional. Aku berangkat jam 7 pagi meskipun itu berarti baru sore hari aku sampai sore hari dirumahku.
Sesampai dirumahku mungkin sejenak beristirahat bisa membuatku melepas lelah. Aku menghubungi Riri tapi ternyata dia tak menjawab. Pikiranku amat gundah. Besok aku berfikir untuk menemuinya.
Keesokan hari aku menemui Riri di tempat biasa aku dulu berkencan dengannya yaitu di taman Sukowati Ponorogo. Tapi apa yang terjadi, dia seperti tak mengenaliku, dia menjadi cuwek denganku. Aku tak habis fikir, berpisah 6 bulan benar-benar sudah membuat segalanya.
Aku memutuskan pulang pulang untuk kerumah teman dekatnya yang tak jauh dari rumahnya.
“Vin,apa yang terjadi pada Riri. Apa mungkin dia marah padaku atau dia sudah punya kekasih baru?”. Tanyaku dengan penuh perasaan.
“Bukan Ar dia wanita yang setia. Hanya kan kamu juga yang salah masa berbulan-bulan kamu tak mau menghubunginya”. Jawab vinda sambil sedikit jengkel.
“Begitu ya, jadi aku yang salah. Kalau begitu besok aku akan meminta maaf padanya karena kekeliruanku”. Kataku kepada Vinda dalam sesalku.
Keesokan harinya Alkhamdulillah matahari bersinar cerah sehingga aku bisa mengajak riri janjian ke taman.
Sesampainya ditaman aku segera menemuinya
“Riri, maafin aku ya selama ini aku sudah salah menilai kamu, ternyata kamu setia menungguku begitu lama dan kamu tak pernah berpaling dariku”. Itulah ucapan maafku padanya.
“Sebenarnya aku ingin menghubungi kamu saat saat di Malang sana tapi aku terlalu sibuk disana aku juga setia tak mencari wanita lain”. Tambahku.
“Iya Ar aku mengerti kok perasaanku, ya memang keadaan membuat kita berpisah tapi aku sudah tahu mengapa semua itu harus terjadi “. Ucap Riri dengan hati gembira. Begitulah akhirnya kami bisa bersama lagi seperti dulu. Karena liburan masih lama aku bisa tetap di Ponorogo dan bersamanya meski hanya sementara waktu.
Baca Cerpen Romantis yang lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar