AYAH, AKU SANGAT MERINDUKANMU.
Karya Sindi E.
Sedih rasanya jika mengingat masa sedih ku, ketika Ayahku harus di bawa kerumah sakit. menahan rasa sakit yang ada dikepalanya. sekarang aku sudah naik kekelas 1 SMP. aku tidah menyangka, sudah 1 tahun lebih Ayah berada disana, terlebih jelasnya berada di sisi tuhan YME. aku sedikit menyesal tidak bisa menunjukkan yang terbaik untuknya. suka membantah printahnya, suka membohonginya, dan membentaknya jika dia tak menuruti permintaanku. jika diingat sekarang, aku sangat sedih sekali. aku juga belum berkata maaf padanya di masa terakhirnya.
- Febuari 22 2011
Aku terbangun dari tidurku. aku melihat ke jendela, lagit masih gelap. tiba-tiba terdengar suara dari luar. aku keluar dari kamarku ternyata Ayah, Ibu, Om dan budeh Supri sedang beres2. aku baru ingat kalau hari ini Ayah akan di bawa kerumah sakit. ayah ku mengidap penyakit kanker otak setadium 4 dan ingin segera di operasi. sebelum Ayah pergi menuju RS Polri, Ayah mencium pipi kanan, kiri dan dahi ku, lalu berpesan
"jangan nakal ya, dek" ucap ayah ku tersenyum. aku membalas senyumannya.
lalu Ayah, Ibu, Om dan budeh supri pergi menuju RS polri. dengan terpaksa aku harus dititipkan di rumah budhe Nani karena aku harus bersekolah.
Karya Sindi E.
Sedih rasanya jika mengingat masa sedih ku, ketika Ayahku harus di bawa kerumah sakit. menahan rasa sakit yang ada dikepalanya. sekarang aku sudah naik kekelas 1 SMP. aku tidah menyangka, sudah 1 tahun lebih Ayah berada disana, terlebih jelasnya berada di sisi tuhan YME. aku sedikit menyesal tidak bisa menunjukkan yang terbaik untuknya. suka membantah printahnya, suka membohonginya, dan membentaknya jika dia tak menuruti permintaanku. jika diingat sekarang, aku sangat sedih sekali. aku juga belum berkata maaf padanya di masa terakhirnya.
- Febuari 22 2011
Aku terbangun dari tidurku. aku melihat ke jendela, lagit masih gelap. tiba-tiba terdengar suara dari luar. aku keluar dari kamarku ternyata Ayah, Ibu, Om dan budeh Supri sedang beres2. aku baru ingat kalau hari ini Ayah akan di bawa kerumah sakit. ayah ku mengidap penyakit kanker otak setadium 4 dan ingin segera di operasi. sebelum Ayah pergi menuju RS Polri, Ayah mencium pipi kanan, kiri dan dahi ku, lalu berpesan
"jangan nakal ya, dek" ucap ayah ku tersenyum. aku membalas senyumannya.
lalu Ayah, Ibu, Om dan budeh supri pergi menuju RS polri. dengan terpaksa aku harus dititipkan di rumah budhe Nani karena aku harus bersekolah.
- Maret 1 2011
Setelah seminggu aku dititipkan dirumah Budhe Nani. rencananya makam ini aku bersama Budhe Nani akan menjenguknya, diantar oleh Om ku. aku tidak sabar ingin melihat bagaimana keadaan ayahku kini. Aku segera mandi dan bersiap-siap bersama Budhe Nani. Om ku telah tiba di depan rumah Budhe Nani. Aku dan Budhe Nani segera naik ke mobil menuju RS polri. dan di dalam mobil ternyata ada Rani, saudaraku. dia anak Om ku. ternyata dia juga ikut.
"kamu ikut, Ni?" tanyaku.
"iya. soalnya dirumah aku sendirian,Mbak" ucapnya. dia memanggil ku dengan sebutan "mbak" karena aku lebih tua darinya 4 tahun.
"lah? Ibu mu memang dimana?" tanya ku.
"Ibu kan udah ada di rumah sakit bareng Ibu mbak Sindi" ucapnya.
"ohh. yaudah kamu di rumah aja bareng hantu hahahaha" ledek ku membuat Rani mencubit pinggangku.
"ihh nakutin aja nihh" ucapnya kesal. aku hanya tertawa.
Sesampainya aku di RS Polri. aku, Rani dan Budhe Nani segera menuju ruang rawat Ayahku. sedangkan Om ku. ia menuju warung untuk merokok sejenak. aku berjalan menuju lift bersama Rani dan Budhe Nani, karena ruang rawat Ayahku ada di lantai 2. setelah di lantai 2, aku segera berjalan menuju kamar rawat Ayahku. aku membuka pintu kamar rawat Ayahku. ternyata Ayah ku sedang tertidur. Aku masuk kedalam kamarnya. aku berpelukan dengan Ibuku, aku sangat rindu padanya.
"Ibu, aku kangen banget ama Ibu. kapan Ibu pulang?" tanya ku menangis.
"iyah. nanti Ibu juga gatau kapan" ucap Ibuku sambil membelai rambut ku.
kata ibu. Ayah tidah mau makan, setiap makan Ayahku akan memuntahkannya, walau sesuap saja. kata suster Ayah ku harus makan karena besok Ayahku harus dioperasi. aku mencium keningnya. aku harus pulang.
"cepat sembuh ya, Yah. aku menyayangi mu" ucap ku. lalu segera pulang ke rumah Budhe Nani. bersama Rani, Budhe Nani dan Ibu Rani yang bisa aku panggil Mbak Rita. sebenarnya aku tidak mau pulang. aku mau disana, menunggu Ayah ku sampai besok, sampai hari dia akan di operasi. tapi aku harus sekolah besok, besok juga aku ada ulangan Matematika di sekolah. aku dan saudaraku bergegas pulang menuju rumah.
- Maret 3 2011.
1 hari setelah operasi. aku menjenguk ayahku bersama Budhe Nani yang diantar oleh Kakakku yang ke2, Afan. aku bergegas ke RS Polri bersama Budhe. sebenarnya Mbak putri (anak dari Budhe Nani) ingin ikut. tapi dia harus belajar karena ia harus menghadapi UAS, dia sudah kelas 3 SMA. walau berbeda 6 tahun dengan ku, tapi dia sangat akrab dengan ku. aku menanti sampainya menuju RS Polri.
"semoga saja Ayah baikan, Amin ya Allah" ucap ku dalam hati.
Sesampainya aku di RS Polri. aku menuju ke ruang ICU. karena setelah kemarin di operasi Ayah ku dirawat disana. Ibu berada di ruang tunggu ICU. aku bertanya pada ibu ku.
"Bu, aku mau liat dong. dimana Ayah di rawat sekalian ngobrol" ucap ku.
"jam besuknya udah abis dek. liat di jendela samping aja sana" suruh Ibu.
"yaudah" aku bersama Mas Afan, kakakku melihat lewat jendela.
"jendelanya tinggi, Mas" ucapku.
"yaudah lu naik ke pundak gua aja" ucap Mas Afan sambil merendahkan tubuhnya. aku agak takut, tapi aku sangat ingin melihat gimana Ayah. lalu aku menaiki pundaknya. Mas Afan mengangkat tubuhnya keatas.
"eh cepetan, Sin. udah ga kuat. badan lo berat amat si" ucap Mas Afan mengeluh.
"tunggu dong. bentar lagi ya" ucap ku sambil berpegangan di jendela. karena Mas Afan tidak kuat lagi, ia menjatuhkan tubuhnya.
BRUKKK!
"aduhh gimana sih lu, Mas?" tanya ku kesal sambil memegangi pergelangan kaki ku.
"gua ga kuat tau! badan lo berat banget!" ucap Mas Afan juga kesal sambil memegangi pantatnya. akhirnya aku hanya bisa menunggu esok untuk menjenguk lagi di ICU. karena hari ini aku menginap semalam.
- Maret 4 2011
Aku terbangun dari tidurku. aku segera mandi di kamar mandi umum bersama Rani. tiba-tiba suster datang membawa kan kabar kalau Ayahku drop. aku kaget, sangat kaget. lalu aku segera berjalan menuju ruang ICU bersama Budhe, Rani dan Mbak rita. dan benar! Ayah ku drop. mungkin karena semalam ada suara berteriak karena seorang pasien meninggal. aku menangis memeluk Mbak Rita.
"ayahh..." ucap ku menangis tersedu-sedu. baru saja aku ingin mengobrol, ternyata! aku mendengar kalau Ayahku drop.
"udah-udah. mendingan kamu doain Ayah Sindi. semoga cepat sembuh" ucap Mbak RIta menghiburku. Aku hanya mengangguk, lalu menghapus air mataku. kata dokter Ayah ku harus dioperasi lagi. keluarga ku setuju.
Ayah ku segera dibawa keruang Operasi. Ibuku menelpon saudara-saudaraku, untuk memberi tahukan kabar buruk ini. aku berjalan menuju Ayahku. disana ada Mas afan, berada di samping Ayah dan pade sartono (suami Budhe Nani) di sebelah Ayah juga. aku segera mendekat. berulang kali ayah ingin melepas selang oksigen yang di hidungnya dan infus yang berda di tangannya. tapi di jegah oleh ku, Mas Afan dan Pade Sartono.
"jangan, Yah" ucap ku mencegah. aku hanya bisa menangis. "Ayah, kenapa nasib seperti ini?" ucap ku dalam hati.
Operasi segera di mulai aku menunggu diluar. disana ada saudaraku, Yudha, Arin, dan Tegar. mereka mengajakku berkeliling, mungkin agar aku melupakan kesedihanku. setelah 6 jam berlalu. Ayahku segera keluar dari ruang operasi. aku mengiringnya bersama keluarga besarku dan beberapa perawat dan 1 dokter. Ayah ku dibawa ke ruang ICU lagi. aku hanya berdoa agar Ayahku baik-baik saja.
"ya Allah. jika engkau ingin mengambilnya. aku ikhlas. jika engkau ingin menyembuhkannya, sembuhkanlah ya Allah, Amin" doa ku untuk Tuhan YME. ketika malam aku bergegas pulang. karena besok aku harus masuk. semenjak Ayah sakit, aku jadi banyak membolos karena menjenguk Ayah.
- Maret 10 2011
Aku sering menghubungi ibu, menanyakan hal yang sama "apakah Ayah sudah sadar?" jawabannya tetap sama "belum, Dek".
Pagi ini budhe membangunkan ku untuk bergegas mandi dan sekolah.
"Sin, cepet bangun udah siang" ucap budhe.
"iya. itukan Mbak putri masih mandi" ucap ku mengeles.
Tiba-tiba HP budhe berdering.
"innalillahi" ucap budhe lalu mematikan HPnya. awalnya aku santai saja mungkin orang lain. tapi..
"Sin, Ayah meninggal" ucap budhe sambil menangis. aku terlonjak kaget, aku langsung terduduk di kasur. Mbak putri yang kaget tidak jadi mandi, dia segera memakai baju nya lagi. dan segera keluar.
"Apa?!?" ucap ku dan mbak putri berbarengan. Mbak putri menangis memelukku. awalnya aku belum mengeluarkan air mata. tapi tiba-tiba air mataku mengalir begitu saja, semakin lama semakin menderas.
"AYAHHH!!!! huhuhu!! jangan tinggalin aku, Yah" ucap ku memeluk erat tubuh mbak putri. aku segera mandi dan bergegas ke sana. tapi mbak putri tidak ikut karena hari ini ia UAS. aku berjalan memasuki taksi bersama Budhe dan mbak Rina (anak kedua budhe sekaligus kakak mbak putri)
Sesampainya aku di sana aku menunggu Ambulance yang membawa Ayah ku datang. aku masuk menuju kamar ku. mengganti baju, menjadi baju muslim coklat. aku menghampiri kakakku, Faris (kakak pertama ku) aku makan bersamanya di lantai atas. lalu Mas Faris berpesan.
"nanti lo jangan nangis ya, Sin. kasian Ayah" ucap Mas Faris lirih. aku hanya mengangguk.
Mobil Ambulance Ayahku pun datang aku menghampirinya. masih dengan rasa tak menyangka. "apakah aku bermimpi? apakah aku bermimpi buruk hari ini? jika mimpi, sadarkan aku" ucap ku dalam hati lirih. Ibu menghampiriku, matanya tergenangi air, dia memeluk ku. Mas Afan juga memeluk ku. aku menangis, padahal aku tak memintanya. air mataku begitu saja mengalir. aku masuk kedalam ruang tamu. di sana berbaring Ayah ku di atas karpet. seperti tidur. tapi tidak seperti biasa, ia sudah di baluti oleh kain batik. aku dan saudara, warga dan lainnya membacakan surat Yasin untuk Ayahku. aku membaca sambil menangis, sampai-sampai buku Yasin yang kupegang basah perhalaman. tiba-tiba pundak ku tersentuh seseorang. ohhh dia adalah saudara ku juga Mbak budi (ibu dari yudha, Arin, Tegar dan Indi)
"Sindi yang sabar ya" ucapnya mengusap-usap pundak ku. aku hanya mengangguk. Ayahku segera dimandikan. lalu dibalut kain kafan dan segera di makamkan. hujan membasahi perjalanan ku dan keluarga besarku juga tetangga-tetangga ku. aku mengangkat jemariku, menatap langit. hujan jatuh di tanganku, perlahan makin banyak. wajah ku juga terbasahi air hujan. "Tuhan, semoga air hujan ini akan menghilangkan sedikit beban dalam hati ku. setelah memakamkan dan mendoakan Ayah ku. kami segera pulang kerumah. aku segera masuk kedalam, ternyata ada Mbak putri dan Yales (pacar Mbak Putri) dia mengucapkan bela sungkawa pada ku dan keluarga ku. aku berjalan mendekati Yudha.
"Yud, main benteng yuk" canda ku.
"yee" ucapnya pada ku. aku hanya tertawa, tawa yang ku paksakan.
- Juli 12 2012
Kini aku menerimanya apa adanya, ikhlas. apalagi aku di kelilingi keluarga, saudara dan sahabat yang siap menemaniku. yang pasti aku ingin membahagiakan Ibuku, harta terakhir yang kumiliki sekarang ini. aku juga sudah memasuki smp yang ku inginkan, tapi tak 1 sekolah dengan Yudha. semoga saja Ayah tersenyum melihatku disini :)
Setelah seminggu aku dititipkan dirumah Budhe Nani. rencananya makam ini aku bersama Budhe Nani akan menjenguknya, diantar oleh Om ku. aku tidak sabar ingin melihat bagaimana keadaan ayahku kini. Aku segera mandi dan bersiap-siap bersama Budhe Nani. Om ku telah tiba di depan rumah Budhe Nani. Aku dan Budhe Nani segera naik ke mobil menuju RS polri. dan di dalam mobil ternyata ada Rani, saudaraku. dia anak Om ku. ternyata dia juga ikut.
"kamu ikut, Ni?" tanyaku.
"iya. soalnya dirumah aku sendirian,Mbak" ucapnya. dia memanggil ku dengan sebutan "mbak" karena aku lebih tua darinya 4 tahun.
"lah? Ibu mu memang dimana?" tanya ku.
"Ibu kan udah ada di rumah sakit bareng Ibu mbak Sindi" ucapnya.
"ohh. yaudah kamu di rumah aja bareng hantu hahahaha" ledek ku membuat Rani mencubit pinggangku.
"ihh nakutin aja nihh" ucapnya kesal. aku hanya tertawa.
Sesampainya aku di RS Polri. aku, Rani dan Budhe Nani segera menuju ruang rawat Ayahku. sedangkan Om ku. ia menuju warung untuk merokok sejenak. aku berjalan menuju lift bersama Rani dan Budhe Nani, karena ruang rawat Ayahku ada di lantai 2. setelah di lantai 2, aku segera berjalan menuju kamar rawat Ayahku. aku membuka pintu kamar rawat Ayahku. ternyata Ayah ku sedang tertidur. Aku masuk kedalam kamarnya. aku berpelukan dengan Ibuku, aku sangat rindu padanya.
"Ibu, aku kangen banget ama Ibu. kapan Ibu pulang?" tanya ku menangis.
"iyah. nanti Ibu juga gatau kapan" ucap Ibuku sambil membelai rambut ku.
kata ibu. Ayah tidah mau makan, setiap makan Ayahku akan memuntahkannya, walau sesuap saja. kata suster Ayah ku harus makan karena besok Ayahku harus dioperasi. aku mencium keningnya. aku harus pulang.
"cepat sembuh ya, Yah. aku menyayangi mu" ucap ku. lalu segera pulang ke rumah Budhe Nani. bersama Rani, Budhe Nani dan Ibu Rani yang bisa aku panggil Mbak Rita. sebenarnya aku tidak mau pulang. aku mau disana, menunggu Ayah ku sampai besok, sampai hari dia akan di operasi. tapi aku harus sekolah besok, besok juga aku ada ulangan Matematika di sekolah. aku dan saudaraku bergegas pulang menuju rumah.
- Maret 3 2011.
1 hari setelah operasi. aku menjenguk ayahku bersama Budhe Nani yang diantar oleh Kakakku yang ke2, Afan. aku bergegas ke RS Polri bersama Budhe. sebenarnya Mbak putri (anak dari Budhe Nani) ingin ikut. tapi dia harus belajar karena ia harus menghadapi UAS, dia sudah kelas 3 SMA. walau berbeda 6 tahun dengan ku, tapi dia sangat akrab dengan ku. aku menanti sampainya menuju RS Polri.
"semoga saja Ayah baikan, Amin ya Allah" ucap ku dalam hati.
Sesampainya aku di RS Polri. aku menuju ke ruang ICU. karena setelah kemarin di operasi Ayah ku dirawat disana. Ibu berada di ruang tunggu ICU. aku bertanya pada ibu ku.
"Bu, aku mau liat dong. dimana Ayah di rawat sekalian ngobrol" ucap ku.
"jam besuknya udah abis dek. liat di jendela samping aja sana" suruh Ibu.
"yaudah" aku bersama Mas Afan, kakakku melihat lewat jendela.
"jendelanya tinggi, Mas" ucapku.
"yaudah lu naik ke pundak gua aja" ucap Mas Afan sambil merendahkan tubuhnya. aku agak takut, tapi aku sangat ingin melihat gimana Ayah. lalu aku menaiki pundaknya. Mas Afan mengangkat tubuhnya keatas.
"eh cepetan, Sin. udah ga kuat. badan lo berat amat si" ucap Mas Afan mengeluh.
"tunggu dong. bentar lagi ya" ucap ku sambil berpegangan di jendela. karena Mas Afan tidak kuat lagi, ia menjatuhkan tubuhnya.
BRUKKK!
"aduhh gimana sih lu, Mas?" tanya ku kesal sambil memegangi pergelangan kaki ku.
"gua ga kuat tau! badan lo berat banget!" ucap Mas Afan juga kesal sambil memegangi pantatnya. akhirnya aku hanya bisa menunggu esok untuk menjenguk lagi di ICU. karena hari ini aku menginap semalam.
- Maret 4 2011
Aku terbangun dari tidurku. aku segera mandi di kamar mandi umum bersama Rani. tiba-tiba suster datang membawa kan kabar kalau Ayahku drop. aku kaget, sangat kaget. lalu aku segera berjalan menuju ruang ICU bersama Budhe, Rani dan Mbak rita. dan benar! Ayah ku drop. mungkin karena semalam ada suara berteriak karena seorang pasien meninggal. aku menangis memeluk Mbak Rita.
"ayahh..." ucap ku menangis tersedu-sedu. baru saja aku ingin mengobrol, ternyata! aku mendengar kalau Ayahku drop.
"udah-udah. mendingan kamu doain Ayah Sindi. semoga cepat sembuh" ucap Mbak RIta menghiburku. Aku hanya mengangguk, lalu menghapus air mataku. kata dokter Ayah ku harus dioperasi lagi. keluarga ku setuju.
Ayah ku segera dibawa keruang Operasi. Ibuku menelpon saudara-saudaraku, untuk memberi tahukan kabar buruk ini. aku berjalan menuju Ayahku. disana ada Mas afan, berada di samping Ayah dan pade sartono (suami Budhe Nani) di sebelah Ayah juga. aku segera mendekat. berulang kali ayah ingin melepas selang oksigen yang di hidungnya dan infus yang berda di tangannya. tapi di jegah oleh ku, Mas Afan dan Pade Sartono.
"jangan, Yah" ucap ku mencegah. aku hanya bisa menangis. "Ayah, kenapa nasib seperti ini?" ucap ku dalam hati.
Operasi segera di mulai aku menunggu diluar. disana ada saudaraku, Yudha, Arin, dan Tegar. mereka mengajakku berkeliling, mungkin agar aku melupakan kesedihanku. setelah 6 jam berlalu. Ayahku segera keluar dari ruang operasi. aku mengiringnya bersama keluarga besarku dan beberapa perawat dan 1 dokter. Ayah ku dibawa ke ruang ICU lagi. aku hanya berdoa agar Ayahku baik-baik saja.
"ya Allah. jika engkau ingin mengambilnya. aku ikhlas. jika engkau ingin menyembuhkannya, sembuhkanlah ya Allah, Amin" doa ku untuk Tuhan YME. ketika malam aku bergegas pulang. karena besok aku harus masuk. semenjak Ayah sakit, aku jadi banyak membolos karena menjenguk Ayah.
- Maret 10 2011
Aku sering menghubungi ibu, menanyakan hal yang sama "apakah Ayah sudah sadar?" jawabannya tetap sama "belum, Dek".
Pagi ini budhe membangunkan ku untuk bergegas mandi dan sekolah.
"Sin, cepet bangun udah siang" ucap budhe.
"iya. itukan Mbak putri masih mandi" ucap ku mengeles.
Tiba-tiba HP budhe berdering.
"innalillahi" ucap budhe lalu mematikan HPnya. awalnya aku santai saja mungkin orang lain. tapi..
"Sin, Ayah meninggal" ucap budhe sambil menangis. aku terlonjak kaget, aku langsung terduduk di kasur. Mbak putri yang kaget tidak jadi mandi, dia segera memakai baju nya lagi. dan segera keluar.
"Apa?!?" ucap ku dan mbak putri berbarengan. Mbak putri menangis memelukku. awalnya aku belum mengeluarkan air mata. tapi tiba-tiba air mataku mengalir begitu saja, semakin lama semakin menderas.
"AYAHHH!!!! huhuhu!! jangan tinggalin aku, Yah" ucap ku memeluk erat tubuh mbak putri. aku segera mandi dan bergegas ke sana. tapi mbak putri tidak ikut karena hari ini ia UAS. aku berjalan memasuki taksi bersama Budhe dan mbak Rina (anak kedua budhe sekaligus kakak mbak putri)
Sesampainya aku di sana aku menunggu Ambulance yang membawa Ayah ku datang. aku masuk menuju kamar ku. mengganti baju, menjadi baju muslim coklat. aku menghampiri kakakku, Faris (kakak pertama ku) aku makan bersamanya di lantai atas. lalu Mas Faris berpesan.
"nanti lo jangan nangis ya, Sin. kasian Ayah" ucap Mas Faris lirih. aku hanya mengangguk.
Mobil Ambulance Ayahku pun datang aku menghampirinya. masih dengan rasa tak menyangka. "apakah aku bermimpi? apakah aku bermimpi buruk hari ini? jika mimpi, sadarkan aku" ucap ku dalam hati lirih. Ibu menghampiriku, matanya tergenangi air, dia memeluk ku. Mas Afan juga memeluk ku. aku menangis, padahal aku tak memintanya. air mataku begitu saja mengalir. aku masuk kedalam ruang tamu. di sana berbaring Ayah ku di atas karpet. seperti tidur. tapi tidak seperti biasa, ia sudah di baluti oleh kain batik. aku dan saudara, warga dan lainnya membacakan surat Yasin untuk Ayahku. aku membaca sambil menangis, sampai-sampai buku Yasin yang kupegang basah perhalaman. tiba-tiba pundak ku tersentuh seseorang. ohhh dia adalah saudara ku juga Mbak budi (ibu dari yudha, Arin, Tegar dan Indi)
"Sindi yang sabar ya" ucapnya mengusap-usap pundak ku. aku hanya mengangguk. Ayahku segera dimandikan. lalu dibalut kain kafan dan segera di makamkan. hujan membasahi perjalanan ku dan keluarga besarku juga tetangga-tetangga ku. aku mengangkat jemariku, menatap langit. hujan jatuh di tanganku, perlahan makin banyak. wajah ku juga terbasahi air hujan. "Tuhan, semoga air hujan ini akan menghilangkan sedikit beban dalam hati ku. setelah memakamkan dan mendoakan Ayah ku. kami segera pulang kerumah. aku segera masuk kedalam, ternyata ada Mbak putri dan Yales (pacar Mbak Putri) dia mengucapkan bela sungkawa pada ku dan keluarga ku. aku berjalan mendekati Yudha.
"Yud, main benteng yuk" canda ku.
"yee" ucapnya pada ku. aku hanya tertawa, tawa yang ku paksakan.
- Juli 12 2012
Kini aku menerimanya apa adanya, ikhlas. apalagi aku di kelilingi keluarga, saudara dan sahabat yang siap menemaniku. yang pasti aku ingin membahagiakan Ibuku, harta terakhir yang kumiliki sekarang ini. aku juga sudah memasuki smp yang ku inginkan, tapi tak 1 sekolah dengan Yudha. semoga saja Ayah tersenyum melihatku disini :)
PROFIL PENULIS
Nama ; Sindi Evinaditi
TTL ; 23 November 1999
Email ; Sevinaditi@yahoo.co.id
Ini kisah ku sendiri. maaf kalau ada salah kata.
Baca juga Cerpen Sedih yang lainnya.
Nama ; Sindi Evinaditi
TTL ; 23 November 1999
Email ; Sevinaditi@yahoo.co.id
Ini kisah ku sendiri. maaf kalau ada salah kata.
Baca juga Cerpen Sedih yang lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar