UPA
Terkadang gak semua yang kita denger itu bener atau gak semua yang kita denger itu salah. Kehidupan benar-benar mengajarkan kita segala hal, penantian, kedewasaan, kesabaran, keceriaan, luka, bahkan derita.
Disaat kita merasakan kepedihan, saat itu pun kita tersadar kita tidak patut meratapinya, namun apa daya? Aku pun tersadar saat manusia tidak bisa berfikir diluar nalarnya, air mata jatuh tanpa bisa di bendung.
Cinta…
Disaat aku terluka olehnya, aku sadar tak patut untuk ku menangisinya. BUKAN! Aku memang bukan menangisi dirinya, Aku menangisi ketidak adilan ini, menangisi betapa bodohnya diri ini. Saat ini, aku memang terhempas, aku terjatuh saat tau dunia indahku berlalu. Aku bukan manusia sempurna, aku tidak bisa menahan derai air mata! Aku terluka! Apa kamu menyadarinya?
Disaat kita merasakan kepedihan, saat itu pun kita tersadar kita tidak patut meratapinya, namun apa daya? Aku pun tersadar saat manusia tidak bisa berfikir diluar nalarnya, air mata jatuh tanpa bisa di bendung.
Cinta…
Disaat aku terluka olehnya, aku sadar tak patut untuk ku menangisinya. BUKAN! Aku memang bukan menangisi dirinya, Aku menangisi ketidak adilan ini, menangisi betapa bodohnya diri ini. Saat ini, aku memang terhempas, aku terjatuh saat tau dunia indahku berlalu. Aku bukan manusia sempurna, aku tidak bisa menahan derai air mata! Aku terluka! Apa kamu menyadarinya?
Tiada guna kini ku meratapinya. Pikiran ku melayang terus memikirkannya, Aku tauuuuuuu tidak ingin aku seperti ini, aku tauuu mampu ku berdiri tanpanya, tapi kenapa aku seolah tidak bisa? Kenapa aku seolah tak sanggup tanpa hadirnya?
Aku membuat 64 burung origami, ku taru dalam kotak bening dengan 6 kertas pesan kecil. Sampai larut aku membuatnya, berharap! Sungguh berharap ia menghargai ini. 2 hari berlalu, aku menunggunya. Terus menunggu kehadirannya untuk menjemput 64 origami ini. Sabar ku tunggu dirinya, tanpa keluh ku tetap menantinya.
Satu jam berlalu, aku masih tetap menunggu, sampai ku terima kabar ia tidak bisa datang. Tidak banyak ingin ku, hanya melihat wajahnya, memberi hadiah yang menurut ku bermakna. “Aku mohon, temui aku walau hanya sebentar saja.” Ucap ku kecewa, dalam hati.
Satu minggu berlalu, dengan hari yang sama “SABTU”. Aku kembali menunggunya, mengharapkan kehadirannya. Dengan tujuan yang masih sama. Kali ini tak ada satu pesan pun ku terima. Aku terus menunggu hingga lelah ku. Jenuh ku menunggu dan memutuskan untuk pulang.
Satu minggu kemudian dengan hari yang sama. Ia meminta ku untuk menjalin suatu hubungan. Ada perasaan ragu saat itu, sangat sulit untuk ku mengatakan bahwa aku menerimanya. Satu hal yang membuat ku ragu, Yaitu aku tidak ingin hubungan ini berakhir dengan kata pisah. Aku tidak ingin semua yang telah kita bina hancur bila kata itu terlontar. Tapi… bodohnya aku tetap mengatakan YA.
Ke esokan harinya. Ia meminta ku untuk tetap berada di jalur yang sama. SERIUS! Ia ingin hubungan ini serius untuk dijalani bersama. Aku senang! Bahagia! Ku fikir inilah saatnya aku menata hubungan baik dengan dirinya. Senyum ku mengembang sejak saat itu.
Apa pernah kalian berfikir akhir cerita ini? Jangan salah! Cerita ini tidak berakhir dengan indah.
Seminggu kemudian, aku merasa ada yang ia sembunyika. Sering kali aku menanyakan apa yang sebenarnya terjadi, namun ia justru menjawab dengan amarahnya. Bukannya aku tidak mempercayainya. Jelas aku mempercayainya, dan menuruti ucapannya, aku tidak mendengarkan apa yang orang lain ucapkan tentang dirinya, semua ucapan yang menyudutkannya aku hiraukan. Yaaa aku mempercayainya.
Pada akhirnya Jum’at saat hubungan kami menginjak hari ke-13. Kenyataan pahit itu muncul. Aku tau yang sebenarnya. Ia membohongi ku.
Ternyata selama ini, ia MASIH menyayangi orang lain, dan mereka masih menjalin suatu hubungan. Aku teringat saat beberapa hari yang lalu. aku mencoba menghubunginya, namun tidak ada satu pesan pun ku terima. Saat malam telah larut, ia baru menghubungi ku. Sibuk katanya. Aku mengerti, sangat mengerti jika alasannya untuk tugas sekola. Tapi ternyata, saat ini semuanya terungkap, bukan itu yang ia lakukan, saat ku berusaha menunggu, menanti kabarnya, saat itu juga ia bersama dengan kekasihnya. Yaa.. kekasih dari pacar ku. Aku mengenal siapa wanita itu, aku tau siapa wanita itu. Dengan berat aku mengatakan
“jaga hubungan kalian, semoga langgeng” kata-kata yang aku ucapkan pada seseorang yang menjadi kekasih pacar ku.
Apa aku masih bisa tegar? Apa aku masih bisa berbuat sesuatu untuk memperbaiki semuanya? Aku bertanya padanya, apa benar hubungan mereka masih berlanjut? Ia hanya menjawab “maaf”
Semudah itukah kata maaf yang dapat kamu lontarkan tanpa kamu mengerti isi hati ku?
Ia hanya menjawab “bukan hal mudah untuk melupakannya”
Lalu.. untuk apa ia memberi ku seribu harapan untuk menjalin hubungan palsu ini? Untuk apa ia meminta ku serius menjalin hubungan ini, tapi pada akhinya aku hanya di permainkan? Apa salah kuuu? Apa aku berhenti untuk menunggunya? Apa aku menyakiti dirinya? Apa aku tidak berusaha menjadi seorang yang ia inginkan? Apa aku terlalu payah untuk menjadi seorang yang ia harapkan?
8 tahun aku menunggunya, sejak dulu aku menyayanginya. Apa harus seperti ini ia membalas semuanya? Apa cara seperti ini yang mampu membuat ku berhenti menyayanginya? Apa penantian ku haruslah sia-sia?
Tuhaaaann… ini kah cara Mu membuka mata hati ku? ini kah cara Mu agar aku tidak lebih merasakan kecewa?! Jika memang iya, terimakasih Engkau telah membuat takdir seperti ini :’)
Origami yang ku buat masih ada, tersimpan rapi didalam kotaknya. Kertas kecil berisi pesan untuknya. Hanya satu yang dapat disimpulkan dari enam pesan tersebut.
“Jaga selalu hubungan ini, jangan hargai aku sebagai wanita yang menyayangi mu, hargailah aku sebagai sahabat mu, Sahabat sejak kecil mu. Sahabat yang menyayangi mu”
Ia tidak pernah tau isi dari inginnya hati ku
Dia…
Aku memanggilnya “UPA”
PROFIL PENULIS
Nama Endah Ayunda Sari,
Lahir di Bogor, 9 Maret 1994.
Minat menulis sudah muncul dari kelas 6 SD.
My facebook sariendahayunda@rocketmail.com
My facebook sariendahayunda@rocketmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar